Opini

Tidak Harus Menunggu Tua

Oleh : luska - Sabtu, 28/05/2022 08:01 WIB

Refleksi di Ujung Pekan

Penulis : Noryamin Aini 
(Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)

"Pada saatnya, ia akan tiba, tanpa pamit dan restu"

Umur tidak identik dengan kedewasaan, kearifan, kesantunan, terutama, kesalehan. Sejatinya, umur adalah kontrak primordial kita dengan sang Maha Pencipta di alam ruh. 

Baca juga : UJI MIND-SET

Dalam diktum perjanjian ini, batas umur adalah limit kontrak tanpa pasal adendum. Tidak ada pasal negosiasi, revisi, dan perubahan di dalamnya. Saatnya tiba, akhir kontrak umur akan pergi, pamit, tanpa meminta restu, bahkan aba-aba kepada kita. 

Allāh akbar. Kontrak umur adalah fasilitas, media, dan restu ilahi untuk kita menapaki opsi jalan hidup yang harus dipertanggungjawabkan. Hidup ini amanat ilahi, dan instrumen untuk kita menjadi baik dan saleh. 

*Berbahagialah jiwa yang sadar, keukeuh, dan sukses mengisi detik-detik kehidupannya dengan kebaikan; sebaliknya, jiwa yang mengotori dan abai mengemban amanat ini, alangkah menyesalinya pada saatnya nanti (QS.91:9-10).*  

Sahabat!
Jiwa dan ruh yang gagal mengisi umurnya dengan kebaikan akan menyesali kealpaannya. Tetapi, rentangan waktu hidup ini tidak dapat diputar ulang. Mekanisme jalan hidup ini tidak dapat di-restart. 

Penyesalan dan taubat akan menjadi penyintas, atau pertahanan qalbu untuk mengubah jalan hidup ini menjadi lebih baik.

Sahabat!
Di usia kita yang setiap hari berkurang, bahkan kita tidak tahu berapa hari lagi waktu yang tersisa jatah waktu  untuk kita menjadi orang baik
 Maka, jujur, sungguh, setiap hari, jam, dan detik adalah final untuk kita menaiki tangga juara kesempurnaan hidup, husnul khatimah.

Yuk, kita terus berusaha memperbanyak koleksi memori, dan aset dunia-akhirat yang positif-baik. Hasilnya, semoga kompilasi tabungan ingatan reflektif kita, di saat-saat kritis, tidak latah mengingat, menyebut dan menghadirkan daftar rentetan imaji yang buruk, stereotyping, galau dan agitatif. Allah maha mencintai hamba-Nya yang selalu berpikiran positif.

Sahabat! 
Perbanyaklah koleksi memori dan rekam jejak personal dan sosial yang positif, agar pikiran, batin, dan qalbu kita tidak diisi dan diusik oleh rasa kebencian dan keserakahan; atau bahkan rasa galau karena musibah pesona duniawi.

#Auku_belajar_menjadi_lebih_baik_dan_bahagia
Pamulang, 28 Mei 2022

TAGS : Noryamin aini

Artikel Terkait