Daerah

Miris, Beredar Video Hari Ini Sungai Malinau Terbaru, Keruh Mirip Susu

Oleh : Mancik - Jum'at, 12/08/2022 19:56 WIB

Tokoh Adat Malinau Selatan gerudug DPRD Kaltara, Keluhkan Pencemaran Sungai Malinau.(Foto:Istimewa)

INDONEWS.ID - Kabar Sungai Malinau baik-baik saja terbantahkan oleh fakta hari ini. Jumat (12/8/2022). Sebuah video menggambarkan kondisi sungai menyebar luas di sejumlah WA Group.

"Apakah wajar hujan di lepas ke air tanggul, baru dikatakan air banjir," ujar seoseorang yang diduga mengambil video sungai sambil memberikan penjelasan.

Video berdurasi 53 detik itu, menyebar pagi tadi. Dalam penjelasan pengambil gambar, video itu diambil di Jembatan Sungai Sidi, Desa Langap, Kecamatab Malinau Selatan. Sungai Sidi ini merupakan anak Sungai Malinau.

Si pengambil gambar merekam dari dua sisi. Di detik 28, Ia berjalan ke sisi lain jembatan. Kondisinya hampir mirip.

"Ini di jembatan Sidi. Di pagi hari, hari Jumat," ceritanya.

Sepertinya video ini sengaja di unggah oleh warga Malinau Selatan. Rekaman video ini pun diyakini untuk membantah klaim Hamsi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalimantan Utara, bahwa Sungai Malinau kondisinya baik.

"Ini yang dinamakan fitnah?" Tanya si pengambil gambar di akhir videonya.

Aliansi Masyarakat Bawa 2 Galon Air Sungai Malinau ke DPR

Aliansi masyarakat, pemuda dan mahasiswa peduli Sungai Malinau mendatangi Kantor DPRD Provinsi Kaltara, dengan membawa dua galon air Sungai Malinau.

Hal itu dilakukan untuk membuktikan komentar dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltara. Dimana, jika memang sungai dan airnya aman, maka dipersilakan untuk mengonsumsi secara langsung.

Namun, kembali disesalkan, karena pada pembahasan bersama dengan DPRD Provinsi Kaltara, DLH Kaltara tidak hadir.

Ketua DPRD Kaltara, Albertus Stefanus Marianus, mengatakan DLH mestinya memiliki ketegasan dengan menyatakan sungai baik-baik saja dan juga diharapkan sesuai dengan data.

“Memang kalau dikatakan ini masalah Sungai Malinau saja, ya tidak juga. Karena sungai itu mengalir bahkan hingga sungai di KTT (Kabupaten Tana Tidung) tepatnya di Sungai Sesayap, maka ini kita harus tegaskan merupakan masalah serius,” tegasnya.

Perwakilan aliansi, selaku salah satu tokoh masyarakat, Elisa Lungu, turut menyampaikan kekecewaannya karena pemerintah tidak hadir saat pembahasan persoalan yang diharapkan ada solusinya.

“Mereka tidak peduli dengan kita, kami minta solusinya, dengan kondisi hari ini kami tidak akan dating ke kantor ini. Mungkin kita akan mengadu di atasnya gubernur bisa ke pusat,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Long Loreh Kecamatan Malinau Selatan, Mina Lawai, mengungkapkan, air sungai tidak bisa digunakan dan hanya mengandalkan layanan PDAM.

Namun, jika sewaktu-waktu tidak mengalir, maka masyarakat harus membeli air, dengan harga Rp100 ribu, untuk satu profil berisi 1.200 liter.

“Sungai sudah tidak bisa kita gunakan lebih dari 20 tahun, warna air seperti kita bawa itu cokelat, bahkan sebenarnya ada yang lebih kotor dari itu,” ungkapnya.

Warga setempat enggan menggunakan air sungai, sebab bisa berpengaruh pada kesehatan. Mina mengatakan dampaknya bisa gatal-gatal dan timbul panu atau penyakit kulit lainnya.

Selain membeli air, masyarakat juga memaksimalkan sumber mata air yang cukup jauh.

“Ada satu anak sungai namanya Semuda, kita ambil di sana tapi itu jauh. Kalau sungai di sekitar kami itu, kami takut menggunakannya,” katanya.

Dia mengatakan, pihaknya membawakan langsung air dari Sungai Malinau dan berharap DLH meminumnya. Agar, DLH juga merasakan langsung, apalagi sempat mengatakan sungainya baik-baik saja, dan air itu tidak berbahaya.

“Kalau bisa suruh dia minum, atau gunakan untuk mandi, tapi ini DLH nya tidak ada,” bebernya.

Koordinator Lapangan aliansi, Mohd Aswan menambahkan, mereka berharap ini bisa ditindaklanjuti, bahkan sampai ke pusat melalui kementerian terkait.

”Kami akan kawal ini hingga tuntas,” pungkasnya.*

Artikel Terkait