Jakarta, INDONEWS.ID - Penyelenggaraan Piala Dunia U-17 Indonesia menjadi momentum bagi persepakbolaan Tanah Air untuk terus berkembang dan menciptakan regenerasi bagi Tim Nasional (Timnas) senior.
Karena itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mencetak regenerasi yang andal dan mewujudkan mimpi lolos ke Piala Dunia level senior, yakni dengan penyelenggaraan liga-liga junior di semua jenjang usia.
Pengamat Sepak Bola Sapto Haryo Rajasa mengatakan bahwa pencapaian Timnas U-17 dalam Piala Dunia U-17 yang diselenggarakan di Tanah Air merupakan hasil yang jauh melebihi ekspektasi. Karena itu perlu dijadikan momentum untuk membangun Timnas Indonesia yang kuat, berkualitas, dan mampu berkompetisi di laga-laga internasional di masa depan.
“Piala Dunia U-17 ini pengalaman yang berharga sekali buat para pemain muda kita. Mereka dapat merasakan pengalaman langsung bertanding dengan tim-tim lawan dari negara lain yang selama ini hanya bisa disaksikan di layar kaca. Ini triger psikologis bagi mereka, membuat mereka terpacu untuk lebih baik lagi,” kata Sapto dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk “FIFA U-17 World Cup: Momentum Regenerasi Sepak Bola Indonesia”, Senin (20/11).
Dia menyebutkan bahwa Timnas U-17 dengan kondisi yang sangat tidak ideal karena dibentuk dalam waktu sangat singkat, berhasil mengimbangi permainan dari lawan-lawan kuat di babak penyisihan grup. Bahkan Tim Garuda mampu meraih 2 poin hasil menahan Ekuador dan Panama. Kendati tidak lolos ke babak selanjutnya usai dihajar Maroko di laga pamungkas.
Melihat kiprah Timnas U-17 itu, Haryo pun menekankan pentingnya pembinaan usia dini. Mengingat, meski Kaka Purwanto cs bermain baik, namun masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dibenahi bagi Garuda Muda untuk bisa terus berkembang.
Untuk itu, dia menilai pentingnya pengembangan liga-liga junior yang kompetitif dan berkualitas. Hal tersebut untuk mengakomodasi kebutuhan para pemain muda Indonesia. Sehingga di masa depan, bibit-bibit muda ini dapat menjadi tulang punggung Timnas Senior yang bisa berbicara banyak di level internasional, termasuk mewujudkan mimpi bermain di pentas Piala Dunia.
“Ini jadi PR kita bersama juga untuk memberikan liga yang lebih kompetitif untuk adik-adik ini. Bukan hanya dilihat dari ramainya penonton, tetapi dari kualitas liga,” jelas Haryo.
Dia mencontohkan, para pemain sepak bola remaja di Thailand yang telah bermain untuk klub Liga Thailand sejak usia 12 tahun. Hal itu membuat mereka merasakan atmosfer berkompetisi sejak dini. Sementara di Indonesia, para pemain sepak bola remaja umumnya masih bermain untuk sekolah masing-masing dan belum terafiliasi dengan klub sepak bola mana pun.
“Terlihat sederhana, tapi ini jelas berbeda karena dari gaya bermain. Dari pola yang mereka dapatkan saat latihan jelas sangat berbeda. Sehingga, saat tiba saatnya mereka bergabung ke Timnas yang dewasa, visinya sudah seirama. Untuk ini kita sudah jauh tertinggal dari negara tetangga kita,” katanya.
Dia mengakui bahwa proses untuk mewujudkan regenerasi sepak bola Indonesia yang berkualitas memang tidak mudah, namun bukan tidak mungkin tercapai.
“Semua level harus jalan bareng. Karena pembinaan sepak bola nasional ini proses yang panjang, tidak instan, jadi harus ada komitmen bersama. Kalau kita butuh waktu 10 tahun, tidak apa-apa 10 tahun, tapi untuk sampai di sana, prosesnya harus sesuai, seirama, dan konsisten,” tutupnya.