Nasional

Lawan Intoleransi, Ekstremisme, Radikalisme dan Terorisme dengan Membangun Kebanggaan Nasional

Oleh : very - Jum'at, 20/05/2022 18:54 WIB

Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU), Dr. KH. Adnan Anwar. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Semangat nasionalisme pada Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menandakan rumusan identitas kebangsaan yang tidak lagi terikat oleh fanatisme suku, etnis, dan kepentingan sekterian lainnya.

Di era sekarang nasionalisme dan menjadi Indonesia seutuhnya terlihat mulai luntur dengan masuknya paham transnasional yang menjadikan agama sebagai kedok untuk kembali memecah belah persatuan rakyat Indonesia, sehingga perlu untuk membangun rasa kebanggan nasional.

Hal tersebut dikatakan Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU), Dr. KH. Adnan Anwar. Menurutnya, pada peringatan Harkitnas haruslah menjadi momen membangun kebanggaan nasional sebagai salah satu cara agar masyarakat tidak kemudian terperangkap pada imajinasi liar membentuk negara agama yang diyakini oleh kelompok radikal.

”Harus ada yang namanya disebut kebanggaan nasional, semua warga bangsa utamanya kaum milenial ini harus memperkuat jati diri ke-Indonesiaannya bahwa Indonesia ini memiliki peradaban yang sangat maju dan mampu mengelola perbedaan serta bisa mengelola berbagai macam tantangan,” ujar Dr. KH. Adnan Anwar di Jakarta, Jumat (20/5/2022).

Ia melanjutkan, di samping membangun kebanggan nasional sebagai bangsa yang memiliki sejarah besar dan budaya toleransi yang kental, peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini harus bisa menjadi momentum agar kita semua warga bangsa ini sentiasa menyuntikkan spirit nasionalisme dan patriotisme di hati seluruh sanubari anak bangsa.

“Seperti dimasa lalu, kaum muda berani membuang ego sektoral dan sentimen primordial demi memperjuangkan kepentingan yang lebih besar, yakni kemerdekaan bangsa,” ucap pria yang juga Ketua Umum Yayasan Direktur Panata Dipantara  (bergerak dalam bidang  kajian Kontra Narasi dan Ideologi dari paham radikal terorisme).

Terlebih lagi, praktik intoleransi, ekstremisme, radikalisme dan terorisme dalam beberapa tahun terakhir membuat relasi keagamaan dan kebangsaan merenggang akibat merebaknya paham ekstremisme-kekerasan yang dilatari oleh konservatisme dan fanatisme keagamaan.

“Padahal agama-agama di Indonesia seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu selama ini sangat berperan aktif sebagai stabilisator dan penjaga NKRI. Namun, ideologi transnasional bertopeng agama justru telah menyumbang andil pada lunturnya nasionalisme,” jelas pria yang akrab disapa Kyai Adnan ini.

Untuk itu, pria yang juga Instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini mengingatkan untuk kembali kepada pride of nations. Kebanggaan terhadap nasionalisme bangsa ini harus dimunculkan, bahwa membesarkan bangsa kita itu lebih baik daripada mencari pilihan ideologi lain yang belum terbukti kalau diterapkan bisa menghasilkan kemaslahatan atau kebaikan.

“Dan kita juga harus selalu mensyukuri atas peran dari para founding father, yang mampu melahirkan sebuah negara besar dengan tingkat keragaman paling kompleks, yang masih eksis dan paling aman. Kita perlu mewujudkan rasa syukur dan bangkit bahwa negara kita adalah  yang terbaik diantara negara yang lain yang sedang berkonflik,” tutur mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar NU ini.

Sehingga dalam hal ini diperlukan peran dari para tokoh agama dan masyarakat guna untuk mendorong umat bangkit melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme dan radikalisme dengan membawa dakwah yang menyejukkan.

”Tokoh agama harus mampu memberikan penerangan dan pengertian hingga level grassroot, dalam melawan intoleransi, ekstremisme dan radikalisme. Seperti apa yang sudah diupayakan BNPT dan Gugus Tugas Pemuka Agama yang bertugas memberikan pencegahan paham radikal terorisme,” ujarnya.

Terlebih, Indonesia adalah negara yang berbasis agama terbesar di dunia. Dimana masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama yang taat dan setia menjalankan syariat agamanya, dan tokoh agama dipandang  masyarakat sebagai orang yang harus diikuti dan dijadikan panutan.

”Tidak hanya itu, para tokoh agama atau tokoh masyarakat tentunya perlu memperkuat forum kerukunan lintas agama dan lintas kultur, disemua tingkatan masyarakat. Seperti FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) tentunya perlu diperluas dan diperkuat kualitas dialognya,”jelas pria yang ditugaskan mengembangkan ormas NU di kawasan Timur Tengah ini.

Dalam kesempatan yang sama, Adnan juga ingin mendorong ketegasan pemerintah guna penerapan Pancasila yang lebih massif untuk mendorong dan kemabali membangkitan semangat nasionalisme masyarakat melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme dan radikalisme.

“Tentunya pemerintah diharapkan harus bersungguh-sungguh dalam menerapkan Pancasila ini dalam formulasi kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang luhur. Ini harus diupayakan bersama untuk bangkit melawan segala paham atau gerakan yang menjadi ancaman penting bagi keutuhan NKRI,” katanya. ***

 

Artikel Terkait