Opini

Penduduk Korea Akan Punah?

Oleh : luska - Sabtu, 03/12/2022 21:04 WIB

Oleh : Muhammad Yusafar

Sejak tahun 1960, Korea Selatan mengalami kurangnya populasi penduduk atau krisis demografi. Isu ini telah menjadi perhatian utama dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah Korea Selatan hingga era pemerintahan Moon Jae In karena belum ditemukan penyelesaian yang efektif untuk menangani krisis tersebut. Masyarakat Korea telah mengalami transformasi besar sejak tahun 1960. Keajaiban ekonomi, transisi demografis, urbanisasi, perubahan dalam kehidupan keluarga, dan pembentukan masyarakat sipil merupakan fitur utama dari transformasi. 

Sebelum ekonomi Korea bangkit dari stagnasi tradisionalnya, Korea adalah salah satu negara termiskin di dunia, dengan sedikit sumber daya alam dan tekanan populasi yang berkembang pesat. Pada saat krisis ini, negara ini memulai perjalanannya menuju pembangunan dan modernisasi.Adapun kebijakan yang di lakukan oleh pemerintah korea selatan untuk mengatasi depopulasi adalah dengan menghapuskan UU yang melarang perzinahan dan Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan mengatakan negaranya berencana membentuk satuan tugas kebijakan kependudukan. Satgas ini akan bertugas mengatasi rendahnya angka kelahiran dan penuaan yang cepat di sana.

Pada awalnya penghapusan dari uu yang melarang perzinahan dikorea untuk mendorong generasi muda atau masyarakat korea agar bebas dalam melakukan hubungan dan menghasilkan populasi manusia bari di korea selatan. Namun, dampak negated dari kebiajakan tersebut timbul masalah baru yaitu  Kejahatan seks digital di Korea Selatan kian merajalela hingga membuat perempuan dewasa maupun anak-anak yang menjadi korban tertekan. 

Human Right Watch (HRW) lembaga yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan banyak di antara korban yang mempertimbangkan bunuh diri atau meninggalkan negara itu. Laporan tersebut, berdasarkan 38 wawancara dan survei online. Selain itu, menurut data dari Institut Kriminologi Korea, penuntutan kejahatan seks yang melibatkan pembuatan film ilegal meningkat 11 kali lipat antara 2008 dan 2017. Korea Selatan telah menjadi pusat spycam global atau penggunaan kamera kecil tersembunyi untuk merekam korban telanjang, buang air kecil, atau berhubungan seks. Kasus-kasus lain melibatkan foto-foto intim yang bocor tanpa izin, atau pelecehan seksual seperti pemerkosaan yang terekam kamera dan video yang dibagikan secara online.

Adapaun implasi yang dapat mengurangi social yang dihadapi masyarakat korsel adalah dengan belajar dari negara kita ini yaitu Indonesia, dimana negara kita sebuah pernikahan dan memiliki anak itu adalah sesuatu keharusan yang wajar untuk dilakukan seluruh rakyat indonesia. 

Tentunya perbedaan pemikiran yang terlalu jauh oleh orang korea selatan yang mempengaruhi untuk enggan memiliki anak, berbeda dengan negara kita Indonesia dengan pemikiran yaitu banyak anak , banyak rejeki . Mungkin pemerintah korea perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat nya bahwa pentingnya memiliki anak demi kelangsungan negara tersebut. 

Korea Selatan pada masa pemerintahan Moon Jae In mengumumkan serangkaian langkahlangkah untuk menghapus penyebab mendasar dari penurunan angka kelahiran di negara itu. Kementerian mengatakan negara akan bertanggungjawab atas biaya medis untuk bayi berusia kurang dari satu tahun mulai tahun depan. 

Pada bulan Desember, Komite Presidensial untuk Masyarakat Lanjut Usia dan Kebijakan Kependudukan mengatakan akan mengubah arah untuk fokus pada "meningkatkan kualitas hidup setiap generasi", menurut Yonhap. Hal yang lebih diutamakan oleh pemerintahan Moon ialah diharapkan akan ada lebih banyak tenaga kerja perempuan yang mempertahankan keinginan untuk memiliki anak. 

