Jakarta, INDONEWS.ID - Gerak jalan adalah bentuk aktivitas fisik yang sederhana tetapi sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun, lebih dari itu, gerak jalan juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Jalan bersama bisa menjadi ajang menyatakan solidaritas kepada kaum lemah, miskin, terpinggirkan, diabilitas dan merasakan koneksi dengan dunia di sekitar kita. Dalam gerak jalan, peserta dapat menemukan kesempatan untuk merayakan solidaritas hidup dengan cara yang sehat, bermakna, dan menginspirasi.
Itulah yang mendorong Profesional dan Usahawan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (PUKAT KAJ) menggelar Run4U, sebuah ajang tahunan untuk mengajak masyarakat berolahraga lari seraya berpartisipasi dalam gerakan kemanusiaan. Penyelenggaraan Run4U 2025, Minggu (1/6) kemarin, merupakan yang ke-7, dengan mengusung tema “Kepedulian Lebih Besar kepada Saudara yang Lemah dan Miskin.” Ini sesuai Arah Dasar KAJ 2025.
Berlangsung di pusat perdagangan QBIG BSD, Tangerang Selatan, Banten, sekitar 4000 peserta menikmati kegembiraan “jalan bersama” mengitari taman kota di kawasan itu. Mereka datang dari Jakarta, Bekasi, dan Tangerang untuk mengukur kekuatan berjalan atau lari sejauh antara 2,5 hingga 10 kilometer. Anak-anak hingga lansia berusia 80-an berbaur merayakan kesehatan, kebersamaan, teristimewa solidaritas dengan sesama yang lemah dan terpinggirkan.
Panggung hiburan dengan menampilkan tari kreasi dari sekelompok anak muda dan drumband dari SMA Strada St. Thomas Aquino Jakarta ikut menyemarakkan dan menyatukan peserta yang datang dari beragam latar belakang suku bangsa, agama, profesi. Ada pastor (romo) dan sejumlah suster yang ikut membaur.
Panggung hiburan kemudian menjadi lebih istimewa saat ketua panitia yang juga Ketua PUKAT KAJ, Reymund Levy, menghadirkan pengurus dua lembaga yang selama ini berfokus pada pemberdayaan kelompok rentan yakni, Yayasan Tri Asih dan Komunitas Sant Egidio. Dua lembaga ini menerima donasi yang dipersembahkan melalui kegiatan Run4U 2025.
“Mereka adalah orang-orang istimewa. Bakti kasih dan kepedulian mereka kepada kaum miskin, lemah, dan disabilitas layak mendapatkan kehormatan. Mereka berkarya nyata bagi sesama dan itu harus kita dukung,” ungkap Rey, panggilan akrab Reymund.
Acara kemudian terfokus pada penghitungan hasil dari aksi pengumpulan dana Run4U 2025 untuk Yayasan Tri Asih dan Komunitas Sant Egidio. Hingga kemarin sudah terkumpul dana sejumlah Rp 800 juta untuk kedua lembaga sosial tersebut. Aksi pengumpulan dana masih berlangsung hingga akhir Juni 2025 dan diharapkan angkanya bertambah signifikan demi terus bergulir kegiatan karitatif kedua lembaga tersebut.
Romo Roy Djakaria, Pr. dari Keuskupan Agung Jakarta ikut mengetuk hati para peserta untuk meningkatkan pundi-pundi donasi bagi mereka yang sangat membutuhkan. Di tengah kepungan gedung-gedung mewah, kota Jakarta masih menjadi tempat hunian bagi bagitu banyak orang miskin, anak-anak jalanan, terpinggirkan, dan para lansia yang ditelantarkan. Kesenjangan ekonomi yang melebar telah melahirkan banyak orang miskin dan tak berdaya di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang.
“Anda dipanggil untuk terus berkontribusi bagi sesama yang sangat membutuhkan. Mari kita bergerak dan berjalan untuk berdonasi bagi mereka. Kita harus menjadi saluran berkat Tuhan,” ungkap Romo Roy Djakaria, Pr., Moderator PUKAT KAJ.
Disabilitas dan Anak Jalanan
Ketua pengurus Yayasan Tri Asih, Kristoforus Yoseph Koswara Jaya, mengatakan sangat bersyukur dan berterima kasih atas kontribusi kegiatan Run4U yang diinisiasi oleh PUKAT KAJ untuk penggalangan dana serta ajakan membantu kelompok rentan yang ditanganinya.
“Terima kasih Run4U untuk kegiatan penggalangan dana. Dampaknya sangat besar bagi pendidikan anak-anak yang kami tangani, khususnya anak-anak disabilitas yang sudah tidak punya orangtua. Mereka ini harus didukung 100 persen untuk konsumsi dan pelayanan lainnya, karena mereka memang sudah tidak berdaya,” kata Koswara.
Saat ini, Yayasan Tri Asih menangani 190 anak berkebutuhan khusus, yakni para penyandang tunagrahita dengan tingkat kecerdasan (IQ) di bawah rata-rata. Oleh Yayasan yang berdiri sejak 1969 itu, anak-anak diberikan perawatan dan pendidikan khusus agar bisa hidup mandiri. Di sini mereka diberikan pendidikan, perawatan, terapi serta pelatihan kerja.
“Ada fisioterapi yang diperlukan supaya mereka lebih bugar melakukan aktivitas, baik di panti rawat maupun di sekolah atau pun di tempat pelatihan kerja,” tambah Koswara.
Rasa syukur dan terima kasih juga diungkapkan Erling Witarsa dari Komunitas Sant Edigio. “Dukungan PUKAT KAJ melalui Run4U sangat membantu kami menangani orang-orang terpinggirkan, yakni pemulung, lansia, anak-anak jalanan dan telantar. Kami harus merangkul dan menyediakan pendidikan bagi mereka,” ungkap Witarsa.
Didirikan oleh Andrea Riccardi di kota Roma pada 1968, Komunitas Sant Egidio hadir di Indonesia sejak 1990. Beragam kegiatan amal-bakti diselenggarakan oleh Komunitas ini, seperti sekolah damai, temu sahabat jalanan (pemulung), penyediaan kantin gratis (Mensa), persahabatan dengan para lanjut usia (lansia), dialog perdamaian dengan anak-anak muda.
Setahun sekali Komunitas Sant Egidio menggelar acara “Makan Siang Natal” bagi anak-anak telantar dan jalanan agar mereka merasakan betapa indahnya berada dalam satu meja makan dalam suasana kekeluargaan dan penuh kasih sayang.
“Kita mengajarkan hidup kasih kepada anak-anak jalanan dan telantar agar selanjutnya mereka bisa menyebarkan kasih juga,” tambah Natalia, aktivis Komunitas Sant Egidio. (AD)