INDONEWS.ID

  • Rabu, 06/01/2021 23:04 WIB
  • Dalam Konteks Kebangsaan dan Keislaman, Ormas Harus Menjadi Pengayom Persatuan

  • Oleh :
    • very
Dalam Konteks Kebangsaan dan Keislaman, Ormas Harus Menjadi Pengayom Persatuan
Habib Husein Ja’far Al Hadar. (Foto: Detikcom)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Sejak dahulu, Organisasi Kemasyarakatan (ormas) keagamaan telah memainkan peran penting dalam membangun bangsa ini. Namun, belakangan muncul ormas yang kerap membenturkan ulama dan umara, dengan membenturkan konsepsi kebangsaan dan keagamaan. Perlu peran ulama dan umara untuk mengawal ormas sebagai alat pemersatu, bukan pemecah belah bangsa.

Baca juga : Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78

Da’i milenial Habib Husein Ja’far Al Hadar mengatakan bahwa dalam konteks kebangsaan, pemersatu bangsa adalah “Persatuan Indonesia” yang sudah termuat dalam sila ketiga Pancasila. Adapun dalam konteks ke-islaman, “ukhuwah” atau persatuan adalah di antara doktrin utama: baik persatuan sesama Muslim, sesama warga negara, atau sesama manusia.

”Maka, organisasi masyarakat (ormas) atas nama kebangsaan atau keislaman memang sudah sepatutnya bisa menjadi pengayom persatuan baik bagi masyarakat dan bangsa ini,” ujar Habib Husein Ja’far Al Hadar di Jakarta, Rabu (6/1/2021).

Baca juga : Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum

Habib Husein menyampaikan bahwa seperti yang diketahui secara umum, ada dua ormas terbesar Islam yang ada di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua ormas tersebut sudah sejalan dengan persatun kebangsaan sejak dulu hingga kini.

”Selain itu memang ada tantangan pada beberapa ormas lain. Namun paling tidak optimisme tetap ada karena NU dan Muhammadiyah ini sudah sejalan,” tuturnya.

Baca juga : Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988 itu mengharapkan kepada NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas Islam terbesar di Indonesia ini untuk selalu tampil terdepan dalam mengayomi ormas lain untuk berada di khittahnya dalam misi memajukan bangsa Indonesia ini.

”Ulama itu pemimpin umat, sedangkan  ‘umara’ pemimpin rakyat. Umat itu rakyat, rakyat itu umat. Maka, keduanya harus membangun. Bukan hanya sekadar komunikasi saja, tetapi juga bersinergi agar umat dan rakyat  tak bingung,” jelasnya.

Ia menyebut bahwa jangan sampai antara ulama dan umara ini justru terpolarisasi. Harus diingat bahwa persatuan itu adalah salah satu kunci dan prestasi. Kunci keutuhan bangsa dan prestasi suatu bangsa.

”Lihat yang terjadi terhadap negara-negara di Timur Tengah sana yang gagal dalam memadukan nasionalisme dan islamisme, sehingga mereka terus terjebak dalam perpecahan dan kehancuran,” ujarnya mengingatkan.

Oleh sebab itu menurutnya, narasi kebhinekaan adalah modal utama. Bahwa perbedaan mustahil bisa disingkirkan. Maka tak ada pilihan lain kecuali harus bersatu di tengah perbedaan yang ada tersebut.

”Bukan hanya mau bersatu kalau terhadap yang sama saja. Itu namanya persamaan bukan persatuan. Maka dari itu penting untuk mengemukakan narasi-narasi kesatuan, yakni di tengah perbedaan, fokus apa yang menjadi kesatuan di antara kita,” pungkasnya. (Very) 

 

Artikel Terkait
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Artikel Terkini
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Pj Bupati Maybrat Temui Tiga Jenderal Bintang 3 di Kemenhan, Bahas Ketahanan Pangan dan Keamanan Kabupaten Maybrat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas