Jakarta, INDONEWS.ID - Ketua Umum Gema Bhinneka Tunggal Ika, Gifari Shadad Ramadhan mengatakan bahwa sejarah kelam (pelanggaran HAM) di Indonesia tidak boleh terulang kembali. Ia menilai bahwa Mahasiswa perlu memandang persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan tegas.
“Kita sebagai mahasiswa yang sadar akan sejarah kelam pada masa lalu, menilai era pembungkaman penindasan dan penculikan sudah cukup mengisi perjalanan buruk bangsa Indonesia. Kami secara tegas tidak menginginkan paradigma sistem lama digunakan kembali terkhusus di zaman orde baru yang tentu saja sangat bertentangan dengan sistem demokrasi Indonesia saat ini," kata Ghifari dalam siaran persnya, Senin (14/1/2019).
Menurutnya, Indonesia harus dipimpin oleh orang yang cerdas dan mempunyai visi untuk membangun Indonesia kedepan. Pemimpin ke depan haruslah orang yang pro demokratis, tidak konservatif dengan menggunakan sistem lama dan juga bersih dari kasus pelanggaran HAM.
"Yang paling utama adalah yang pro kebhinekaan karena keseragaman di Indonesia harus tetap dijaga dan dirawat, maka dengan itulah Indonesia ke depan akan menjadi negara yang maju," ujarnya.
Selain itu Gifari juga mengingatkan agar mahasiswa harus turut serta memilih calon pemimpin yang tidak terlibat dalam kasus pelanggaran HAM.
“Suara kita aktivis mahasiswa dari waktu ke waktu tidak akan pernah berubah, meski pemilu ataupun tidak, aktivis selalu konsisten untuk menolak capres yang terindikasi kejahatan pelanggaran HAM untuk menjadi Presiden. Kita mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa calon pemimpin yang akan dipilih itu harus diketahui latar belakangnya. Karena di mana saat ini ada capres yang terindikasi kejahatan pelanggaran HAM," tutupnya. (ronald)