Tujuan berikutnya adalah untuk mendapatkan lebih banyak pria Korea yang mengambil cuti ayah secara dibayar yang secara hukum dapat mereka dapatkan ketika seorang anak lahir. Kemudian, Kementerian mengatakan akan memfokuskan perubahan kebijakannya padapenciptaan lingkungan kerja yang kondusif bagi perempuan untuk tetap bekerja bahkan jika mereka memiliki anak. 

Kebijakan kompatibilitas pekerjaan dan rumah Korea Selatan perlu ditingkatkan lebih lanjut bagi perempuan untuk melanjutkan karir mereka. Selain itu, Pemerintah berencana untuk memotong jumlah pasukan tetap yang bertugas aktif sambil mereformasi militer dengan cara yang memanfaatkan teknologi seperti drone yang dipersenjatai dan satelit pengintaian untuk menutupi kekurangan tenaga kerja di masa depan.

Dari kasus diatas kita patut bersyukur tinggal di negara Republik Indonesia ini, Seperti yang dijelaskan di atas orang korea selatan itu ternyata memiliki tingkat stress yang tinggi sehingga mengakibatkan banyak dari warga nya yang memilih untuk mengakhiri hidup nya dengan bunuh diri, lain lagi kasus kekerasan sexsual di korea selatan yang makin merajala mengikuti penghapusan uu perzinahan oleh pemerintahnya. 

Anak sekolah di korea selatan juga merupakan anak yang paling stress di dunia karena jam belajar yang tinggi. Berbeda dengan Indonesia negara kita ini masih terikat dengan agama dan budaya yang kental yang mengakibatkan kita nyaman dan tentram.  Sejak tahun 2006 pemerintah Korea Selatan telah menghabiskan dana sekitar 152.9 triliun won ($135.65 miliar) untuk subisidi keluarga dan anak sejak lahir hingga masuk ke jenjang universitas (Ramstad, 2019). 

Kemudian, pada masa pemerintahan Park Geun Hye pada tahun 2016, Park Geun Hye meluncurkan website yang memberikan data statistik wanita usia subur, data pernikahan dan kelahiran dari tiap kota dan wilayah. Strategi tersebut dilaksanakan Park Geun Hye dengan harapan meningkatkan persaingan dalam hal reproduksi antar wilayah.

 Strategi tersebut tidak berujung baik dengan ditutupnya website tersebut karena keluhan wanita di Korea Selatan yang menganggap Park Geun Hye hanya melihat wanita sebagai “pabrik pembuat bayi”. Strategi dan dana yang diberikan oleh presiden sebelumnya tidak memberi efek perbedaan terhadap krisis demografi di Korea Selatan. Ketika populasinya mulai berkurang, potensi laju pertumbuhan ekonomi Korea Selatan juga akan mulai menurun. Konsekuensi dari penurunan populasi tidak hanya berakibat dalam bidang pendidikan dan ekonomi saja, Korea Selatan saat ini memiliki salah satu militer terbesar di dunia dengan jumlah 600.000 tentara. 

Namun, karena jumlah laki-laki muda yang memenuhi syarat untuk layanan militer menyusut, Korea Selatan akan ditekan untuk mempertahankan struktur militernya saat ini. Jumlah penduduk laki-laki Korea Selatan yang mampu mendaftar di militer diperkirakan akan turun menjadi 225.000 pada tahun 2025, sebelum turun menjadi 161.000 pada tahun 2038. Hal tersebut akan memberikan tekanan kepada Korea Selatan dalam menciptakan keamanan Negara dari sekutu seperti Amerika Serikat yang saat ini memiliki sekitar 28.500 tentara yang ditempatkan di Korea Selatan. Berbeda dengan Indonesia Tercatat, Indonesia memiliki 395.500 personel tentara aktif. Mayoritas atau sebanyak 300.400 personel tentara aktif Indonesia di antaranya berasal dari angkutan darat yang dimana tiap tahunnya mengalami kenaikan.

Artikel Terkait