Nasional

Asri Hadi Rayakan Ulang Tahun ke-67

Jejak Panjang Pengabdian untuk Bangsa Tokoh Penerima Penghargaan Satyalacana Dwidya Sistha

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 25/05/2025 09:05 WIB


 

Jakarta, INDONEWS.ID - Hari ini, 25 Mei 2025, Asri Hadi genap berusia 67 tahun. Sebuah momen istimewa bagi sosok yang telah dikenal luas sebagai tokoh pendidik, tokoh pers, komunikator dan penerima berbagai penghargaan atas pengabdiannya terhadap negeri.

Lahir di Desa Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat pada 25 Mei 1958, perjalanan hidup Asri Hadi bukanlah sekadar tentang usia, tetapi tentang dedikasi panjang yang konsisten untuk membangun Indonesia—baik melalui dunia pendidikan, komunikasi strategis, maupun kontribusinya di berbagai forum kebangsaan.

Namanya kian dikenal publik ketika ia menerima Satyalancana Dwidya Sistha, penghargaan negara yang diberikan atas jasanya dalam mendidik dan membina generasi muda, terutama di lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Sebuah penghargaan yang tidak hanya mencerminkan kapasitas intelektual, tetapi juga integritas dan kecintaan pada tanah air.

Dalam berbagai kesempatan, Asri Hadi dikenal sebagai sosok yang rendah hati, namun tegas dalam prinsip. Ia percaya bahwa kemajuan bangsa bukan hanya ditentukan oleh kebijakan, tetapi juga oleh karakter dan wawasan yang tertanam di setiap individu.

Melalui diskusi publik, hingga keterlibatannya dalam lembaga-lembaga strategis, ia konsisten menyuarakan pentingnya persatuan, literasi kebangsaan, dan komunikasi yang beretika.

Meski telah memasuki usia 67 tahun, semangat Asri Hadi untuk terus berkontribusi tidak surut sedikit pun. Ia masih aktif pengurus aktif dalam forum-forum nasional. Ulang tahunnya bukan hanya menjadi penanda usia, tetapi juga perayaan atas semangat yang terus menyala untuk menginspirasi generasi muda Indonesia.

“Selama hidup masih diberi waktu, saya ingin tetap bermanfaat bagi orang lain, bagi bangsa ini,” ujar Asri Hadi dalam satu kesempatan, merendah namun penuh makna.

Saat ini, Asri Hadi aktif di berbagai organisasi sosial seperti menjadi pengurus di DPP INSANO, DPP ALPEKSI, DPP AMDI, DPP IAPI, Anggota FOKBI JAKARTA, Anggota Satupena, Anggota MIPI, Anggota koperasi jasa Mitra Promedia Sejahtera.

Selamat ulang tahun ke-66, Bapak Asri Hadi. Terima kasih atas teladan, pengabdian, dan cinta yang tulus kepada Indonesia. Semoga kesehatan dan semangat juang selalu menyertai setiap langkahmu.  

Lahir di Tengah Konflik

Asri Hadi lahir di Dusun Kojai Nagari, Kecamatan Lintau Buo, Tanah Datar, Sumatra Barat pada 26 Mei 1958 sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan H. Ramli Hadi bin Abdul Hadi dan Hj. Sayang Syarif binti Muhammad Syarif. Keempat saudarinya antara lain Indrawati Hadi, Zulhaini Hadi, Indrajaya Hadi, dan Jetti Rosila Hadi.

Ibunya, Hj. Sayang Syarif merupakan anak dari Siti Latifah dengan Muhamad Syarif bergelar Datuk Djido Besar. Sedangkan ayahnya, Ramli Hadi merupakan anak dari Daraman dengan Abdul Hadi.

Pada saat Asri Hadi lahir, konflik PRRI dengan pemerintah pusat sedang berkecamuk. Konflik senjata berkepanjangan itu membuat masyarakat hidup tidak nyaman dan merasa terancam.

Maka dari itu, ayah Asri Hadi memutuskan membawa keluarganya hijrah ke Jakarta, tak terkecuali Asri Hadi kecil yang saat itu masih berusia 2 tahun. Ia bersama ibu dan kakaknya menyusul sang ayah yang telah lebih dulu berangkat ke Jakarta. Mereka berangkat dari Padang dengan menggunakan kapal laut, menempuh perjalanan 10 hari untuk tiba di Pelabuhan Tanjung Priok.

