Opini

Di Tengah Persaingan Global Akibat Semakin Langkanya BBM Fosil: Bensin Dapat Diproduksi dari Minyak Kelapa Sawit

Oleh : indonews - Selasa, 06/12/2022 15:17 WIB

Bensin bisa diproduksi dari Kelapa Sawit. (Foto: Ist)

Oleh: Atmonobudi Soebagio*)

Jakarta, INDONEWS.ID - Dunia sedang mengalami sejumlah perubahan besar, baik secara fisik maupun kimia, sosial dan lingkungan, akibat kenaikan jumlah penduduk serta meningkatnya ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin menurun cadangannya di bumi.  Di samping  pandemik Covid-19, perang antara Rusia dan Ukraina menimbulkan krisis energi serta pangan (gandum) pada  negara-negara yang selama ini mengimpornya dari kedua negara tersebut.   Di sisi lain, Perjanjian Paris 2015, yang tujuan utamanya “menjaga kenaikan suhu rata-rata global abad ini jauh di bawah 2 derajat Celcius dan mendorong upaya untuk membatasi kenaikan suhu maksimum 1,5 derajat Celcius di atas suhu era pra-industri (1850)”, tetap harus dijalankan karena telah menjadi komitmen bersama. Seperti diketahui, perubahan iklim terjadi akibat kenaikan suhu bumi, disebabkan oleh semakin meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca (GRK), khususnya oleh gas karbon dioksida (CO2) akibat aktifitas industri maupun transportasi. Karbon dioksida adalah gas yang terbesar emisinya di antara  GRK lainnya.

Mobil dan motor listrik memang telah memasuki pasar otomotif di Indonesia, namun masih terkendala dalam penyediaan stasiun pengisi baterai bagi mobil atau motor tersebut. Meskipun kelak fungsi stasiun pengisi baterai dapat dilayani oleh SPBU yang ada, diperlukan waktu untuk siapnya seluruh SPBU di Indonesia yang juga sebagai unit pengisi baterai bagi kendaraan listrik. Tentunya sumber listrik bagi unit pengisi baterai harus berasal dari sumber energi yang terbarukan.  Jika sumber listriknya berasal dari sistem jaringan listrik PLN, maka akan sia-sialah upaya mencapai target Net Zero Emission by 2050, karena mayoritas pembangkit listriknya masih menggunakan batubara.

Karena itu, adalah penting untuk segera mengembangkan sumber energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil. CPO, yang selama ini merupakan bahan baku untuk memproduksi minyak goreng dan deterjen, ternyata juga dapat dikonversikan sebagai bahan bakar alternatif yang potensial dan ramah lingkungan.

Dalam upaya untuk menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan bagi kendaraan bermotor, telah dilakukan berbagai riset tentang cara mengonversikan energi terbarukan menjadi energi listrik, bahan bakar nabati menggantikan bahan bakar fosil, serta pemanfaatan hidrogen cair sebagai sel bahan bakar.  Indonesia memiliki sumber-sumber energi alternatif potensial yang terbarukan dan ramah lingkungan, antara lain: energi gelombang dan arus laut, energi angin, sinar matahari, energi panas bumi, serta sungai yang dibendung untuk membangkitkan energi listrik dan irigasi bagi lahan pertanian. Artikel ini mengulas tentang prospek produksi bensin hijau dari minyak mentah kelapa sawit (CPO).

 

Potensi perkebunan kelapa sawit.

Kita perlu segera memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan untuk menggantikan energi fosil yang semakin menipis ketersediaannya di bumi Indonesia. Kelapa sawit merupakan sumber energi nabati yang potensial dan ramah lingkungan bagi Indonesia karena kapasitas produksi minyak nabatinya yang tinggi.  Kapasitas produksi CPO Indonesia pada tahun 2022 adalah 48.235.405 ton, yang perkebunannya tersebar di 26 provinsi (Statistik Perkebunan Unggulan 2020-2022).  Perkebunan sawit yang terbesar ada di Provinsi Riau, yaitu seluas 2,86 juta hektar dengan produksi 8,86 juta ton CPO.

Produksi biodiesel di Indonesia mencapai 5,5 juta kiloliter (kL) sepanjang Januari hingga Juni 2022.  Dari jumlah tersebut, produksi biodiesel yang didistribusikan di dalam negeri mencapai 4,98 juta kL. Biodiesel yang diekspor ke mancanegara sebanyak 48.508,75 kL.  Pemerintah telah menetapkan pencampuran 30% biodiesel dengan 70% BBM jenis solar (fosil).  Secara bertahap, persentase campuran tersebut akan ditingkatkan secara bertahap, demi mengakhiri ketergantungan pada BBM fosil.  Ternyata, CPO juga dapat diolah menjadi bensin hijau.

 

Memproduksi bensin hijau dari CPO.

Produksi dan karakterisasi bensin hijau diperoleh dengan cara thermal catalytic cracking CPO. Proses cracking atau pirolisis merupakan salah satu proses terpenting pada industri kilang minyak; proses ini juga berguna untuk produksi biofuel yang diperoleh dari biomassa.

Pirolisis atau perengkahan triacylglycerols (TAG), terdiri dari dekomposisi termal  bahan baku tersebut tanpa adanya oksigen atau senyawa oksigen lainnya, serta ada atau tidak adanya katalis untuk menghasilkan campuran senyawa yang kebanyakan oleh hidrokarbon linier. Proses perengkahan minyak nabati dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan biofuel, yaitu kelompok hidrokarbon yang mirip dengan bensin, minyak tanah dan solar yang berasal dari fosil. Botton dkk. (2012) melaporkan tentang kekurangan dari proses perengkahan, mengingat indeks keasamannya tinggi karena berupa asam-asam lemak dengan rantai pendek. Namun, produk perengkahan minyak nabati lebih ramah bila dibandingkan dengan produk perengkahan minyak fosil mentah.

S.A.P. da Molta dkk (2017) telah melakukan perengkahan katalitik termal pada CPO untuk mempelajari produksi dan karakterisasi bensin hijau di pabrik percontohan dengan menggunakan natrium karbonat sebagai katalis.  Hasilnya membuktikan, bahwa CPO dapat diolah menjadi bensin hijau.

Industri-industri pengilangan minyak bumi di Indonesia diharapkan mampu memproduksi bensin dari CPO, demi memperkuat ketahanan energi nasional lewat produksi bahan bakar nabati; baik bensin hijau maupun biodiesel.  Di samping itu, laut kita yang luasnya 62% dari luas total wilayah Indonesia juga dapat diolah menjadi hidrogen cair, sebagai bahan bakar bagi sektor transportasi yang telah terbukti ramah lingkungan. Semoga ***

*) Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE. Ph.D. adalah GB Energi Listrik dan Terbarukan pada Universitas Kristen Indonesia.

Artikel Terkait