Jakarta, INDONEWS.ID - Ada dua sisi yang bisa kita lihat dalam melakukan sesuatu, ada yang melihat itu baik ada juga yang menilai salah. Tapi apapun itu bila memperjuangkan hak sebuah bangsa itu adalah patroit. Shodanco Supriadi salah satu pejuang yang tergabung di PETA, berani melawan pelatihnya (Jepang) hingga dinyatakan hilang, kisahnya bakal diangkat ke layar lebar.
Tinton Suprapto salah satu pengurus veteran PETA, tertarik dengan kisah perlawanan Supriadi terhadap penjajahan Jepang di Blitar. Bukan hanya itu, kisah patriotisme Dhodanco Supriadi bisa menjadi pelajaran berharga bagi kaum muda. Dimana akhir-akhir ini kalangan muda kita lebih paham budaya luar dibanding kisah heroik bangsa sendiri.
Tinton selaku penggagas pembuatan film Shodanco Supriadi, mensosialisasikan kisah patriotisme Supriadi, acara tersebut digelar di Sentul, Bogor. Hadir dalam sosialisasi mengangkat perjuangan Supriadi dihadiri, Mantan Panglima Laksamana (Purn) Agus Suhartono, mantan Kasad, Jendral (Purn) Agus, Kepusjarah AD, dan para veteran termasuk cucu Panglima Besar Soedirman.
Menurut pembalap senior itu, bangsa kita besar tapi mustahil bila kita tidak mencontoh orangtua kita, seperti Soekarno yang pulang dari Jepang lalu mendirikan akademi militer pada tahun 1943. Hal seperti itulah yang harus diketahui anak muda saat ini, agar nasionalisme terus tumbuh.
"Ini film pertama yang betul-betul didukung para perintis kemerdekaan dan keluarganya, tanpa mereka (pejuang) ini mustahil kita bisa mengerek bendera Merah Putih. Dan pembuatan film ini juga didukung oleh sutradara handal, penulis skanario keren, dan pemain bagus, ibarat meja sudah ditopang empat kaki", tuturnya.
Menurutnya, mumpung tahun yang 'hangat' politik, dan kami juga tidak pro kemana-mana hanya ingin mengangkat perlawanan Supriadi. Ia pun mencontohkan film luar yang mengangkat perjuangan bangsanya, seperti film Vietnam, Jepang, atau film asing lain yang mengugah rasa nasionalis rakyatnya.
Harapannya dengan, dibuatnya kisah perlawanan Shodanco Supriadi di Blitar, bisa menularkan rasa cinta tanah air ke kaum muda. Kita akan menuju Indonesia Emas, kalau bukan kaum muda siapa lagi yang bisa menjaga kekayaan alam kita, menjaga wilayah NKRI, dan menjadi pelindung bangsa.