Gaya Hidup

Lunturnya Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Lingkungan Sekitar

Oleh : indonews - Minggu, 19/06/2022 09:47 WIB

Ilustrasi Bahasa Indonesia. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan Anda? Apakah bahasa Indonesia mulai terganti oleh bahasa gaul? Bagaimana pula kamu harus bersikap ketika Bahasa Indonesia mulai tergerus? Untuk mengetahui lebih lanjut, mari simak penjelasan berikut ini.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan untuk bertukar informasi. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi, penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari semakin bergeser dan digantikan oleh penggunaan bahasa gaul dan bahasa asing. Hal tersebut bukan lagi menjadi sebuah fenomena baru di tengah masyarakat.

Contoh yang sangat nyata dan dapat kita lihat adalah saat berinteraksi melalui sosial media atau dunia nyata, banyak generasi muda yang lebih nyaman untuk menggabungkan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing sebagai bahasa komunikasi atau sering kita dengar dengan sebutan “aksen Jaksel”. Seiring berjalannya waktu gejala ini menciptakan kosa kata baru atau yang kita sebut sebagai bahasa gaul, contohnya adalah kata “jujurly”. Bahasa gaul sebenarnya bukan hanya lahir dari kebiasaan penggunaan bahasa campuran, namun dapat merupakan bentuk tidak baku dari kosakata Bahasa Indonesia.

Tanpa disadari, penggunaan bahasa gaul dan bahasa asing secara berkelanjutan - yang umumnya karena ingin dianggap keren - pada generasi muda dapat membuat eksistensi bahasa Indonesia semakin bergeser.

Sebenarnya penggunaan bahasa gaul ataupun bahasa asing bukanlah sesuatu yang salah. Berdasarkan sejarah yang kita miliki seperti tertuang dalam Sumpah Pemuda alinea ketiga yang menyatakan, “Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, seharusnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak boleh luntur walau zaman terus berkembang.

Kini menjadi pertanyaan, mengapa generasi muda lebih nyaman menggunakan  bahasa gaul dan bahasa asing daripada menggunakan Bahasa Indonesia ragam formal?

Salah satu penyebab generasi muda merasa kurang nyaman untuk menggunakan Bahasa Indonesia ragam formal disebabkan oleh ketidakmahiran mereka dalam menggunakan bahasa tersebut.

Menurut salah satu pakar Bahasa Indonesia, Ivan Lanin, penyebab kebanyakan orang tidak mahir menggunakan bahasa Indonesia dengan “baik dan benar” dalam kehidupan sehari-hari maupun tulisan akademik adalah adanya perbedaan signifikan antara ragam formal dan informal dalam bahasa Indonesia.

Ragam informal atau bahasa Indonesia non baku yang kita gunakan sehari-hari lahir dari bahasa Melayu Pasar. Keduanya pun memiliki persamaan, yakni tidak menganut tata bahasa yang kaku, serta banyak meminjam dan menyerap kosakata dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penggunanya bisa dengan mudah menyelipkan kata-kata dari bahasa daerah, bahasa asing, maupun slang. Susunan kalimatnya pun lebih cair. Tata bahasa yang amburadul tidak jadi soal sepanjang gagasan yang ingin disampaikan masih bisa dipahami oleh lawan bicara atau pembaca.

Bahasa Indonesia ragam formal atau baku yang baru muncul belakangan ketika kalangan elit dan intelektual menghendaki adanya aturan yang ketat dalam berbahasa. Penggunaan Bahasa Indonesia ragam formal sangat terbatas, misalnya untuk penulisan akademik dan keperluan surat-menyurat resmi. Jarang ada yang menggunakan Bahasa Indonesia ragam formal dalam percakapan sehari-hari.

Selain itu, Bahasa Indonesia ragam formal tidak seluwes ragam informal dalam hal penyerapan kosakata bahasa lain. Kosakata Bahasa Indonesia ragam formal pun menjadi sangat terbatas sehingga upaya menerjemahkan kosakata bahasa lain ke dalam Bahasa Indonesia ragam formal menjadi sulit dilakukan lantaran tidak ada padanan kata yang benar-benar pas. Alhasil, Bahasa Indonesia ragam formal kian berjarak dari para penggunanya, nyaris seperti bahasa mati.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bahasa Indonesia sangat rentan dipengaruhi bahasa luar, asing. Faktor utamanya adalah generasi muda yang membuat Bahasa Indonesia seperti ketinggalan zaman atau kuno. Karena di era saat ini seseorang lebih tertarik untuk berbahasa asing agar terlihat seperti warga negara asing atau keren di kalangan terpelajar.

Untuk mengatasi hal tersebut, penulis berpendapat bahwa diperlukannya penanaman rasa cinta berbahasa Indonesia dengan gencar mensosialisasikan jargon “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai bahasa Asing”. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri para generasi muda untuk melestarikan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar demi menjaga isi Sumpah Pemuda sehingga bangsa kita tidak kehilangan jati diri. (Marsya Anindita Putri)

 

DATA DIRI

Nama                                    : Marsya Anindita Putri

Jenis Kelamin                         : Perempuan

Agama                                  : Islam

Pekerjaan                              : Mahasiswa Prodi S-1 Akuntansi, Universitas Pamulang

Sumber Referensi

https://www.hipwee.com/narasi/penggunaan-bahasa-indonesia-di-kalangan-masyarakat/

https://www.google.com/amp/s/yoursay.suara.com/amp/kolom/2021/06/26/121000/gempuran-bahasa-asing-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-di-era-globalisa

https://omong-omong.com/terasing-di-menara-gading-susahnya-mahasiswa-menulis-dalam-bahasa-indonesia/

 

Artikel Terkait