Opini

Upaya Penggunaan Teknologi Light-Water Modular Reactor sebagai Pengganti Batubara dan Gas pada PLTU maupun PLTGU demi Menurunkan Emisi Karbondioksida

Oleh : very - Jum'at, 15/11/2024 15:35 WIB


Penggunaan Teknologi Light-Water Modular Reactor sebagai Pengganti Batubara dan Gas pada PLTU maupun PLTGU. (Foto: Ist)

Atmonobudi Soebagio*)

Jakarta, INDONEWS.ID - Perjanjian Paris yang menghasilkan kesepakatan bersama untuk menurunkan suhu atmosfir sebesar 2oC di atas suhu awal era industri, telah diratifikasi   oleh 195 negara; termasuk Indonesia. Banyak negara di dunia telah sepakat untuk mengakselerasi langkah dekarbonisasi dalam membatasi emisi gas karbondioksida, khususnya dalam mengakhiri penggunaan batubara dan gas alam pada PLTU maupun PLTGU.

Kondisi Ketenagalistrikan Indonesia.

Data PLTU dan PLTGU Indonesia pada semester 1 tahun 2024 adalah:

  • Total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia adalah 93 gigawatt (GW).
  • 49,8 GW atau 53% dari kapasitas pembangkit listrik terpasang berasal dari PLTU Batubara.
  • 25,24 GW atau 27% dari kapasitas pembangkit listrik terpasang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
  • 13,71 GW atau 15% dari kapasitas pembangkit listrik terpasang berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan (EBT).
  • 74,5 GW atau 79% dari pembangkit listrik terpasang dimiliki oleh PT PLN (Persero).
  • 14,2 GW atau 15% dari pembangkit listrik terpasang merupakan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan Sendiri (IUPTLS).

Terlepas dari komitmen Indonesia untuk mengakhirinya, kita perlu mempertimbangkan tentang “perlunya teknologi alternatif” untuk segera menggantikan batubara dan gas alam agar turbin uap maupun turbin gas dan uap (combined cycle) masih bisa digunakan tanpa harus mem-pensiun-kan seluruh unit dari kedua jenis pembangkit tersebut.  Mengapa? Sebagian besar dari pembangkit yang ada di Indonesia masih belasan tahun pengoperasiannya, dan akan sangat besar kerugiannya apabila dihentikan secara mendadak. 

Sebagian dari pembangkit tersebut bahkan merupakan partisipasi swasta pada sektor ketenagalistrikan.  Bantuan negara lain, maupun pinjaman dana, untuk mengganti pembangkit yang akan berakhir dengan pembangkit baru, jelas tidak mungkin dilakukan dalam jangka pendek.

Penutupan PLTU batubara baru dapat dilakukan pada tahun 2050.  Alasannya, pada tahun 2025 baru 23% energi yang berasal dari EBT dan masih harus ditingkatkan kapasitasnya, sedangkan pada tahun 2050 seluruh pembangkit batubara sudah ditutup. 

Lalu, teknologi apakah yang dianggap mampu menggantikan sejumlah PLTU yang semula berbahan bakar batubara dan gas alam?

 

Modular Light-Water Reactor, sebagai Usulan.

Artikel ini membahas tentang peluang atau pilihan menggantikan peran batubara sebagai sumber energi termal bagi PLTU di Indonesia yang dapat segera dilakukan.  Modular light-water reactor sebagai pengendali reaksi berantai pada reaktor fisi guna menghasilkan energi panas  untuk memproduksi listrik.  Light water, atau H2O, digunakan sebagai pendingin dan sekaligus sebagai moderator neutron dalam reaktor.

Projek International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER) merupakan reaktor fusi pertama sebagai pembangkit listrik, yang sedang dibangun di Cardarache, Perancis Selatan. Proyek ini “membangun sambil melakukan riset”, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Reaktor plasma utama dan pertama tersebut direncanakan selesai pada tahun 2033-2034. 

Dan kesiapannya sebagai pembangkit listrik beberapa tahun kemudian setelah ujicoba reaktor plasma tersebut berhasil.  Reaktor ini tidak meninggalkan limbah radioaktif karena deuterium dan tritium tetap tinggal di dalam ruang toroidal reaktor tersebut.

Meskipun penggunaan teknologi Modular Light-Water Reactor (MLWR) dalam artikel ini lebih kecil risikonya dari pada PLTN konvensional yang telah beroperasi selama puluhan tahun, penerapan teknologi tersebut diharapkan tidak akan mengalami kecelakaan besar seperti yang telah dialami oleh PLTN Three Miles Island (1979), PLTN Chernobyl (1986), dan PLTN Fukushima (2011) yang lalu.

Kalaupun reaktor MLWR selaku pengganti batubara dan gas alam jadi digunakan, tentunya harus disertai dengan tenaga-tenaga operator yang berdisiplin tinggi, cermat, serta terampil dalam mengoperasikan reaktor tersebut.  Semoga demikian.

Referensi:

  1. Lukowicz, L. Bartela, P. Gladysz, dan S. Qvist, Repowering a Coal Plant Steam Cycle Using Modular Light-Water Reactor Technology, Energies 2023, 16, 3083. https://doi.org/10.3390/en16073083. MDPI.
  2. Dan beberapa sumber lainnya.

*) Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah Guru Besar Sistem Daya Listrik dan Energi Terbarukan pada Universitas Kristen Indonesia, serta mantan Rektor UKI (2000-2004).

Artikel Lainnya