INDONEWS.ID

  • Selasa, 30/03/2021 06:51 WIB
  • Sikapi Teror Bom Gereja Katedral Makassar, GAMKI: Aksi Terorisme Upaya Mengganggu Kemajemukan Bangsa

  • Oleh :
    • Mancik
Sikapi Teror Bom Gereja Katedral Makassar, GAMKI: Aksi Terorisme Upaya Mengganggu Kemajemukan Bangsa
Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPP GAMKI, Willem Wandik dan Sahat Martin Philip Sinurat.(Foto:Istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) mengecam keras aksi terorisme yang terjadi di depan Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Akibat teror bom ini, sebanyak 20 orang mengalami korban luka hingga dilakukan perawatan di Rumah Sakit.

Menyikapi teror bom yang telah terjadi, Ketua Umum DPP GAMKI Willem Wandik mengatakan, pihaknya memberi kecaman keras terhadap aksi tak terpuji yang merusak rasa persatuan dan kesatuan antara sesama anak bangsa. Terhadap peristiwa, Wandik pun mengajak seluruh komponen bangsa untuk tetap menjaga kebersamaan dan solidaritas.

Baca juga : Membaca Kerja Sama Trilateral Antara AS, Jepang dan Filipina dalam Konteks Geopolitik Asia Pasifik

Menurut Wandik, aksi terorisme kerap kali hadir dengan tujuan untuk meneror dan mengganggu ketenangan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Namun, ia menegaskan, sebagai warga negara yang baik, kita tetap mengendepankan semangat solidaritas untuk merawat keutuhan NKRI.

"Keluarga Besar GAMKI mendoakan para korban, semoga bisa segera pulih, dan semoga seluruh masyarakat Indonesia, secara khusus umat Kristen tetap tenang serta saling menjaga solidaritas dan kebersamaan dengan sesama anak bangsa, pasca terjadinya bom bunuh diri ini," kata Wilem Wandik melalui keterangan tertulisnya kepada media ini, Jakarta, Selasa,(30/03/2021)

Baca juga : Kuasa Hukum Apresiasi Putusan Hakim PN Jaksel Vonis BCA Finance Lakukan PMH Terhadap Nasabah

Lebih lanjut ia menerangkan, pihak keamanan memiliki tugas berat untuk mengungkap peristiwa ini secara utuh dan menyeluruh. Hal ini penting untuk mencegah peristiwa yang sama terjadi kembali di masa yang akan datang.

Terhadap teror bom di Katedral Makassar ini, Wandik meminta Polri, BNPT, BIN, yang didukung oleh TNI, serta lembaga terkait lainnya dapat segera menangkap jaringan terorisme yang ada sehingga keamanan masyarakat bisa lebih terjamin, khususnya menjelang Hari Raya Paskah dan Hari Raya Lebaran yang akan terlaksana dalam beberapa waktu ke depan.

Baca juga : BNPT: Konten Moderat Mampu Memerangi Narasi Radikal Terorisme Media Sosial

Selain itu, Wandik mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo telah menetapkan langkah regulatif dalam rangka pencegahan aksi terorisme melalui Perpres No 7 tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan.

"Dengan adanya kejadian di Makassar ini, akselerasi penerapan Perpres ini terbukti masih belum sempurna. Khususnya dalam melakukan perkiraan ancaman teror berbasis "lone wolf", yang nampaknya sulit diprediksi dengan akurat terkait waktu dan tempat eksekusi teror," kata Wandik yang juga merupakan anggota DPR RI dapil Papua ini.

"Kami mendorong kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dapat melakukan rencana dan strategi yang sistematis dan komprehensif, sehingga stabilitas keamanan nasional dan daerah dapat terjaga dengan baik," pungkasnya.

Sementara itu, menyikapi temuan terbaru kepolisian yang mengungkap identitas pelaku yang masih berusia 26 tahun, Sekretaris Umum DPP GAMKI Sahat Martin Philip Sinurat menilai, pemerintah harus memberikan perhatian yang besar terhadap pemberantasan radikalisme dan terorisme melalui sektor pendidikan.

"Usia pelaku masih 26 tahun, kelahiran tahun 90an, termasuk segmen milenial. Saya rasa ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa doktrin dan propaganda radikalisme terorisme itu menyasar generasi muda yang tidak memiliki pondasi ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang kuat," kata Sahat.

Menurut Sahat, terorisme berawal dari benih intoleransi dan eksklusivisme. Kemudian tumbuh menjadi pemikiran radikalisme, selanjutnya ekstremisme, yang dapat berujung pada aksi terorisme.

"Sangat penting sekali melakukan pencegahan pemikiran intoleransi dan eksklusivisme sejak dini melalui pendidikan kepada generasi muda. Generasi muda Indonesia harus diajar dan dilatih bahwa kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk. Keberagaman adalah kekayaan yang harus kita jaga dan rawat bersama," kata Sahat.

Sahat juga mengingatkan pentingnya mengawasi penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui media sosial.

"Polisi tadi mengungkap bahwa pelaku belajar merakit bom melalui media sosial. Sebagian besar generasi muda kita adalah pengguna media sosial. Jadi tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus proaktif mengawasi media sosial, dan melaporkan ke pihak berwajib jika ditemukan adanya konten-konten di media sosial yang diduga bermuatan doktrin radikalisme, terorisme, bahkan yang terkait dengan tata cara pembuatan bahan peledak ataupun aksi-aksi terorisme lainnya," pungkas Sahat.*

 

 

Artikel Terkait
Membaca Kerja Sama Trilateral Antara AS, Jepang dan Filipina dalam Konteks Geopolitik Asia Pasifik
Kuasa Hukum Apresiasi Putusan Hakim PN Jaksel Vonis BCA Finance Lakukan PMH Terhadap Nasabah
BNPT: Konten Moderat Mampu Memerangi Narasi Radikal Terorisme Media Sosial
Artikel Terkini
Cegah Perang yang Lebih Besar, Hikmahanto Sarankan Menlu Retno untuk Telepon Menlu Iran Agar Tidak Serang Balik Israel
Menakar Perayaan Idulfitri dengan Kearifan Lokal Secara Proporsional
Pj Bupati Maybrat Sidak Kantor Distrik Ayamaru Jaya, Ini yng Dijumpai
Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik, Menko Airlangga Berbincang Hangat dengan Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair
PTPN IV Regional 4, Bangun Tempat Wudhu Masjid Tuo
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas