Nasional

The Untold Story of Diplomat: Dubes Wahid dan Dieny

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 23/10/2022 16:50 WIB


Dubes Mohamad Wahid Supriyadi dan Dubes Diennaryati Tjokrosuprihatono

Jakarta, INDONEWS.ID - Diplomasi membutuhkan diplomat. Kelihaian seorang diplomat dalam membangun komunikasi dengan negera tempat ia ditugaskan akan menentukan image atau citra negara yang diwakilinya.

Mampu membangun citra positif bagi negara yang diwakili akan menentukan kesepakatan kerja sama antara kedua negara.

Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Rusia Mohamad Wahid Supriyadi berbicara mengenai pengalaman diplomasi Indonesia dan Rusia. Wahid mengatakan Presiden pertama RI Sukarno merupakan sosok yang dihormati oleh para generasi senior di Negeri Beruang Merah tersebut.

"Sebetulnya banyak hal yang belum diceritakan di kalangan diplomat yang tidak ada di media. Makanya saya rangkum dalam buku saya berjudul `Diplomasi Ringan dan Lucu`," kata Wahid dalam sebuah diskusi online Minggu (23/10).

Dalam buku tersebut, Wahid menuturkan, diceritakan semua pengalamannya selama menjadi diplomat mulai dari ketika ditugaskan di Australia, Uni Emirat Arab hingga menjadi Duta Besar RI untuk Federasi Rusia.

Wahid menyampaikan, selama menjadi diplomat, ia lebih mengedepankan pendekatan diplomasi budaya. "Dulu Mochtar Kusumaatmadja pernah mencetuskan ide mengenai diplomasi budaya".

"Tapi saya teruskan sebagai Kepala Perwakilan di Melbourne yang punya otoritas, kemudian di Emirat dan di Rusia," jelasnya.

"Kalau kita salah pendekatan budaya, bisa bahaya. Bisa kontraproduktif karena salah pendekatan kita. Ini semuanya ada di buku saya," tambahnya.

"Ini sebenarnya di power of our nation. Itu adalah our culture. Orang melihat budaya kita, pasti tersentuh. Dan sudah saya buktikan di tiga negara," tegas diplomat asal Kebumen ini.

Sementara itu, H.E. Diennaryati Tjokrosuprihatono selaku Dubes RI untuk Ecuador era 2016 hingga 2020 punya cerita unik tersendiri. Ia mengatakan ketika dipercayakan menjadi Dubes untuk Ecuador, Indonesia belum dikenal begitu baik oleh warganya.

KBRI baru dibuka tahun 2010 dan kami adalah Duta Besar ke-2. Jumlah staff masih terbatas," katanya.

Uniknya lagi, Dubes Dieny menuturkan Ia tidak memiliki pengalaman diplomasi dan bukan diplomat karir sementara ia harus memimpin staf yang diplomat karir.

"Mayoritas penduduk berbahasa Spanyol. Diaspora Indonesia sangat sedikit jumlahnya sekitar 59 orang. Sebagian besar adalah staf KBRI HS dan LS berikut keluarga, para Missionaries," ujarnya.

Di sana juga, bebernya, belum ada kantor kedutaan dari negara-negara ASEAN. Dari Asia hanya Jepang, Korea, China dan Turki

"Masyarakat Ekuador suka sekali makan di luar dengan porsi besar. Mereka juga suka berpesta dan menyiapkan makan serta dansa.
Makanan pokoknya adalah nasi," ungkap Dubes Dieny.

"Kesamaan dengan Indonesia adalah letaknya di garis khatulistiwa sehingga beberapa bahan masakan bisa ditemukan."

Profil Dubes Wahid

Mohamad Wahid Supriyadi llahir 18 Agustus 1959. Ia adalah seorang diplomat Indonesia. Terakhir menjabat Dubes RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus 2016 hingga 2020.