Di Jakarta, mereka tinggal untuk sementara waktu di Jalan Panglima Polim 10, No. 19, Kebayoran Baru di rumah saudara ibunya. Setelah beberapa lama tinggal di Panglima Polim, ayahnya membeli rumah di Jalan Pete 4 No. 12 Blok A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Meskipun kelahiran Sumbar, tapi Buyung, panggilang akrab oleh keluarganya, betah tinggal di Jakarta Selatan (Jaksel) dari taman kanak-kanak, SD, SMP hingga SMA, bahkan ketika Buyung menjalani pendidikan tingkat perguruan tinggi di Universitas Indonesia (UI).

Apalagi sejak ayahnya beli rumah di Jalan Brawijaya, tepat bersebelahan dengan rumah Jendral Poniman. Lantaran tinggal sendiri di rumah yang besar, Buyung sering mengajak para pengawal jenderal menginap, sambil sesekali diajak kongkow-kongkow di daerah kota dan Mangga Besar. Jadi para tauke menyangka Asril Hadi anaknya Pangdam karena selalu dikawal.

Pendidikan

Pada tahun 1963, Buyung masuk sekolah Taman Kanak-kanak Melati dekat rumah dan melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen Ora Et Labora hingga tamat pada 31 Desember 1970. Ia lantas masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Jakarta. Ia tamat SMP pada 8 Desember 1973 dan melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 3 Teladan Jakarta hingga lulus pada 4 Desember 1976.

Pada 1977, Buyung terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan pada saat yang sama menjadi mahasiswa Intitut Teknologi Bandung (ITB) serta secara bersamaan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung (FE Unpad). Artinya, pada tahun ini, Buyung menjadi mahasiswa aktif di 3 universitas sekaligus.

Pada tahun 1978, Buyung memutuskan mendaftar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) hingga lulus pada 19 Juli 1984 dengan gelar doktorandus (Drs.) jurusan sosiolog.

Selanjutnya, pada 24 September 1984, Buyung melanjutkan kursus bahasa Inggris di St. Giles College, 69 Marine Parade, Brighton dan di Swan School of English di 111 Banbury Road, Oxford, England. Buyung tinggal di Inggris hingga selesai pada tahun 1985.

Pada tahun 1992, Buyung mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia untuk melanjutkan pendidikan S2 di Monash University, Clayton Victoria, Australia dan lulus pada 5 Oktober 1994 serta mendapat gelar Master of Arts.

Pada 24 Oktober 1999, Buyung menikah dengan dengan Marie Laurentia Loedin di Aula Masjid Jaami Darul Adzaar, JI. Karang Tengah Raya No. 30A Lebak Bulus Jakarta Selatan. Ia menikah dengan Marie Laurentia yang sudah mempunyai 2 orang anak yaitu Arini dan Dhita. Marie Laurentia Loedin adalah putri tertua dari keluarga Prof. Dr. A.A. Loedin.

Setelah menempati rumah dinas di kompleks dosen IPDN Blok A, No. 14 Jln. Ampera Raya Cilandak, kini sejak 24 Juni 2022, Buyung bersama istri pindah ke rumah baru di Jalan Wijaya Kusuma, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Kepercayaan Ibu LB Moerdani hingga Pengalaman Dunia Kerja dan Organisasi

Selagi masih menjadi mahasiswa sosiologi semester awal di UI, Buyung sudah membantu ibu LB Moerdani di bidang penanganan narkoba. Dedikasinya terhadap upaya pemberantasan bahaya narkoba sampai hari ini tidak terlepas dari pergaulannya ketika muda, dimana banyak teman nongkrongnya mati akibat overdosis.

Buyung pernah menjadi asisten Supardjo Rustam ketika menjabat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kala itu. Peran ini mengantar Buyung menjadi dosen di Institut Pemerintahan Dalam Nengeri Cilandak.

Buyung pernah dipercaya menjabat posisi mentereng di perusahaan besar sahabat SMPnya sebagai Manajer. Namun dilepas karena Hartono diangkat Mendagri dan meminta Asri Hadi menjadi asistennya. Belum genap setahun di kabinet terakhir pak Soeharto, meletus badai kerusuhan 98.

