
Penulis: Bunga Kejora (Jurnalis)
“ Saudara hanya akan jadi tukang stempel keinginan presiden? “ tanya Catherine Maria Cortez, senator Demokrat dari Nevada pada Robert Francis Kennedy Junior (RFK Jr) di gedung Parlemen As, Capitol, Rabu pagi ( 29/1/25). Keponakan almarhum Presiden J.F Kennedy itu, tengah mengikuti “fit and proper”( confirmation hearing) untuk menjadi Menteri Kesehatan dan Layanan Umum, di kabinet Presiden AS Donald Trump. Calon menteri menjalani 2 x hearing dengan Senator AS selama dua hari berturut-turut. Suara RFK Jr. khas; serak, karena pita suaranya rusak oleh penyakit polio di masa kecilnya.
Maria Cortez tampaknya gemas karena jawaban Kennedy hanya selalu menyebut isi Keppres Donald Trump dan isi instruksi Trump padanya sebagai calon menterinya. Bukan visinya sendiri sebagai menkes. “Apakah Saudara akan menurunkan harga obat ? Saya percaya Saudara setuju harga obat murah,” kata Maria pada RFK yang berpuluh tahun menjadi pengacara perlindungan konsumen.
RFK berkilah bahwa Presiden Trump sudah mengeluarkan Keppres, dan minta RFK menurunkan harga obat untuk lansia.
Bukan itu, kata Cortez, senator yang bekas Jaksa Agung di Nevada. Cortez menjelaskan. Yang dimaksudkan adalah 10 macam obat (dan akan berkembang menjadi 15 macam obat) itu antara lain obat resep untuk diabetes, jantung, pengencer darah dan obat kanker darah dari perusahaan farmasi besar seperti Merck, Janssen,Bristol dan Novartis. Tapi produsen obat menolak pemerintah mengatur-atur harga. Padahal menurut senator yang lain, harga obat paten di AS 10 kali lebih mahal daripada harga jual di Eropa.
Cortez kuatir, di bawah pemerintahanTrump, upaya menyediakan obat murah tidak dilanjutkan. Presiden Trump lebih memfokuskan untuk mencari cara inovatif mencegah terjadinya penyakit kronis. Lebih pada usaha preventif. “Saudara tidak akan berunding lagi dengan farmasi, kalau nanti jadi menteri?” ujar Cortez mendesak Kennedy. Ia ingin RFK Jr, anak Jaksa Agung AS, punya pendirian, jangan hanya manut dan jadi tukang stempel kebijakan Trump.
Namun RFK Jr. terpaku pada kenyataan bahwa di AS, angka penyakit kronis sangat tinggi dibandingkan negara lain. Pemerintah sampai harus mengeluarkan 60 % biaya Medicare dan Medicaid ( semacam BPJS) lebih banyak dibanding negara lain, dalam 4 tahun belakangan, karena menanggung warga berpenyakit kronis ini. Di masa Covid, meski penduduk AS hanya 4,2% dari total warga dunia tapi korban meninggal Covidnya 16% dr angka kematian sedunia. Menurut Badan Penanggulangan Penyakit (CDC ) AS, pada RFK, penyebab tingginya kematian karena orang AS penyakitan. Sebagaimana diketahui, dampak virus Covid paling mematikan adalah pada mereka yang punya penyakit bawaan.
Tak kalah kerasnya pertanyaan pada calon menkes ini dari Elizabeth Warren, politisi senior Demokrat. Dua tahun lalu RFK Jr pernah mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Demokrat, tapi akhirnya menjadi capres independen dan terakhir meyerahkan suaranya pada kandidat Republik Donald Trump.
Warren mengapresiasi keinginan Trump untuk menghapus konflik dan korupsi. “ Tapi apakah kamu akan menerima komisi dari perusahaan obat, peralatan kesehatan, rumah sakit dan perusahaan asuransi karena Saudara perantara pemerintah?” kata Warren pada Kennedy yang sebelumnya adalah pengacara lulusan Virginia Lawschool dan ahli lingkungan hidup dari Pace University. Warren kuatir, Robert Kennedy menjual info pada industri medis atau kantor pengacara untuk mendapat keuntungan. Sebab, selama menjadi lawyer, ia pernah mendapat fee 10 persen dari keberhasilan gugatan perdata terhadap perusahaan pembuat vaksin. Ini dibantah oleh JFK. Tapi Warren dengan suara keras mengatakan ingin memastikan bahwa keputusan yang akan dibuat sebagai menteri adalah untuk kepentingan warga dan bukan untuk kepentingan sendiri.
Lawyer Anti Vaksin
Yang paling dibicarakan media AS dan aktivis saat Donald Trump memilih RFK Jr sebagai calon Menteri Kesehatan dan Pelayanan Umum memang sikapnya yang anti vaksin. Senator Weyden dari Oregon setelah mempelajari buku-buku dan isi beberapa podcast wawancara RFK Jr, membaca dan mendengar berulangkali calon menteri itu mengatakan, “ tidak ada vaksin yang aman dan effektif “. RFK juga pernah mengatakan bahwa bila waktu diputar kembali, ia tidak mengijinkan anaknya divaksin. “ Tapi kenapa saat inii di bawah sumpah Anda mengatakan bahwa Anda pro vaksin?” RFK Jr mengatakan pendapatnya saat di podcast itu, belum selesai. Vaksin mau pun obat, katanya, selalu punya efek samping.
Weyden memberi bukti lain bahwa RFK Jr juga pernah menggagas petisi untuk menjauhkan masyarakat dari vaksin sekarang dan di waktu mendatang. Ia juga mengatakan campak bukan penyakit mematikan dan karenanya tidak perlu divaksin. Karena sering memberikan pernyataan yang membahayakan, senator 75 tahun ini mempertanyakan kemampuan RFK Jr sebagai pejabat untuk membuat rekomendasi2 yang dampaknya pada hidup dan matinya seseorang. Terutama bila terjadi pandemi kembali.
Karenanya, senator demokrat terkenal lainnya, Bernie Sanders mendesak RFK untuk tidak membuat pernyataan kontroversial. Antara lain mencabut iklan-iklan yang diproduksi oleh kelompoknya, Children Health Defense. Dalam iklan terlihat “baju monyet” ( pakaian balita) yang bertulisan : no vax no problem. Menurut Sanders, “Ini sama saja Anda mengajak orang tidak percaya bahwa vaksin itu bermanfaat”
Ketika Sanders bertanya apakah RFK Jr sepakat bahwa jaminan kesehatan adalah hak asasi setiap warga negara? RFK Jr menampik. Hak menyatakan pendapat, memang hak asasi. Tapi mengurus kesehatan warga berbeda. Karena ada orang-orang yang menjalani hidup dengan kebiasaan buruk, misalnya merokok. Ia lebih ingin mengkampanyekan setiap orang, terutama anak-anak sadar bahwa apa yang dimakan oleh setiap orang ada konsekuensinya terhadap kesehatan. Contoh makan cheeseburger dan minum coca cola, “ seperti yang disukai boss saya ( Donald Trump), punya akibat terhadap kesehatan.” Mendengar nama Trump diambil sebagai contoh orang yang mempunyai kebiasaan makan buruk, suasana sidang yang mencekam, pecah oleh suara tertawa hadirin.