Pada 1983 berhasil menjadi lulusan fakultas bahasa asing di Universitas Gadjah Mada (Inggris). Pada 1986-1987 belajar di sekolah layanan diplomatik.

Pada tahun 2000, menerima sertifikat dalam bisnis terapan dari Universitas Teknologi Swinburne di Melbourne.

Pada 1994, memasuki dinas diplomatik. Pos pertama di luar negeri di peringkat sekretaris ketiga berada di Kedutaan Besar Indonesia di Canberra (1989-1993), kemudian menjabat sebagai Wakil Konsul Indonesia di Melbourne (1995-1999).

Hingga 2004, ia memegang berbagai posisi di Kementerian Luar Negeri, termasuk mengepalai Direktorat Informasi dan Media Massa. Pada 2004-2007 - Konsul Jenderal di Melbourne. Pada 2009-2011 - duta besar untuk Uni Emirat Arab.

Dari 2012 hingga 2016 - lagi di Kementerian Luar Negeri. Sejak Maret 2016 - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Federasi Rusia dan paruh waktu di Republik Belarus.

Kredensial diberikan kepada Presiden Rusia pada 20 April 2016. Penggagas banyak acara yang bertujuan memperluas hubungan antara Indonesia dan Rusia, termasuk empat festival besar-besaran budaya Indonesia di Rusia (2016, 2017, 2018, 2019, yang terakhir dihadiri oleh 150 ribu orang) dan satu di Republik Belarus (2018).

Profil Diennaryati Tjokrosuprihatono

Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono M.Psi lahir di Paris 3 Januari 1954. Dieny Tjokro meraih gelar Sarjana dalam bidang Psikologi pada tahun 1978. Sementara gelar Magister dalam bidang Psikologi Pendidikan diraih pada tahun 1990.

Setelah lulus kuliah, karir Dieny Tjokro diawali sebagai pegawai negeri sipil di Universitas Indonesia tahun 1985.

Dengan prestasi yang cemerlang, tahun 1997-2004 Dieny Tjokro diberi kepercayaan sebagai Wakil Dekan IV bidang Penelitian, Kerjasama dan Pengembangan Fakultas Psikologi UI.

Kemudian berlanjut pada periode kedua, yakni tahun 2004-2008 kembali diangkat sebagai Wakil Dekan II bidang Non Akademik Fakultas Psikologi UI.

Karirnya sebagai dosen ternyata membentuk Dieny Tjokro semakin mencintai dunia pendidikan. Ia bertekad mewujudkan masyarakat Indonesia cerdas.

Segudang kegiatan pun dilakoninya, mulai menjadi Anggota Tim Sub-Consorsium pendidikan Ibu dan Anak Depdiknas, Diklusepora (1987-1989), Anggota Tim Pengembangan Kurikulum Taman Kanak-kanak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1987-1988), Koordinator dan Pengajar Pengembangan Pribadi John Robert Power (1985-1998), Pengajar Khusus Lembaga Duta Bangsa (2001-2003).

Selain itu, Dieny Tjokro juga sebagai penggagas dan sekaligus pendiri Taman Pengembang Anak Makara Universitas Indonesia tahun 2008. Dienny Tjokro juga sebagai konsultan Dirjen PAUD dan PAUDNI Kemenduikbud RI.

Saat ini, Dieny Tjokro Wakil Rektor Universitas Pancasila setelah menyelesaiakan tugasnya sebagau Dubes RI untuk Ecuador pada 2020 lalu.

Beberapa jabatan yang diembannya hingga saat ini adalah Komite Ahli HIMPSI Jaya, Dewan Pakar Nasdem, Wakil Ketua Dewan Pembina ADI Gastronomo Indonesia (AGASI), FASILITATOR UTAMA “APPRECIATIVE INQUIRY SUMMIT” dan PENDIRI DAN PJ KERJASAMA YPUI (Yay Psikologi Unggulan Indonesia).*

Artikel Lainnya