Daerah

Kisah Sukses Pemdes Tengku Lese Tekan Sunting: Kebijakan Nasional Bertindak Lokal

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 09/02/2024 07:12 WIB

Kepala Desa Tengku Lese, Adrianus Sadu, S.H

Ruteng, INDONEWS.ID - Desa Tengku Lese merupakan salah satu Desa di Kabupaten Manggarai, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang kini sedang serius menangani kasus stunting.

Keseriusan ini setidaknya berkaca pada sekitar 42 anak yang mengalami stunting yang mulai dideteksi sejak Agustus 2022 lalu.

Menurut Kepala Desa Tengku Lese, Adrianus Sadu, SH bahwa jumlah kasus tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi. Hal ini mengingat, lanjut dia, pada tahun-tahun sebelumnya pihak pemerintah desa telah melakukan intervensi melalui berbagai program seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) oleh kader Posyandu dan kesehatan desa.

"Sebenarnya, kami pemerintah desa sudah melakukan pencegahan agar anak-anak di desa kami tidak mengalami stunting. Tapi, kami juga tak dapat mengelak bahwa pada saat pengukuran ditemukan sejumlah anak yang mengalami stunting," tutur Sadu saat berbincang dengan jurnalis Indonews.id Lasarus Gon di kantornya, Kamis, (8/2).

Dia menjelaskan, setelah ditemukannya sejumlah anak mengalami masalah dengan pertumbuhan badan ini, pemerintah desa langsung memberikan perhatian, dan bahkan menjadi atensi utama dengan mengalokasikan anggaran pada tahun anggaran 2024.

"Pencegahan anak stunting merupakan program nasional. Karena itu, kami sebagai pemerintah di tingkat bawah wajib mengikuti arahan pemerintah pusat. Kami menganggarkan dana pencegahan stunting sesuai peraturan pemerintah," jelasnya.

Tahun 2024, Adrianus mengaku pihaknya telah menyusun rencana aksi konvergensi percepatan penurunan stunting tahun 2024. "Pertama, kita melakukan analis situasi. dari sini kita bisa mengetahui bagaimana peran orang tua, kader, tenaga kesehatan, maupun pemdes. Analisa peran ini sangat panting agar kita kita mudah melakukan intervensi," jelasnya.

Pada rencana kedua adalah tentang membagi peran. Dia menyampaiakan ini merupakab soal siapa yang mengerjakan apa karena ini sudah masuk dalam action. "Berbagi peran sangat penting, misalnya hal yang sederhana saja seperti siapa yang berbelanja, penentuan waktu yang tepat untuk melakukan intervensi PMT," paparnya.

Selanjutnya aksi ketiga yakni memiliki data yang akurat. Ini soal identitas anak, orang tua dan lokus stunting. "Bahasa populernya by name by address. Para pihak yang terlibat dalam tim harus mengetahui semua itu."

Pada aksi keempat, yakni untuk mendukung aksi tentu didukung oleh sumber daya manusia desa yang mumpuni. Pengetahuan para pelaku utama kesehatan masyarakat desa sangatlah penting. Pada level ini perlu adanya peningkatan kapasitas kader melalui berbagai kegiatan baik yang digelar oleh Pemdes maupun kegiatan peningkatan kapasitas lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional.

Aksi kelima adalah melakukan evaluasi berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Poin ini erat kaitannya dengan penggunaan tools, plus, minus dan. interest. Poin aksi keenam adalah rembuk stunting yang melibatkan seluruh tokoh-tokoh kunci di desa untuk membahas berbagai persolan pertumbuhan anak di desa.

Ketujuh adalah publikasi stunting. Publikasi ini bertujuan agar masyarakat tahu apakah masih ada kasus stunting atau tidak, dan tindakan-tidak apa yang sudah dilakukan dalam satu tahun anggaran sebagai upaya penurunan angka stunting di desa.

Dikatakan Sadu, pihaknya optimis bisa menekan laju angka stunting di desa jika masyarakat mendukung program pemerintah desa. "Salah satunya adalah perilaku hidup bersih dan sehat. Orang tua juga harus biasakan memberi makanan bergizi kepada anak," harap Kades Adrianus yang mengaku dirinya pernah mengabdi di pedalaman Papua pada lembaga kemanusiaan Wahana Visi Indonesia, itu. (Lasarus Gon)

Artikel Terkait