INDONEWS.ID

  • Minggu, 09/05/2021 14:38 WIB
  • Pendekatan Operasi Militer Berpotensi Hadirkan Pelanggaran HAM di Papua

  • Oleh :
    • Mancik
Pendekatan Operasi Militer Berpotensi Hadirkan Pelanggaran HAM di Papua
Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandei.(Foto:Antaranews.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah saat telah mengirimkan penambahan pasukan TNI ke Papua. Langkah tersebut dilakukan setelah Menko Polhukam Mahfud MD mengumumkan secara resmi KKB dan OPM sebagai organisasi teroris.

Menanggapi hal ini, Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandei mengatakan, pemerintah seharus memikirkan potensi pelanggaran HAM apapaila semakin mengirim tentara ke Papua.

Baca juga : MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)

Frits menegaskan, pendekatan hukum masih dinilai wajar untuk daripada pendekatan operasi militer untuk menyelesaikan masalah dengan KKB Papua, karena melahirkan baru seperti pelanggaran HAM.

"Jangan sampai operasi-operasi ini justru nantinya menimbulkan problem-problem HAM yang baru di tengah masyarakat. Kami minta kedepankan pendekatan hukum, bukan pendekatan operasi," kata Frits seperti dilansir dari antaranews.com, Jakarta, Minggu,(9/05/2021)

Baca juga : Buka Musrenbang Provinsi Papua Barat, Wamendagri Ingatkan Pentingnya Sukseskan Pilkada Serentak

Pendekatan operasi militer yang tengah dilakukan oleh TNI dan Polri saat ini, lanjut Frits, sangat mengkwatirkan. Adapun yang dikwatirkan oleh Komnas HAM yakni adanya potensi salah tembak terhadap warga biasa yang tidak tahu sama sekali dengan gerakan KKB muapun kelompok bersenjata lainnya di Papua.

Karena itu, menurut Frits, TNI dan Polri, perlu mengatur kembali pola pendekatan dalam menyelesaikan masalah KKB di Papua. Jangan sampai pendekatan yang ada, justru mengancam masyarakat biasa yang sama tidak tahu tentang KKB.

Baca juga : BPSDM Kemendagri Dukung Peningkatan Kapasitas ASN melalui Diklat di DOB Papua

"Kami meminta kepada Panglima TNI dan kepala Polri agar menata kembali pola komunikasi di antara satuan-satuan yang ditugaskan pasapenetapan kelompok ini menjadi kelompok teroris," jelasnya.

Menurut Frits, TNI dan Polri yang ditugaskan ke Papua, perlu memahami budaya orang Papua. Karena itu, sebelum ditempat di Kabupaten Puncak, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Nduga, anggota TNI dan Polri, harus mempelajari budaya Papua.

Komnas HAM, menurut Frits, terus melakukan upaya mediasi terhadap kelompok yang berseberangan di Papua. Hal ini penting agar jalan dialog tetap terbuka dengan pemerintah.

"Kami sudah melakukan komunikasi dengan sejumlah kelompok ini, tentu pandangan mereka bermacam-macam. Kami berterima kasih karena Panglima TNI dan kepala kepolisian Indonesia menyanggupi berbagai usulan, saran dan masukan yang disampaikan tokoh-tokoh Papua," tutupnya.*

 

 

 

 

Artikel Terkait
MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)
Buka Musrenbang Provinsi Papua Barat, Wamendagri Ingatkan Pentingnya Sukseskan Pilkada Serentak
BPSDM Kemendagri Dukung Peningkatan Kapasitas ASN melalui Diklat di DOB Papua
Artikel Terkini
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Di Acara Mengenang Tokoh Pers Nasional Prof Salim Haji Said, Pemred Asri Hadi Bertemu Bacalon Walkot Tangsel
Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
ICC Terbitkan Surat Penangkapan Terkait Konflik Gaza, Hikmahanto: Tiga Alasan Masih Sulit Dilakukan
"Sekolah Damai" di SMA 3 Semarang, BNPT: Upaya Ciptakan Lingkukngan Pendidikan Aman, Damai, dan Penuh Nilai Toleransi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas