Nasional

Diplomasi Presiden Jokowi Mulai Menuai Hasil

Oleh : very - Kamis, 14/07/2022 08:26 WIB

Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal A. Yani. (Foto: Pikiran Rakyat)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Jerman, Ukraina dan Rusia untuk menciptakan gencatan senjata di Ukraina beberapa waktu lalu mulai menuai hasil.

Presiden yang membungkus upaya gencatan senjata dengan isu besar krisis pangan di negara berkembang tersebut menjadi dasar untuk pertemuan langsung wakil dari Ukraina dan Rusia di Turki kemarin, pada 13 Juli 2022.

“Meski hasil pertemuan belum diketahui namun telah muncul kesadaran dari semua pihak yang bertikai bahwa perang di Ukraina telah memunculkan krisis baru bagi dunia setelah krisis pandemi Covid 19,” ujar Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (14/7)

Menurut Rektor Universitas Jenderal A. Yani ini, pertemuan langsung Rusia dan Ukraina ini perlu terus dijaga momentumnya hingga terjadinya gencatan senjata demi menyelamatkan dunia, utamanya negara berkembang.

Seperti diberitakan Detik.com, delegasi militer Rusia, Ukraina dan Turki bertemu dengan wakil-wakil PBB, di Istanbul pada Rabu (13/7). Pertemuan di Turki itu membicarakan kemungkinan kesepakatan untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina, terutama dari Odesa, pelabuhan utama Ukraina di Laut Hitam.

Turki telah bekerjasama sejak lama dengan PBB untuk menengahi perang akibat invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, yang juga memicu krisis pangan dan naiknya harga biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk di pasar global.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada wartawan hari Selasa (12/7) bahwa "Kami memang bekerja keras tetapi masih ada jalan panjang yang harus ditempuh. Banyak orang membicarakannya, kami lebih suka mencoba dan melakukannya."

Para diplomat mengatakan, rincian yang sedang dibahas termasuk mengawal kapal yang membawa gandum masuk dan keluar melalui perairan di area pelabuhan yang dipasangi ranjau. Rusia selama ini mengklaim, pemblokiran pelabuhan dilakukan untuk mencegah penyelundupan senjata. ***
 

Artikel Terkait