INDONEWS.ID

  • Jum'at, 19/03/2021 21:37 WIB
  • DPR Desak Kemendag dan BKPM Impor Bibit Ayam Sesuai UU Cipta Kerja

  • Oleh :
    • luska
DPR Desak Kemendag dan BKPM Impor Bibit Ayam Sesuai UU Cipta Kerja

Jakarta, INDONEWS.ID - DPR mendesak Kemendag dan BKPM untuk menetapkan pemasukan atau sumber bibit ayam  atau grand parent stock (GPS) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No 5 tahun 2021. Sementara Permentan No 51 tahun 2011 sudah tidak relevan karena tidak sejakan dengan UU Cipta Kerja. 

Menurut anggota Komisi VI DPR RI, Singgih Januratmoko, untuk menciptakan keadilan berusaha di perunggasan, pemerintah harus segera menata ulang kebijakan yang ada. “Untuk itu kami mendesak Kemendag dan BKPM segera memasukkan kebijakan impor sumber bibit atau GPS ayam broiler sesuai dengan PP 5 Tahun 2021,” tegasnya. 

Baca juga : Kemdagri Ajak ASN kembangkan layanan digital

Menurut Singgih, PP Nomor 5 bagian dari pada undang-undang Cipta Kerja yang mengatur tentang norma standar prosedur dan kriteria dalam sistem pengolahan perizinan yang ada pada kementerian lembaga yang kesemuanya itu adalah berbasis Online Single Submission (OSS).  Dengan sistem OSS ini semua pengelolaan ada di BKPM seduai dengan PP tersebut,”ujar Singgih.

Mengacu pada PP itu, lanjutnya, maka perihal penasukan atau impor sumber bibit ayam yang ada sekarang harus ditarik ke BKPM yang mengatur standar OSS. 

Baca juga : KBRI dan Kemendag Diminta Hentikan Monopoli Eksportir Sarang Burung Walet

Karena daging ayam ras dan telur sudah menjadi bahan pokok penting (Bapokting) maka maka sepatutnya dimasukkan dalam Peraturan Presiden tentang Neraca Komoditi. “Karena Peraturan Presidennya masih dibahas di Menko maka masih ada waktu utk memasukkan tentang impor GPS tersebut,” dia menambahkan.

Selain itu, dengan dimasukkan ayam yg disesuaikan pada PP No 5 tahun 2021 maka memberi kesempatan berusaha yang fair kepada semua pihak.

Baca juga : Ketua DPD LaNyalla Nilai Sistem Kemitraan Perkuat UMKM

Untuk menyelaraskan ketentuan tersebut, Singgih juga minta Peraturan Menteri Pertanian No 51 tahun 2012 yg mengatur tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan dan Pengeluaran Benih dan Bibit Ternak ditinjau ulang agar sesuai dengan UU Cipta Kerja. 

“Dengan adanya UU Cipta Kerja maka Peraturan Menteri Pertanian itu sekarang sudah tidak sesuai,” tegasnya. 

Contohnya, sekarang ini hanya beberapa perusahaan saja yang mendapat alokasi impor GPS dalam jumlah besar sehingga memunculkan kesan adanya kartel dalam bisnis perunggasan. Sedangkan yang lain, imbuh Singgih, justru diperlakukan tidak fair, dikurangi impor sumber bibitnya sehingga usahanya terhambat. “Ini kan tidak senafas sama UU Cipta Kerja.” (Lka)

Artikel Terkait
Kemdagri Ajak ASN kembangkan layanan digital
KBRI dan Kemendag Diminta Hentikan Monopoli Eksportir Sarang Burung Walet
Ketua DPD LaNyalla Nilai Sistem Kemitraan Perkuat UMKM
Artikel Terkini
Indonesia Sambut Baik dan Dorong Kolaborasi dalam Perkuat Ketahanan Pangan melalui IDMA Exhibition dan TABADER Summit 2024
Nanik Yuliati, Pensiunan Guru Senang Bersama Mekaar Usahanya Berkembang
Soal Laka BUS PO Putera Fajar, Komisioner Kompolnal: Biar Tak Terulang Lagi, Utamakan Pencegahan dari Hulu ke Hilir
LPER Mendapat Penghargaan Terkait Ketahanan Pangan Dari Kepala KODIM Kota Bekasi
Pj Bupati Maybrat menerima kunjungan kerja dari Kepala BPJS Kesehatan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas