
Jakarta, INDONEWS.ID - NEO Gallery dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal Hendra Buana, sang maestro sena rupa yang dikenal dengan eksplorasi kaligrafi Islam dan filosofi alam Minangkabau.
Bertajuk “Pameran Lukisan Karya Masterpiece Hendra Buana", pembukaan pameran ini dihadiri sejumlah tokoh Minangkabau seperti Menteri kebudayaan Fadli Zon yang juga didapuk untuk secara resmi membuka pameran ini.
Hadir juga mantan Kepala BNN, Komjend pol purn Ahwil Lutan hingga Pemimpin Redaksi Indonews.id Asri Hadi.
Asri Hadi menyebut, kehadirannya pada acara ini setelah dirinya mendapat undangan langsung dari Komjend pol purn Ahwil Lutan, sahabat lamanya.
Pameran ini berlangsung pada 2 -16 Februari 2025 di NEO Galery, Gedung Masterpiece, Lantai 2, Jl. Tanah Abang IV, No 23-25 Jakana Pusat. Pameran ini dibuka setiap hari pukul 09 00 - 17 00 WIB.
Dikurasi oleh kurator seni Dio Pamola, pameran ini menampilkan 66 karya yang menggajak pengunjung menyelami lansgkap surealis dan spirtusitas khas dalam karya Hendra.
Mengenal Hendra Buana dan Karya-Karyanya
Lahir di Bukittinggi pada tahun 1963, Hendra Buana merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang telah mengukir penjalanan panjang dalam dunia seni rupa.
Ia dikenal kerena kemampuannya menggabungkan unsur kaligrafi Islam dengan elemen alam yang terinspirasi dari filosofi Minangkabau "alam takambang jadi guru".
Sejak masa studinya, bakatnya telah mencuri perhatian, membawanya ke berbagai eksplorasi artistik yang semakin matang.
Dalam pameran ini, Hendra menampilkan sisi baru dari karyanya dengan pendekatan surealismen dekoratif, menciptakan pemandangan fantasi yang menghidupkan imajinasi lewat warna-warna berani, tekstur dinamis, simbolisme kaya, ia membawa penonton ke dunia yang melampui realitas.
Misalnya karya "dulu, kini, dan nanti" yang mempertemukan budaya Nusantara dengan peradaban dunia, menghadirkan negeri imajinatif yang terasa akrab sekaligus asing.
Sementara itu, "Suatu Sore di Tilatang Kamang" mengambarkan lanskap yang berkabut dan penuh misteri, menyiratkan jejak sejarah Perang Padri yang masih bergema dalam ingatan kolektif.
Keajaiban alam terjalin dalam dan "Arau dalam Fantasi" dan "Arwana dalam Fantasi," di mana air, langit dan kehidupan bawah laut melebur dalam harmoni yang magis.
Keseimbangan kosmis termanifestasi dalam "Yin Yang," menghadirkan kontras antara gelap dan terang, keteraturan dan kekacauan.
Sedangkan dalam "Sebermula Jadi Hikayat Bahtera Nabi Nuh" dan "Yang Terdampar di Bukit Jodi,` Hendra mengisahkan kembali legenda bahtera Nabi Nuh dengan sapuan kuas yang dramatis seolah menempatkan penonton di tengah riak gelombang yang membawa kisah lama ke masa kini.
Meskipun tidak secara eksplisit menampilkan kaligrafi Arab, esensi spiritual tetap menjadi benang merah yang menyatukan seluruh karyanya.
Dengan pendekatan visual yang menggugah, Hendra tidak sekadar melukis, tetapi mengundang penonton untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, sejarah, dan dimensi metafisik yang lebih luas.
“Kami merasa terhormat bisa menghadirkan pameran tunggal ini karena Hendra Buana adalah seniman dengan jiwa yang tulus. Lukisan-lukisannya berbicara dengan hati, mengajak kita masuk ke dalam dunia imajinasi yang penuh makna dan spiritualitas,” ujar Stefanus Randy Oenardi Raharjo, Direktur NEO Gallery.
Kurator Dio Pamola menambahkan, "Pameran ini mengajak kita merenungkan bagaimana seni rupa bisa menjadi medium eksplorasi keindahan dan iman. Karya Hendra mengingatkan bahwa seni besar bukan sekadar soal kemegahan visual, tetapi juga tentang jiwa yang terkandung di dalamnya."