Opini

UJI MIND-SET

Oleh : luska - Rabu, 26/07/2023 07:45 WIB

by : Noryamin Aini (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta)

Ini beberapa ilustrasi untuk membantu mencermati pitutur naratif di bawah ini. 

Pertama, suatu saat, seorang guru ilmu logika (mantiq) bertanya ke murid-muridnya. Katanya "Dari 2 kalimat berikut, mana pernyataan berikut yang benar?"

(a) 3 x 1 sama dengan 1 x 3, atau 
(b) 3 x 1 berbeda dengan 1 x 3.

Semua murid, spontan dengan yakin, mengatakan "hanya pernyataan (a) yang benar." Uniknya, ada 1 murid pendiam yang mengatakan keduanya (a) dan (b) adalah benar.  

Suasana kelas menjadi agak ramai. Si murid pendiam, lalu, menjelaskan argumennya. Katanya, kebenaran dari kedua pernyataan di atas tergantung dari sudut pandang. Versi guru matematika, pernyataan (a) bisa benar, tetapi, ia bisa juga salah. 

Pernyataan (a) adalah benar dari segi hasil akhir pengalian (X). Tetapi, ia dipastikan salah dari segi proses kehadiran peristiwa yang digambarkan dalam pernyataan tersebut. Formula 3 x 1 bermakna "satu peristiwa muncul 1 kali"; dan 1 x 3 bermakna "3 peristiwa (obyek) yang sama muncul sekali, simultan (bersamaan)".

Si pendiam juga menjelaskan opininya tentang pernyataan kedua (b). Katanya, "pernyataan (b) 3 x 1 tidak sama dengan (≠) 1 x 3 adalah benar. Itu menurut rumus dokter saat memberi resep obat."

Ini deskripsi teknisnya. Hup! "3 x 1 bermakna obat, 1 tablet/ kapsul) diminum 3 kali sehari, masing-masing sebutir, karena dosis 1 butir sudah cukup. Sedangkan 1 x 3 bermakna 3 butir obat diminum sekaligus untuk optimalisasi dosisnya."

Sahabat!
Kedua, ini ilustrasi yang lain. Coba cermati tulisan di plat sepeda motor di bawah ini. Saat membonceng ojek online menuju kampus, saya melihat tulisan unik (U.S.AMRY) di plat belakang nomor sepeda motor yang melaju di depan kami.

Dengan kuriositas (kepo), dan sedikit iseng, saya lalu memotret tulisan di plat motor tersebut. Tampilannya seperti terlampir di bawajh ini. 

Kalau kita menyimak sekilas hasil capture dari plat motor tersebut, kita orang yang terkecoh dengan response spontan. Wujud penalaran spontan kita menjadi indikator gaya (mazhab) berpikir. 

Individu yang akrab dengan diksi Inggris, atau sok ke-Inggris-inggrisan, dengan PD (percaya diri) akan berkomentar: 

"Tulisan itu salah. Seharusnya, U.S. ARMY (tentara Amerika Serikat), bukan U.S.AMRY yang tidak jelas maknanya." 

Opini konklusif di atas adalah model penalaran tradisional, atau common sense, ikut-ikutan. Penalaran seperti ini sah-sah saja, tetapi, tentu dengan satu catatan warning (pengingat). Ada sisi buruknya.

Sahabat!
Ternyata, pemilik motor dengan plat belakang yang bertuliskan U.S.ARMY tersebut adalah Ustadz Saiful Amry. Dengan gaya nyentrik, dia ingin menandai motornya dengan inisial namanya sendiri. Lalu, panggilan dan namanya disingkat menjadi U.S.AMRY.

Terus, ada yang salah dengan tulisan U.S.AMRY? Tidak ada salah secara etis, moral, dan epistemologis. Nampaknya, hal yang naif, buruk, adalah cara kita yang sering terlalu memaksakan kebenaran tunggal pada satu fakta yang kita tafsirkan. 

Padahal, satu fakta bersisi dan bermuatan multi dimensional, seperti ilustrasi dari 2 contoh di atas. Intinya, makna adalah konstruksi realitas dalam bingkai nalar (epistemologi) kita. Alhasil, realitas adalah penghadiran fakta yang "subyektif".

Terkait dengan ilustrasi di atas, ini nasihat bijak dari sosok panutan, Imam Syafi'i (w. 204 H), untuk kesantunan kita berpikir, terutama menyikapi perbedaan:

قَوْلِيْ صَوَابٌ يَحْتَمِلُ الْخَطَأَ، وَقُوْلُ غَيْرِيْ خَطَأٌ يَحْتَمِلُ الصَّوَابَ

"Opiniku sahih (valid), (tetapi) ia bisa saja salah (invalid). Sedangkan, opini orang lain adalah tidak valid, (namun) ia mungkin saja benar." 

Opini Imam Syafi'i ini menyiratkan relativitas tafsir terhadap realitas. kebenaran opini bersifat relatif. Karenanya, kebenaran opini kita tidak bisa menjadi dasar epistemik dan moral untuk menyalah-nyalahkan opini yang berbeda dengan pendapat kita.

Maka, jangan kedepankan arogansi dan hegemoni kebiasaan melihat sesuatu dari satu sudut pandang. Don't judge others from your point of view. Masih banyak cara lain untuk menyingkap makna dari fakta keseharian, terutama fakta sosial keagamaan.

Pamulang, 26 Juli 2023

TAGS : Noryamin Aini

Artikel Terkait