Jakarta, INDONEWS.ID - Dalam rangka memperingati 70 tahun wafatnya Haji Agus Salim, salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia, hari ini diluncurkan buku berjudul Haji Agus Salim: The Grand Old Man di kampus Yarsi Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Acara ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Pimpinan Redaksi Indonews.id Asri Hadi, yang memberikan dukungan terhadap penerbitan karya ini.
Buku Haji Agus Salim: The Grand Old Man mengangkat perjalanan hidup Haji Agus Salim sebagai pejuang kemerdekaan, diplomat, ulama, dan jurnalis yang berjasa besar dalam perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Agus Salim, yang lahir dengan nama Masjhoedoelhaq pada 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat, dikenal luas sebagai sosok yang cerdas, berwawasan luas, dan memiliki kemampuan diplomasi yang luar biasa.
Beliau menguasai tujuh bahasa asing dan memainkan peran penting dalam sejumlah perundingan internasional yang menguntungkan kemerdekaan Indonesia.
Peringatan 70 tahun wafatnya Agus Salim ini semakin berarti dengan kehadiran sejumlah narasumber terkemuka dalam acara peluncuran buku ini.
Keynote speaker yang hadir antara lain Prof. Emil Salim, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Burnalis Ilyas, Prof. Dr. Fasli Jalal, dan Muhammad Ali, yang membahas berbagai dimensi kepemimpinan dan perjuangan Agus Salim dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Agus Salim, yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tahun 1961, dikenal sebagai "The Grand Old Man" karena kontribusinya yang besar dalam bidang diplomasi, jurnalisme, dan pendidikan.
Beliau juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam beberapa kabinet Indonesia pasca-kemerdekaan, dan terlibat dalam perundingan internasional penting seperti Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda.
Sebagai seorang tokoh yang juga berperan dalam dunia jurnalistik, Agus Salim mendirikan dan memimpin beberapa surat kabar terkemuka, di antaranya Harian Neratja dan Fadjar Asia.
Selain itu, ia aktif dalam organisasi Sarekat Islam dan menjadi salah satu pemimpin yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan diplomasi dan kata-katanya yang tajam.
"Buku ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada seorang tokoh yang tak hanya besar di bidang politik, namun juga dalam dunia pendidikan dan diplomasi internasional. Haji Agus Salim adalah panutan bagi kita semua, dan melalui buku ini, generasi muda Indonesia diharapkan bisa lebih mengenal perjuangan dan legacy beliau," ujar Asri Hadi, Pimpinan Hariankami.com, dalam sambutannya.
Selain itu, acara peluncuran ini dihadiri oleh sejumlah akademisi, jurnalis, dan komunitas yang mengapresiasi karya ini sebagai salah satu upaya untuk mengenang jasa besar Haji Agus Salim bagi Indonesia.
Agus Salim meninggal dunia pada 4 November 1954 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Meskipun beliau telah tiada, semangat perjuangan dan dedikasinya untuk bangsa tetap hidup dalam ingatan dan karya-karya yang ditinggalkannya.
Haji Agus Salim: The Grand Old Man merupakan buku biografi yang mengulas secara mendalam tentang kehidupan Haji Agus Salim, dengan fokus pada kiprah beliau sebagai seorang diplomat, pejuang, jurnalis, dan ulama. Buku ini ditulis untuk mengenang dan memperkenalkan kembali kepada publik mengenai warisan pemikiran dan perjuangan yang telah ia wariskan bagi bangsa Indonesia.