Nasional

Gandeng Kampus dan Korporasi, Kemendukbangga Pilih NTT sebagai Pilot Project Pemberantasan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 19/03/2025 12:06 WIB


Jakarta, INDONEWS.ID – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN memilih Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai daerah percontohan atau pilot project dalam upaya pemberantasan kemiskinan ekstrem dan penanganan stunting. Rencananya, Kemendukbangga/BKKBN bekerja sama dengan dua universitas serta sejumlah korporasi untuk terlibat langsung dalam penyelesaian masalah tersebut di NTT.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji, mengungkapkan bahwa setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Mendiktisaintek), Kemendukbangga mendorong Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang untuk melakukan riset serta langsung terlibat dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di NTT.

"Saya fokus ingin membuat sesuatu yang konkret untuk NTT. Setelah bertemu dengan Menristekdikti, kami mendorong Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang untuk turun ke NTT melakukan riset dan berkontribusi langsung dalam penanganan stunting serta kemiskinan ekstrem," ujar Wihaji saat audiensi dengan Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Lakalena, dan para bupati se-NTT di Jakarta, Rabu (19/03/2025).

Wihaji juga menyampaikan bahwa sejumlah korporasi akan digandeng untuk mendukung pembangunan rumah layak huni, pengadaan air bersih, serta menjadi orang tua asuh untuk pencegahan stunting. Para korporasi ini akan mengalokasikan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) mereka untuk mendukung program-program tersebut di NTT.

Menurut Wihaji, Kemendukbangga sudah memiliki sejumlah program dan alokasi anggaran khusus untuk NTT. Saat ini, terdapat 4.328 tim pendamping keluarga (TPK) di NTT yang terdiri dari 13.242 orang, termasuk 4.142 bidan, 4.376 kader PKK, dan 4.392 kader KB. Keberadaan TPK ini dioptimalkan untuk membantu 1,127 juta keluarga, termasuk 331.116 keluarga yang berisiko stunting di NTT.

Sebagai bentuk komitmen, Wihaji berencana melakukan kunjungan langsung ke NTT, dengan Lembata menjadi kabupaten pertama yang akan dikunjungi.

"Saya ingin menginap di desa dan kampung di Lembata. Kami ingin melihat langsung kondisi masyarakat dan memberikan perhatian lebih untuk mereka," kata Wihaji.*

Artikel Lainnya