Selepas mengikuti kursus bahasa Inggris di London, Buyung kembali ke Indonesia dan menjadi calon pengawai negeri sipil (PNS) di Departemen Dalam Negeri terhitung sejak 1 Maret 1986. Setahun kemudian, Ia diangkat menjadi PNS pada 1 Oktober 1987 dengan golongan Ill/a. Lalu pada 1991, tepatnya pada 1 April, diangkat menjadi Asisten Ahli dengan golongan III/b.

Pada tahun 1989, mengikuti pendidikan International Training Metodologi Course XV di National Institute of Public Administration (INTAN) selama 3 bulan, Kuala Lumpur, Malaysia.

Pada tanggal 16 Agustus 1994 diangkat menjadi Sekretaris Jurusan Tata Praja dan pada tanggal 25 September 1995 menduduki jabatan Sekretaris Jurusan Manajemen Pemerintahan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Depdagri.

Pada tahun 1996 mengikuti penataran kewaspadaan nasional yang diselenggarakan oleh Depdagri dan mengikuti Seminar Internasional Administrasi Negara yang diselenggarakan oleh Kantor MENPAN dengan Kedutaan Besar Republik Perancis di Jakarta pada 3 Oktober 1989. Lalu pada 8 Oktober 1999 dimutasi menjadi Sekretaris Jurusan Manajemen Keuangan.

Pada tangal 10 Agustus 2000, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 31058/4-6/2000, Asri Hadi mendapatkan tanda jasa berupa penghargaan Satya Lancana Karya Satya dan pada tahun 1986 mendapat piagam penghargaan oleh Menteri Sosial sebagai pekerja sosial masyarakat.

Asri Hadi telah berkunjung ke puluhan negera dalam rangka studi banding dan lokakarya tentang penaggulangan bahaya narkotika seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Saudi Arabia, Belanda, Jerman, Perancis, Spayol, Italia, Swis, Inggris, Belgia, Luxemburg.

Sebagai seorang akademisi, Asri Hadi sangat ulung dalam memandu jalannya sebuah diskusi. Hal ini membuatnya selalu dipercayakan sejumlah lembaga untuk menjadi moderator dalam berbagai diskusi. Bahkan ini digelutinya sejak tahun 2000.

Lembaga yang sering memintanya menjadi moderator di antaranya seperti Lembaga Pusat Studi Otonomi Daerah (PSOD), Pusat Kajian Strategik Pemerintahan (PKSP), Pusat Pembangunan Pemerintahan Daerah (P3D), Lembaga Strategi Promosi dan Investasi Daerah (LESPIDA), Lembaga Studi Politik dan Anggaran Daerah (LESPANGDA);

Selain itu, ia dipercaya Lembaga Penelitian, Pengkajian, Pengembangan Hukum, Ekonomi dan Teknologi (LP3HET), PSPD, Panca Sejahtera, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI), LIPKI,PPDN, FOSPEN Indonesia, PSIPP, Lembaga Pengkajian Kinerja Pembangunan (LKPK), Pusat Kajian Ekonomi Pemerintahan Daerah (PUSKEPDA), PUSKAP, LPSP, METROPOL, Dian Didak Tika.

Dedikasi Tanpa Batas

Asri Hadi pernah terpilih sebagai Wakil Sekretaris Jendral Badan Kerja Sama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (Wasekjen BERSAMA). Di organisasi inilah, ia ditugaskan mewakili organisasi untuk menghadiri berbagai acara Simposium Internasional, Pelatihan, diskusi, dan acara IFNGO organisasi internasional pencegahan Narkoba di berbagai negara, mulai dari Singapura, Hongkong, Brunei, Australia.

Puncak karir dan perjuangan bertahun-tahun Asri Hadi dalam memerangi Narkoba akhirnya mendapatkan pengakuan negara. Ia meraih penghargaan sebagai Pekerja Sosial Nasional dari Departemen sosial.

Asri Hadi memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Hatinya tidak tenang apabila melihat situasi sosial sekitarnya sedang tidak baik-baik saja. Salah satu masalah sosial sekaligus masalah kebangsaan yang mendapat perhatian penuh sosok yang mudah bergaul ini adalah meneruskan perjuangan melawan narkoba.

Dalam diskusi lepas dengan teman-teman wartawan media nasional Bulir.id, pria yang akrab disapa Buyung ini pernah membuka tabir perdagangan gelap narkoba sekaligus bahaya obat terlarang itu bagi keberlangsungan peradaban. Ia mengatakan, narkoba punya daya rusak yang dashyat.

“Saya beberapa kali ikut terlibat membongkar tabir gelap perdagangan narkoba ini. Sindikat ini sungguh luar biasa sebab ia melibatkan tokoh-tokoh penting yang seharusnya dari mereka kita menaruh banyak harapan untuk pengentasan narkoba. Lebih dari pada itu, sindikat dan efek penggunaan obat terlarang ini sangat keji karena bisa membunuh masa depan suatu generasi,” kisah Asri Hadi.

40 Tahun Asri Hadi bergelut dengan narkoba, secara mengejutkan ia mengumunkan pensiun dini. Ia mengambil keputusan itu tidak untuk melepaskan tanggung jawab melainkan semata-mata untuk memberi kepercayaan kepada orang muda agar terlibat aktif dalam usaha pencegahan narkoba.

"Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Itulah ringkasan perjalanan dan pengabdian hidup saya selama 40 tahun menggeluti dunia aktivitas anti Narkoba," kata Asri Hadi saat memutusakan untuk pensiun dini tepat di Hari Anti Narkoba, 26 Juni 2022 yang lalu.

Tokoh Pers 

Asri pun dikenal malang melintang di dunia pers nasional. Banyak jabatan yang dipercayakan kepada Asri  di antaranya sebagai Pemimpin Redaksi majalah Indonesia News atau INDONEWS.ID, sebuah media yang kehadirannya direstui oleh Presiden Jokowi sendiri.

Namun jauh sebelumnya, Asri Hadi pernah dipercaya sebagai Manager Advertising Majalah Health News. Sebuah Media againts drug yang direkomendasi oleh Badan Dunia UNDOC sebuah Kantor PBB urusan obat-obatan dan kejahatan.  Asri Hadi juga merupakan Pemimpin perusahaan Hariankami.com, Dewan Redaksi Editor.id serta Ketua Dewan Pakar Bulir.id. 

Bulir.id adalah salah satu media nasional yang diprakarsai anak-anak muda NTT. Di bawah sentuhan Asri Hadi sebagai dewan redaksi, media ini semakin menunjukkan keberpihakannya terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia, khusunya NTT.

Asri Hadi bahkan tidak hanya menekankan kebijakan redaksional media yang berorientasi pada pengembangan SDM tetapi juga mewadahi aksi nyata keberpihakan terhadap perbaikan kualitas SDM tersebut. Tak hanya memfasilitasi, ia sendiri bahkan turut mengambil bagian dengan meyumbang apa yang dia miliki.

Ia banyak memberikan kontribusi baik berupa ide dan gagasan sebagai upaya untuk mengembangkan media yang tak hanya memikirkan benefit melainkan media yang benar-benar memberikan edukasi kepada masyarakat.

Baginya, prinsip utama dan roh dari media adalah memberikan informasi yang akurat dan berimbang sekaligus menonjolkan nila-nilai edukatif. Hal ini yang menjadi pegangan media yang memiliki moto "kenyang jiwa, sehat akal" ini.

Pada tanggal 1 Juni 2022, misalnya Asri Hadi menyerahkan ribuan buku secara simbolis kepada Direktur Pengembangan Bisnis Bulir.id Yanuarius Raga Blaan, S.Fil. Ratusan buku tersebut untuk selanjutnya akan diserahkan ke Taman Baca Komunitas Bulir Menabur melalui Yayasan Cipta Insan Bhakti (YCIB). 

Buku-buku yang didonasikan antara lain buku pendukung pembelajaran, buku motivasi, novel, komik, dan buku lainnya yang sesuai dengan segmentasi usia pembaca seperti usia SD, SMP, SMA hingga Mahasiswa.

Saat ini, Bulir.id juga tengah menggagas pendistribusian buku ke berbagai tempat di Nusa Tenggara Timur. Hal ini dilakukan dalam rangka menumbuhkembangkan sumber daya manusia anak-anak NTT melalui bacaan.

Asri Hadi, dalam kesempatan tersebut berharap buku-buku yang didonasikan ini dapat bermanfaat bagi anak-anak di pelosok NTT yang selama ini tak terjangkau oleh akses pendidikan yang memadai.

 

 

Artikel Lainnya