INDONEWS.ID

  • Senin, 16/12/2019 20:30 WIB
  • FPI Mengkritik Anies Baswedan, Ada Apa?

  • Oleh :
    • indonews
FPI Mengkritik Anies Baswedan, Ada Apa?
FPI memprotes kebijakan Anies Baswedan soal diskotek. (Foto: CNNIndonesia)

Oleh : An Davos

INDONEWS.ID -- Front Pembela Islam/FPI dalam pernyataan sikapnya tertanggal 15 Desember 2019 yang ditandatangani Ahmad Shabri Lubis dan Munarman mengkritik habis kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang dinilai pro kemaksiatan.

Baca juga : Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut

Inti dari pernyataan sikap FPI yang berisi nasehat, masukan dan mengingatkan Gubernur DKI Jakarta yaitu : pertama, umat Islam yang memilih Anies Baswedan di Pilkada 2017 karena ingin adanya perubahan mendasar orientasi pembangunan yang dari mengejar PAD yang tinggi menuju pembangunan yang mengedepankan aspek religius yang nyaman bagi semua agama.

Kedua, umat Islam di Jakarta masih percaya kepada Gubernur DKI Jakarta untuk mewujudkan kehidupan Jakarta berdasarkan sejarah berdirinya dimana Jakarta adalah kota yang penuh nilai religius. 

Baca juga : Pj Bupati Maybrat hadiri Gala Dinner Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024

Ketiga, protes keras terhadap kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang sangat memberi peluang,  memfasilitasi berbagai kemaksiatan. Pemprov DKI Jakarta kurang mampu merubah secara fundamental kebijakan dari "maksiat friendly" menjadi pembangunan manusia yang beriman dan bertaqwa.  Anies Baswedan perlu mereview kebijakannya dengan berkonsultasi dengan ulama dengan mengedepankan kebijakan pariwisata dan perekonomian yang halal.

Keempat, menuntut Gubernur untuk mencabut ijin tempat hiburan yang menjadi ajang kemungkaran dan kemaksiatan serta berhenti memberi penghargaan terhadap tempat tempat hiburan yang tidak bermanfaat untuk mencapai indeks manusia yang beriman dan bertaqwa.

Baca juga : Ke Perbatasan Papua, BNPP Pastikan Pembangunan Infrastruktur Berjalan

Bagi kelompok pendukung FPI,  pernyataan sikap FPI sangat benar, karena pertama, Anies Baswedan dinilai lalai menunaikan amanah dan janjinya dalam Pilkada 2017. Kedua, pendukung FPI mulai meragukan Gubernur DKI Jakarta terkait "halal" dan "haram" dalam mencari PAD buat Jakarta.

Ketiga, bisa jadi merupakan refleksi kekecewaan kelompok selain FPI seperti PA 212, GPI,  GNPF Ulama, dan lain-lain terhadap Anies, sehingga koneksi politik di antara mereka menjadi terganggu. Dampaknya langkah Anies Baswedan menuju 2024 agak sulit mendapat dukungan dari umat Islam,  walaupun Anies Baswedan ikut menghadiri reuni 212 tahun ini.

Meskipun demikian,  kelompok yang anti FPI menilai FPI mencari momentum ditengah kemelut maju mundurnya ijin SKT FPI dengan membuat pernyataan yang dapat dinilai FPI sudah "friendly" dengan umat yang lain, karena sejatinya maksiat dan mendukung maksiat tidak dikenal dalam ajaran agama manapun juga.

Selain itu,  diksi yang dipakai FPI yaitu indeks pembangunan manusia yang beriman dan bertaqwa patut dipertanyakan kapan FPI membuat indeks tersebut dan kapan me-launchingnya. Jika hanya diksi dan tidak ada bukti indeks yang pernah dibuat FPI, maka dapat dinilai sebagai kebohongan publik dan menimbulkan pertanyaan sebenarnya ada apa antara FPI dengan Anies Baswedan?

*) Penulis adalah pemerhati masalah strategis

Artikel Terkait
Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut
Pj Bupati Maybrat hadiri Gala Dinner Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024
Ke Perbatasan Papua, BNPP Pastikan Pembangunan Infrastruktur Berjalan
Artikel Terkini
Wujudkan Kemandirian Daerah, Kepala BSKDN Dorong Proyek Perubahan Jadi Inovasi
Dies Natalis ke-57, Universitas YARSI Wisuda 406 Sarjana dan Pascasarjana
Bamsoet: Sudahi Konflik, Mari Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran
PNM Excellence Award Bukti Nyata Apresiasi PNM Untuk Karyawan dan Unit Kerja Terbaik
Karya Sastra Puisi Indonesia dan Kazakhstan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas