Jakarta, INDONEWS.ID - “Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa sejatinya sudah berakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia. Manifestasinya bisa kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ada bencana, naluri sosial kemanusiaan kita secara alamiah muncul: gotong royong membantu saudara kita yang kena musibah. Itulah sebenarnya nilai Pancasila yang hidup di masyarakat”, demikian disampaikan Dr. Darmansjah Djumala, Ketua Pusat Studi Pancasila (PSP), Universitas Pancasila, pada acara webinar yang diadakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), Provinsi DKI Jakarta, 20 Oktober 2022.
Webinar yang bertajuk Peningkatan Pemahaman Ideologi Bangsa Dalam Rangka Membangun Karakter Anak Bangsa yang Berjiwa Pancasila, selain menghadirkan Dr. Djumala sebagai pembicara, juga Drajad Wisnu Setyawan (Direktur Bidang Ideologi, Karakter dan Wasbang, Depdagri) dan Hadi Suhandi Saja sebagai motivator dan Dr. Dian Assafri sebagai moderator. Webinar dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada 200 mahasiswa Universitas Pancasila tentang pentingnya menjaga dan melindungi Pancasila sebagai ideologi negara dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dini mahasiswa terhadap bahaya laten ideologi transnasional (capitalist-liberalism, socialist-state capitalism dan theocratic fundamentalism) yang dapat menggoyahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam paparannya yang berjudul “Pancasila dalam Dinamika Politik Dunia: Penguatan Ideologi dan Karakter Anak Bangsa”, Dr. Djumala menegaskan bahwa nilai Pancasila sudah “built-in and embedded” (menyatu dan tertanam) di dalam jiwa manusia Indonesia. Hal itu terlihat dengan adanya solidaritas sosial ketika menghadapi bencana dan musibah. Juga terlihat dalam semangat gotong royong dalam kehidupan sosial. Nilai kemanusiaan (sila ke-2 Kemanusiaan) dan gotong royong (sila ke-3 Persatuan Indonesia) seperti itu perlu terus dikembangkan dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari. Tidak hanya dipraktikkan, tetapi juga harus dinarasikan ke publik agar menjadi kesadaran kolektif bangsa. Mahasiswa Universitas Pancasila, yang menyandang nama besar Pancasila, seyogyanya menjadi pelopor dalam mengaktualisasikan nilak-nilai Pancasila dalam kehidupan kampus.
Dalam webinar yang diikuti oleh civitas academica Universtias Pancasila itu, Dr. Djumala juga menggaris-bawahi ketangguhan Pancasila dalam menghadapi gejolak politik dunia. Indonesia dengan Pancasilanya survive melalui berbagai tragedi sejarah dunia. Dicontohkan, selama Perang Dingin (1947-1989) banyak negara bubar dan pecah, Indonesia tetap utuh. KetikaTembok Berlin (1991) runtuh di akhir Perang Dingin, banyak negara di kawasan Eropa Timur, Baltik, Balkan dan Asia Tengah mengalami disintegrasi dan hancur akibat konflik etnik dan agama, Indonesia tetap solid sebagai negara bangsa. Ketika tragedi 11 September 2001 di New York menimbulkan saling curiga antara Barat dan dunia Islam, Indonesia justru menjadi “role model” sebagai negara mayoritas Muslim yang dapat mengadopsi demokrasi. Begitu juga ketika Arab Spring pada 2011 banyak negara di Arab Timur Tengah bubar karena perang saudara, Indonesia tetap kokoh dalam negara kesatuan. Sejatinya itulah kesaktian Pancasila dalam dinamika politik global.(Lka)