
Penulis: Chappy Hakim (Pusat Studi Air Power Indonesia)
Kabar duka menyelimuti Tanah Air. Prof. Hasjim Djalal, seorang tokoh terkemuka dalam diplomasi maritim Indonesia dan pakar hukum laut internasional, telah berpulang ke pangkuan Ilahi. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan sahabat, tetapi juga bagi bangsa Indonesia yang telah menerima warisan pemikiran dan kontribusinya dalam memperjuangkan kedaulatan maritim.
Sebagai seseorang yang memiliki kehormatan mengenal Prof. Hasjim Djalal secara langsung, saya mengenang sosok beliau sebagai pribadi yang hangat, rendah hati, dan sangat berdedikasi terhadap ilmu pengetahuan dan kepentingan nasional. Pertemuan kami dalam berbagai diskusi tentang isu Laut Cina Selatan selalu memberikan kesan yang mendalam. Salah satunya terjadi dalam sebuah seminar di @amerika Jakarta, di mana kami membahas tantangan dan masa depan kedaulatan laut Indonesia dalam menghadapi sengketa kawasan tersebut. Beliau berbicara dengan ketenangan seorang ilmuwan dan kejelian seorang negarawan.
Ada sebuah momen yang selalu saya ingat setiap kali bertemu beliau. Dengan senyum hangatnya, beliau kerap berkata, "Wah, ketemu lagi ya! Anda selalu bicara tentang FIR Singapura dan saya selalu bicara tentang South China Sea." Saya tertawa dan menjawab, "Iya, Pak. Orang-orang bilang kita seperti kaset rusak. Ha ha ha ha ha." Percakapan sederhana itu menjadi pengingat bahwa meski diskusi kami sering mengulang topik yang sama, semangat yang mendasari pembahasan itu selalu segar dan penting.
Tidak hanya sebagai seorang akademisi, Prof. Hasjim Djalal juga menjadi teladan sebagai pembedah karya tulis saya saat peluncuran buku Pertahanan Indonesia: Angkatan Perang Negara Kepulauan yang diselenggarakan di Kementerian Pertahanan. Acara tersebut dipandu oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Kehadirannya sebagai pembicara bukan hanya memberikan nilai akademis, tetapi juga memperkuat validitas diskusi yang ada. Dengan caranya yang khas, beliau memberikan perspektif yang memperkaya dialog, mendorong pemahaman yang lebih komprehensif tentang pertahanan dan hak-hak maritim Indonesia.
Prof. Hasjim Djalal adalah penjaga teguh prinsip-prinsip UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea), sebuah konvensi internasional yang menjadi fondasi bagi tata kelola maritim global. Indonesia sebagai negara kepulauan berdaulat telah banyak diuntungkan oleh peran beliau dalam perundingan internasional. Melalui kecerdasan diplomasi dan keahliannya dalam merumuskan argumen hukum yang kuat, beliau mengokohkan posisi Indonesia sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah perairannya.
Karya dan dedikasinya mengajarkan kita bahwa kedaulatan bukan hanya soal klaim wilayah semata, tetapi juga tentang komitmen menjaga hak-hak generasi mendatang atas sumber daya laut. Di tengah tantangan geopolitik yang terus berkembang, pemikiran Prof. Hasjim Djalal tetap relevan dan menjadi panduan bagi para diplomat, akademisi, serta seluruh komponen bangsa yang peduli terhadap masa depan Indonesia sebagai negara maritim.
Kepergian beliau merupakan kehilangan besar bagi bangsa ini, tetapi semangat dan warisannya akan selalu hidup. Bagi saya pribadi, kenangan dan interaksi bersama beliau adalah pelajaran yang akan terus membekas. Kita patut meneladani dedikasi dan komitmen beliau dalam menjaga kedaulatan negara, serta memperjuangkan hukum laut yang adil dan damai.
Selamat jalan, Prof. Hasjim Djalal. Laut Nusantara akan selalu mengingatmu sebagai penjaga garis batasnya, dan bangsa ini akan terus mengenangmu sebagai sosok yang berani berdiri tegak demi kedaulatan Tanah Air.
Turut berduka mendalam Dengan penuh Respect