Sosial Budaya

Wirausaha Hasil Hutan dan Lingkungan Hidup Masih Terbuka Lebar

Oleh : very - Rabu, 23/08/2017 14:52 WIB

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bersalaman dengan Tenaga Ahli Menteri LHK Kelik Wirawan, di Kantor KLHK, Rabu (23/8/2017). (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID – Potensi wirausaha di dalam negeri masih terbuka lebar. Salah satunya datang dari sektor lingkungan hidup dan kehutanan.

Ketua umum GK Center, yang juga Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Kelik Wirawan mengatakan, ada berbagai potensi yang bisa dimanfaatkan secara maksimal yaitu ragam budaya, sumber daya alam, biodiversity, dan konektivitas.

“Sektor yang potensial adalah ekowisata, makanan dan minuman, perhotelan, travel dan  e-commerce. Hal-hal di atas adalah juga terdapat dalam lingkup kelola hasil hutan dan lingkungan hidup,” ujar Kelik dalam acara Pelatihan dan Seminar terapan yang mengusung tema “Jiwa Enterpreneurship, Kelola Usaha Hutan dan Lingkungan Hidup untuk Anak Negeri”, di Rimbawan Room, Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Manggala Wanabhakti, Jakarta Selatan, Rabu (23/8/2017).

Acara tersebut digelar oleh Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan menggandeng GK Center.

Humas dan Media Relation GK Center Dea Susantyo mengatakan, pelatihan tersebut diperuntukan bagi sahabat-sahabat GK Center yang berjiwa entrepreunership guna memberikan motivasi pada generasi-generasi muda untuk mempunyai jiwa entrepreurtersebut sejak dini.

Selain Sahabat GK Center, pelatihan yang dibuka Menteri LHK Siti Nurbaya ini juga dihadiri Eselon 1, 2 dan 3 Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hadir sebagai Pembicara Utama yaitu Prof. Johannes Lindner yang didatangkan langsung dari College of Krems, Viena, Austria, DR. (HC) Ir. Ciputra, tokoh handal entrepreunership dan Shinta W. Dhanuwardoyo, CEO/Founder Bubu.com.

Ciputra mengatakan, ratio wirausaha Indonesia bila dibandingkan sejumlah negara tetangga, masih tergolong rendah. Data BPS menyebutkan, pada 2013/2014 lalu ratio wirausaha di Indonesia masih 1,67 persen. Namun, pada 2016 naik menjadi 3,1 persen.

“Ratio wirausaha sebesar 3,1 persen itu masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia 5 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen maupun AS yang 12 persen. Namun setidaknya sudah di atas batas minimal 2 persen,” ujarnya.

Pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) ini mengatakan, ratio tersebut harus terus ditingkatkan. Pasalnya, untuk membangun ekonomi bangsa dibutuhkan minimal 2% wirausahawan dari keseluruhan populasi penduduk.

Kelik menambahkan, kewirausahaan harus terus ditingkatkan karena sangat berkaitan erat dengan tujuan Nawacita yakni mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Kewirausahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan pendapatan yang ujungnya adalah pencapaian target pertumbuhan ekonomi.

“Kewirausahaan yang inklusif seperti UKM secara alamiah  mengurangi kesenjangan dengan menciptakan distribusi pendapatan yang merata,” pungkasnya. (Very)

TAGS :

Artikel Terkait