INDONEWS.ID

  • Rabu, 08/01/2020 12:30 WIB
  • Pakar Meteorologi dan Klimatologi Ini Ungkap Penyebab Banjir Jabodetabek

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Pakar Meteorologi dan Klimatologi Ini Ungkap Penyebab Banjir Jabodetabek
Kondisi banjir Jakarta (Foto: Jawapos.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pakar Meteorologi dan Klimatologi Edvin Aldrian mengatakan tinggi awan hujan yang terjadi pada 31 Desember 2019 sampai 1 Januari 2020 itu mencapai 15 kilometer.

Edvin yang juga seorang Profesor bidang Meteorologi dan Klimatologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menegaskan awan kumulonimbus setinggi 15 kilometer itulah yang menyebabkan tingginya curah hujan di Jabodetabek sampai menyebabkan banjir di sejumlah wilayah.

"Tanggal 1 Januari itu luar biasa tinggi awannya 15 kilometer. Itu kalau gunung Everest, Himalaya tuh dua kalinya," kata Edvin di Landasan Udara Halim Perdanakusuma seperti dikutip dari Tempo pada Selasa, (7/1/2020).

Ia pun menjelaskan bahwa hujan itu bukanlah hujan kiriman melainkan hujan lokal. Ditambah lagi, angin dari Cina Selatan menuju ke selatan cenderung kering. "Jadi udara terkumpul menumpuk terus. Jadi memang luar biasa itu. Sebelum tahun baru itu kan berapa hari terang sekali, jadi energi yang terkumpul besar sekali," kata Edvin.

Edvin mengatakan informasi tersebut ditemukannya melalui sebuah website dan aplikasi asal luar negeri yang menampilkan pergerakan atmosfer cuaca secara realtime hingga memaparkan pertumbuhan awan di suatu daerah beserta ketinggiannya. Aplikasi itu juga memberi alarm ketika cuaca berpotensi memburuk.

Menurut lulusan program master dari Institute for Hydrospheric and Atmospheric Science, Universitas Nagoya Jepang itu, informasi rinci seperti itu menjadi menarik jika bisa dijadikan peringatan dini adanya awan-awan yang tidak normal atau terlalu tinggi.

Menurut Edvin, hal itu penting untuk dijadikan peringatan dini khususnya daerah berpotensi longsor dan banjir. "Nah itu menjadi pelajaran buat kita, kalau misalanya pertumbuhannya tidak wajar, ketinggiannya juga tidak wajar itu adalah suatu peringatan yang sangat bagus sekali," ujarnya.

Pertumbuhan awan itu bisa dipantau dan diprediksi dalam hitungan jam. Untuk itu, Edvin berharap Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG maupun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bisa mempertimbangkan pemberian akses informasi serupa kepada masyarakat sebagai bentuk peringatan dini.

"Jadi bagusnya sih ada warning buat daerah, tiba-tiba awannya mencapai ketebalan yang sangat luar biasa itu dikasih warning dari BMKG atau dari Lapan. Karena kedua instansi itu yang bertanggung jawab pada tupoksi tersebut," ujarnya.

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Perkuat Semangat Persaudaraan Antara Siswa, SMP Notre Dame Gelar Paskah Bersama dan Peringatan Hardiknas 2024
PNM Mekaar Beri Reward Ketua Kelompok Unggulan Studi Banding Olahan Jamu Tradisional
PNM Berikan Ruang Bakat dan Silaturahmi Karyawan Lewat Event SEHATI
Waspadai Pihak-Pihak yang Benturkan Konsep Negara Pancasila dengan Agama
Pelintas RI - Timor Leste Kini Bisa Akses Internet `Ngebut` di PLBN Motaain
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas