Nasional

Kaum Milenial Penentu Pemilu 2024, Parpol Tak Jadikan Alat Kapitalisasi Suara

Oleh : very - Minggu, 30/07/2023 20:53 WIB


Diskusi Akhir Pekan Titik Temu di Jakarta, Sabtu (29/7/2023). (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Suara generasi milenial menjadi penentu dalam Pemilu 2024, baik pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Pasalnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menyebut generasi milenial mendominasi pemilih pada Pemilu 2024 dengan jumlah 68.822.389 orang atau 33,60 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT).

"Dari demografi peningkatan kelompok milenial selalu mengalami tren yang terus meningkat dari Pemilu 2014 sampai 2019," kata Direktur Eksekutif Kata Rakyat, Alwan Ola Riantoby dalam diskusi Akhir Pekan Titik Temu di Jakarta, Sabtu (29/7/2023).

Karena itu, Alwan mengharapkan agar suara kaum milenial dalam pemilu tidak hanya menjadi bagian dari kapitalisasi suara untuk meraih kekuasaan. Hal itu karena populasi generasi milenial sangat besar. "Suara mereka dikapitalisasi oleh partai dan itu menjadi bagian dari strategi untuk merebut kekuasaan," kata Alwan.

Menurutnya, keterlibatan anak muda seharusnya dimakani sebagai komitmen anak bangsa terhadap proses demokrasi Indonesia. Ia menginginkan agar keterlibatan atau partisipasi anak muda didorong menjadi pemilih  dalam hal menggunakan hak politiknya.

Selain itu, kata dia, anak muda juga perlu didorong untuk terjun dalam politik praktis. Ia mengungkapkan keterlibata anak muda dalam politik praktis dapat terlihat dari jumlah anggota DPR di Kompleks Parleman Senayan. 

"Kalau dari 575 anggota DPR di Senayan kita bisa mengklasifikasikan berapa anak muda yang terpilih di 2019," kata Alwan.

Alwan menginginkan agar keterlibatan anak muda dalam politik praktis tidak hanya sebagai syarat administratif dalam sebuah partai politik. "Misal kemudian terkesan kita ini mengaku  mengakomodasi anak muda maka saya selalu mengatakan jangan bicara milenial kalau tidak mengajak kelompok milenial," tegasnya.

Ketua Kelompok Lembaga Paradigma, Mulla Sadra mengungkapkan antusias kalangan mahasiswa terhadap perkembangan politik nasional sangat banyak.

Meski demikian, tidak sedikit pula mahasiswa yang cenderung apatis dengan Pemilu 2024. "Mereks cenderung melihat bahwasannya Pilpres 2024 ini hanyalah permainan para elit saja gitu dan permainan para politisi saja," kata Mulla.

Karena itu, menurutnya, hal ini bisa menimbulkan efek ketidakmauan anak-anak muda dan milenial di kalangan mahasiswa untuk memilih dalam Pemilu 2024.

Ia melihat kalangan anak muda ataupun mahasiswa memandang bahwa politik sudah ada yang mengatur. "Bahwasannya ya kita ini hanya main-main saja dan hanya sebagai bidak-bidak catur dalam kontestasi politik," terangnya.

Di sisi lain, Mulla mengungkapkan, hal yang membuat mahasiswa antusias dalam Pemilu 2024 karena genarasi muda dapat mengubah arah gerak bangsa.

Bahkan, generasi muda dapat menjadi penerus bangsa. "Itu dapat diraih salah satunya melalui pemilu serentak 2024," ungkapnya.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Solidaritas DKI Jakarta Elva Farhi Qolbina mengaku ketertarikannya dengan PSI karena di dalam partai tersebut mempunyai tokoh-tokoh baru dalam perpolitikan nasional.

Hal ini yang membedakan PSI dengan partai lainnya. "Apalagi jargon yang dibawa PSI anti korupsi dan anti-intoleransi, aku merasa berani banget partai politik ini," kata Elva.

Tercatat, di DPRD DKI Jakarta, PSI memiliki 8 kursi. Sehingga, PSI memiliki satu fraksi di DPRD DKI Jakarta. Menurutnya, dengan satu fraksi ini, PSI banyak membuat gebrakan di DPRD.

"Kalau dulu DPRD DKI enggak pernah kedengaran ada berita apa sih di DPRD DKI. Kecuali ribut-ribut misalnya sama eksekutif pada waktu itu," ungkapnya.

Ia menegaskan dengan satu fraksi di DPRD DKI ini menjadi ajang pembuktian bagi PSI yang terdiri dari anak muda membela rakyat. "Anak muda itu juga bisa memainkan peran di dalam perpolitikan. Jadi bukan hanya menjadi komoditas politik," pungkasnya. ***

Artikel Lainnya