
Jakarta, INDONEWS.ID - Belum genap sebulan menjabat Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), Dian Siswarini langsung menuai sorotan publik.
Pasalnya, santer beredar kabar bahwa anak usaha Telkom di bidang jasa pengelolaan administrasi kesehatan, PT Administrasi Medika (AdMedika), bakal dijual dengan harga fantastis yaitu US$100 juta atau sekitar Rp1,62 triliun.
Rencana penjualan ini langsung memicu reaksi dari berbagai kalangan.
Koordinator Nasional Gerakan Santri Biru Kuning (GSBK), Febri Yohansyah, menyatakan keberatan terhadap wacana tersebut.
“Telkom itu bukan XL Axiata yang bisa seenaknya jual aset. Telkom dan anak-anak usahanya adalah kesayangan bangsa ini. Jadi jangan dijual-jual dong, apalagi baru menjabat langsung bicara soal melego aset,” tegas Febri dalam keterangannya, Selasa (4/6).
Febri menilai bahwa sebagai Dirut baru, Dian Siswarini seharusnya fokus menjaga dan merawat aset-aset strategis Telkom, bukan justru terburu-buru menjualnya.
Ia juga menyentil sisi politis pengangkatan Dian, yang disebut-sebut memiliki afiliasi politik yang berbeda dari rezim saat ini.
“Harusnya Dian berterima kasih. Suaminya, Adji Rukmantara, diketahui mendukung pasangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar (AMIN) saat Pilpres 2024, tapi Dian bisa duduk sebagai Dirut Telkom. Itu luar biasa, jarang terjadi. Maka jagalah kepercayaan itu dengan tidak gegabah menjual aset negara,” ujarnya.
Febri juga mempertanyakan motif para pengambil keputusan di balik penunjukan Dian. “Yang memilih Dian jadi Dirut Telkom, apakah orang bodoh atau orang pintar, biarlah publik yang menilai. Tapi sampai hari ini belum ada yang berani gugat posisinya,” ujarnya.
GSBK meminta Telkom agar membatalkan rencana penjualan AdMedika tersebut. “Berapapun harga yang ditawarkan, walau setinggi langit, AdMedika tetap harus dipertahankan sebagai sumber penerimaan negara. Jangan sampai Telkom berubah jadi perusahaan dagang aset,” pungkas Febri. *