INDONEWS.ID

  • Senin, 22/06/2020 14:38 WIB
  • Andre Rahadian Prihatin, Pasar (Baru) Tangguh Jika Ada Relawan

  • Oleh :
    • very
Andre Rahadian Prihatin, Pasar (Baru) Tangguh Jika Ada Relawan
Pasar Tangguh. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Ada yang aneh di los daging Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu. Di antara daging-daging yang bergelantungan di lantai basement, satu cantelan bukan digunakan menggantukan daging jualan, tetapi buat menggantung face shield yang baru saja diterima dari relawan Gugus Tugas Covid-19.

Benar, hari itu, Rabu (15/6/2020), Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19 di bawah koordinator Andre Rahadian menggelar baksos di Pasar PSPT Tebet. Mereka menyisir mulai dari lantai basement (sayuran, daging, sembako), lantai 1 (kosmetik, stationery, elektronik), lantai 2 (pakaian, toko mas, dan toko plastik), lantai 3 (penjahit, dan aneka jasa servis).

Baca juga : Iluni Universitas Indonesia Nilai Wacana Demokrasi Indonesia saat Ini Mengkhawatirkan

Para pedagang selain dibagikan masker, face shield, dan hand sanitizer. Para relawan juga mengimbau untuk tetap menjaga jarak dan melaksanakan protokol kesehatan. Para relawan yang umumnya terdiri dari warga sekitar Tebet, antusias melaksanakan tugas. Mereka masuk ke los-los pasar.

“Baksos ini kami selenggarakan selama 14 hari. Para relawan selain membagikan face shield dan hand sanitizer, juga mengajak para pedagang dan pembeli untuk selalu mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan tidak mengusap wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata,” ujar Andre Rahadian.

Baca juga : Saleh Husin Diplomasi Mangga Harum Manis dengan Ketua Umum Iluni

Waktu dua minggu diperlukan untuk mengukur perubahan perilaku pedagang dan pembeli pasar. Program ini juga didukung Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. “Memang, pada hari-hari pertama, masih banyak yang membandel. Meski sudah menerima face shield tetapi hanya dipakai sebentar, setelah itu dilepas. Alasannya pengap,” ujar Andre.

Seperti yang dikeluhkan pedagang sayur, Yuni. Saat ditanya, mengapa face shield tidak dikenakan? “Ribet dan ngap...,” tukasnya seraya melempar tanya, “kalau salah satu saja boleh nggak?” Yang dia maksud adalah, pilihan salah satu antara memakai masker atau face shield.

Baca juga : KSP Salurkan 1000 Paket Bantuan untuk Insan Film dan Televisi

Relawan dengan sabar memberi pengertian pentingnya face shield karena berhadapan dengan banyak pembeli.

Keluhan Yuni, sama dengan Sutrisno, penjual daging yang juga mengaku tidak nyaman jika harus memakai masker plus face shield. Tapi beda dengan Muhammad, yang penjual beras. Ia mengaku nyaman-nyaman saja memakai masker dan face shield sekaligus. Lokasinya yang dekat dengan area parkir, membuat ia merasa tidak merasa pengap. Beda dengan lokasi berjualan Yuni dan Sutrisno yang lebih ke dalam.

Toh, pedagang (dan pembeli) tidak punya pilihan lain. Mereka harus mengikuti protokol kesehatan. Mereka harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Berusaha untuk beraktivitas tetapi dengan kesadaran tinggi, bahwa virus corona belum hilang dari sekitarnya.

Menurut Andre, para relawan melaporkan bahwa hari pertama mereka turun ke pasar PSPT Tebet, banyak dijumpai pedagang yang memakai masker sekadar “basa-basi”. Padahal, saat itu, pukul 08.00 kondisi pasar sedang ramai. “Siang pukul 12.00, kondisi pasar sudah mulai lengang. Beberapa pedagang melepas face shield. Benar-benar tidak mudah untuk mengubah kebiasaan,” keluh Andre.

Tim relawan yang membuka posko di halaman pasar, memasang standing banner serta menyebar brosur sosialisasi, juga mendapati banyak hal perlu dibenahi di Pasar Tebet. Misalnya, peletakan barang dagangan yang cenderung semrawut, mengakibatkan akses jalan menjadi semput. “Beruntung, kami juga didampingi pengurus PD Pasar Tebet. Mereka spontan menertibkan dagangan yang semrawut,” tambahnya.

Andre juga mencatat, masih terlalu banyak akses masuk ke pasar yang dibuka. Harusnya, akses masuk dan keluar pasar lebih dibatasi untuk mengontrol lalu-lintas manusia. “Kami juga mendapat informasi, petugas Satpol PP setiap hari beroperasi di lingkungan pasar untuk menertibkan masyarakat yang tidak mengenakan masker,” katanya.

Informasi lain adalah, adanya pasar kaget tak jauh dari lokasi Pasar Tebet. Kegiatan pasar kaget dimulai habis shubuh, sekitar pukul 05.00 sampai sekitar pukul 09.00 WIB.

 

Lebih Tertib

Hari pertama pelaksanaan baksos Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19, sejumlah pejabat hadir dan ikut memantau langsung kondisi Pasar Tebet. Di antara mereka tampak Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan, Direktur Kesiapsiagaan, Enny, Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin, Kasi Biro Dinsos DKI Jakarta, Zaenal, dan Lurah Tebet Siti Fauziyah Ghazali.

Acara dihadiri  Wakil Ketua Pangarso Suryotomo dan ketua bidang non medis Dandi Prasetya. Beberapa saat kemudian, menyusul hadir Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali.

Para pejabat tersebut juga melakukan inspeksi mendadak ke dalam pasar. Mereka berdialog dengan para pedagang dan pembeli. “Setidaknya, ada perbaikan konkret yang langsung dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19,” kata Andre.

Demi mengetahui para pejabat hadir di Pasar Tebet, seketika tempat cuci tangan diperbaiki. Bilik disinfektan juga diaktifkan. Tampak pula petugas PD Pasar Jaya melakukan cek suhu dengan therman gun. Keluhan relawan tentang banyaknya akses masuk-keluar pasar juga langsung diperhatikan. Beberapa pintu langsung ditutup.

Andre menggaris-bawahi hadirnya relawan yang merupakan warga Tebet. “Pendekatannya jadi terasa lebih personal, karena banyak di antara relawan yang kenal dengan para pedagang maupun para pembeli. Dengan begitu, sosialisasi terasa lebih cair,” ujarnya.

Upaya mewujudkan “Pasar Tangguh” juga diapresiasi banyak pihak. Tak kurang dari Wali Kota Jakarta Selatan bahkan meminta agar aksi sama juga dilakukan di Pasar Tebet Barat dan pasar-pasar lain di Jakarta Selatan.

Bukan hanya itu. Beberapa donor juga melirik kegiatan ini. Misalnya lembaga donor Australia yang memiliki program Siap Siaga juga sedia meniru kegiatan Tim Relawan Covid-19. Demikian pula relawan dari Baznar yang siap membantu mereplikasi kegiatan serupa di tempat lain.

Tim Relawan Covid-19 juga sedang mensurvei Pasar Minggu dan berkoordinasi dengan pengelola pasar. “Saat ini kami sedang mendata relawan yang berdomisili di sekitar Pasar Minggu. Pola seperti di Tebet akan kami terapkan pula di Pasar Minggu. Kemudian ke stasiun Manggarai,” tambahnya.

Terbilang sukses dengan program “Pasar Tangguh” di Tebet, tidak membuat Andre puas. Tampak di wajahnya masih terpancar sesuatu yang mengganjal. “Benar, saya concern dengan kesadaran masyarakat. Diam-diam di Tebet tadi saya memperhatikan, banyak pedagang melepas masker atau face shield. Mereka buru-buru memakai kalau melihat petugas bersama tim relawan datang. Saya prihatin,” ujarnya. (*)

 

Artikel Terkait
Iluni Universitas Indonesia Nilai Wacana Demokrasi Indonesia saat Ini Mengkhawatirkan
Saleh Husin Diplomasi Mangga Harum Manis dengan Ketua Umum Iluni
KSP Salurkan 1000 Paket Bantuan untuk Insan Film dan Televisi
Artikel Terkini
Pos Fohuk Satgas Yonif 742/SWY Dampingi Petani Panen Kacang Tanah di Perbatasan RI-RDTL
Rayakan HUT Indonews.id ke-8, Pemred Asri Hadi Ajak Pembaca Setia Bantu Penderita Kanker di Indonesia, Begini Caranya!
Pj Wali Kota Kediri: Yogyakarta Punya Malioboro, Kota Kediri Punya BrantasTic
Sudah Dibatalkan MK, Partai Buruh Akan Gugat Aturan Pencalonan Pilkada
Update Banjir Bandang di Agam, Korban Meninggal 19 Orang
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas