Nasional

Saiful Mujani: Dalam Pemilu Legislatif, Faktor Agama Tidak Bisa Diabaikan

Oleh : very - Kamis, 13/10/2022 14:38 WIB

Bendera Partai. (Foto: Ilustrasi)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Ilmuwan politik, Profesor Saiful Mujani mengatakan bahwa agama ikut menentukan pemilih dalam pemilihan presiden dan pemilihan legislatif pada pemilu 2024 mendatang.

Hal itu dikatakannya pada program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ yang bertajuk ”Agama Penting bagi Pemilih di Pilpres?” Program ini disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV, pada 13 Oktober 2022.

Video utuh pemaparan Prof. Saiful Mujani bisa disimak di sini:

https://youtu.be/4JQLxVIK4Bw

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) itu mengatakan, secara umum pemilih yang beragama Islam dan yang tidak beragama Islam memiliki perbedaan yang signifikan dalam menentukan pilihan partai politik.

Pemilih PKB misalnya, hampir semuanya beragama Islam. Sebanyak 10 persen pemilih Muslim mendukung PKB, yang non-Muslim hanya 1 persen. Komposisi dukungan suara PKB yang hampir semuanya dari kalangan Islam berbanding terbalik dengan PDIP. PDIP didukung 22 persen dari pemilih Muslim, yang non-Muslim 48 persen.

Saiful menjelaskan bahwa walaupun porporsi dukungan kalangan non-Islam pada PDIP lebih besar, tapi dukungan dari kalangan Islam juga sangat besar, yakni 22 persen dari total pemilih yang beragama Islam.

Sementara Gerindra mendapatkan dukungan 11 persen pemilih Muslim, 4 persen non-Muslim. Golkar Muslim 11 persen, non-Muslim 8 persen. Nasdem 3 persen Muslim, 6 persen non-Muslim. PKS 5 persen Muslim, 0 persen non-Muslim. PPP 3 persen Muslim, 0 persen Non-Muslim. PAN 2 persen Muslim, 1 persen non-Muslim. Sementara Demokrat 7 persen Muslim, 4 persen non-Muslim. Partai-partai lain mendapatkan dukungan pemilih Muslim 4 persen dan 5 persen pemilih non-Muslim.

Saiful menyimpulkan bahwa dari sisi pemilih non-Muslim, PDIP mendapatkan proporsi dukungan yang jauh lebih besar dibanding dengan partai-partai lain.

“PDIP versus the rest. Kalau PDIP tidak ada di sana, kemungkinan suara pemilih non-Islam akan terdistribusi atau menyebar pada semua partai lain,” kata Saiful.

Saiful melihat bahwa PDIP memiliki nilai khusus, mungkin karena alasan historis, yang membuat partai ini mampu menyerap aspirasi dari pemilih non-Muslim.

“Dalam Pemilu legislatif, dalam hal PDIP versus lainnya, perbedaan agama sangat penting dan tidak bisa diabaikan,” kata penulis buku Muslim Demokrat tersebut.

Karena itu, lanjut Saiful, jika PDIP melakukan kesalahan atau kebijakan yang sensitif terhadap non-Muslim, maka akan lebih mudah bagi para pemilih non-Muslim untuk pergi dari partai ini. Karena pemilih non-Muslim terpusat atau terkonsentrasi pada PDIP. 

Yang ideal, menurut Saiful, adalah bahwa pemilih non-Muslim tidak berkumpul di satu partai, PDIP. Jika suara kelompok non-Muslim itu tersebar secara proporsional pada semua partai, itu artinya agama bukan faktor yang berpengaruh dalam pilihan warga. Tapi data menunjukkan sebaliknya. Kenyataannya agama memiliki pengaruh.

“Faktor agama tidak bisa diabaikan, walaupun bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi warga dalam pilihan politik,” pungkasnya. ***

 

Artikel Terkait