Nasional

Melalui RAPPI, PPI Dorong Pengembangan Potensi Remaja Indonesia

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 02/05/2023 18:39 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Pita Putih Indonesia (PPI) melalui Remaja Pita Putih Indonesia (RAPPI) mendorong pengembangan potensi remaja Indonesia, terutama pada aspek wawasan dan pengetahuan hingga terkait reproduksi.

Demikian disampaikan Ketua RAPPI, Ir. Dina Sintadewi Landini dalam webinar PPI bertema "Launcing Project What Young People Want" pada Selasa 2 Mei 2023.

"Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Seringkali masa remaja adalah masa yang sulit. Karena anak akan mengalami banyak perubahan fisik dan mental yang sangat pesat ditambah dengan pengaruh lingkungan, keluarga, teman sebaya dan lain-lain, termasuk media massa," kata Dina dalam paparannya.

Pada masa ini, Dina menjelaskan, seorang remaja akan menjalani proses pencarian jati diri yang menyebabkan remaja mencoba berbagai peran untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang kadang-kadang membungungkan dirinya sendiri dan keluarga serta orang-orang di sekitarnya.

Pada masa ini, terangnya, mereka tidak mau digurui apalagi menceritakan masalahnya pada orang tua. Mereka cendrung membicarakan masalahnya kepada teman, terutama jika menyangkut hal yang sangat pribadi seperti soal reproduksi.

Masalah reproduksi menjadi masalah akan dihadapi oleh semua anak yang tumbuh menjadi remaja. Doktrin tentang ketabuan menyebabkan anak malu bertanya pada orang tua mengenai seks.

"Masalahnya adalah ketika orang yang mendengar masalahnya, memiliki pengetahuannya sama atau malah kurang darinya, makan bukan solusi yang didapatkan tapi justru masalah baru," ujarnya.

Remaja Pita Putih Indonesia (RAPPI) memiliki visi dan misi mengembangkan potensi remaja Indonesia sebagai subjek dan objek Pita Putih untuk keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkannya.

Tujuan khusus RAPPI adalah meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja sesuai usianya. Lalu memberdayakan remaja sebagai pendamping atau pendidik sebaya. Hal penting dan menjadi konsentrasinya RAPPI.

"Memberi wawasan tentang kepedulian sosial antara masalah resiko dan komplikasi kehamilan dan persalinan serta upaya mencegah kematian ibu dan bayi dipandang dari sisi peran masyarakat pada umumnya dan peran remaja pada khususnya sesuai usia," ujarnya.

"Lalu membangun jati diri, percaya diri, kemandirian, kreatifitas dan wawasan berorganisasi sosial kemasyarakatan," imbuhnya.

Remaja menurut WHO adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sementara menurut Permenkes 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja, lanjut Dina, ditandai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang sangat cepat. Hal ini disertai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, lalu muncul rasa aneh karena merasa berbeda dari yang lain.

Terkadang hal ini menjadi sebab stres bagi sebagian remaja. Apalagi jika hal tersebut tidak diinformasikan secara benar oleh orang tua.

"Untuk itu, mereka perlu mendapat penjelasan dari orang tua atau dari teman sebaya yang sudah mempunyai wawasan dan pengetahuan yang memadai sesuai usianya," terangnya.

Konsep Pendampinhan Sebaya

Di RAPPI, lebih lanjut Dina menjelaskan, pihaknya memiliki model program pendampingan yang disebut pendampingan sebaya yang menjadi program utama RAPPI.

Ia menambahkan, pendampingan adalah proses hubungan dua orang atau lebih yakni pendamping dan yang didampingi. Dimana kedua belah pihak itu memutuskan untuk bekerja sama agar menemukan pemecahan bagi suatu masalah.

"RAPPI adalah kelompok remaha yang menjadi bagian dari PPI bekerja bersama-sama untuk diri, lingkungan remaja dan lingkungan sekitar, membangun kesadaran, menambah pengetahuan, membentuk sikap, melaksanakan perilaku yang kondusif. Tidak memandang suku, agama, status sosial dan politik," tutupnya.

Artikel Terkait