INDONEWS.ID

  • Rabu, 18/08/2021 15:30 WIB
  • Dari Konperensi Pers Pertama Pemerintah Baru di Afghanistan

  • Oleh :
    • luska
Dari Konperensi Pers Pertama Pemerintah Baru di Afghanistan

Oleh Muhammad AS Hikam

Tadi malam, 17/08/21,  sekitar jam 20.00 WIB, Zahibullah Mujahid (ZM), juru bicara *Negara Emirat Islam Afghanistan* (EIA) menggelar konpers pertama di ibukota Kabul pasca-pengunduran diri pasukan AS dan jatuhnya pemerintah Afghanistan di bawah Presiden Ashraf Ghani (AG). Kendati masih finalisasi struktur pemerintahan EIA masih terus dibicarakan oleh para pemimpin baru di bawah Taliban, namun dalam konpers tsb ZM menyebut gagasan tentang *"Pemerintahan yang inklusif"* yang berdasarkan syariah Islam. ZM juga mengatakan bahwa pemerintah EIA akan memberikan amnesti kepada semua orang yang pernah berpihak kepada lawan, termasuk mereka yang menjadi pasukan militer dan kelompok sipil.

Baca juga : Otoriterisme dan Pameran Dusta

Demikian pula janji pemerintah baru untuk membuka akses bagi kaum perempuan Afghanistan untuk pendidikan, kerja, dan aktifitas sosial politik sejauh berada dalam bingkai syariat Islam. EIA menyatakan akan mematuhi hukum internasional dan menjanjian perdamaian, serta tidak memberi peluang kepada kekuatan asing untuk menjadikan Afghanistan sebagai tempat perlindungan (sanctuary) bagi terorisme.

Konpers pertama ini tentu penting bagi penguasa baru Afghjanistan tsb untuk menampilkan imaji positif baik kepada rakyat Afghanistan maupun masyarakat Internasional. Taliban juga menggunakan momen tersebut untuk meyakinkan bahwa kendati ideologi Islam tetap menjadi landasan mereka, namun pengalaman selama dua dasawarsa terakhir ini telah membuat mereka mengalami perubahan-perubahan yang akan membuat gerakan dan pemerintahannya tidak lagi mengulangi model sebelumnya, sebuah sistem politik otoriter ultra konservatif yang dianggap mengabaikan HAM dan ditolak oleh masyarakat internasional.

Baca juga : Konflik Megawati VS PJ Memasuki Babak Baru?

Sampai sejauhmana janji-janji dalam konpers ini akan dapat terwujud, tentu masih terlalu pagi untuk memberikan penilaian. Yang jelas berbagai opini baik skeptis maupun optimis pasti akan terus ada, terutama di media dan media sosial. Hemat saya, pemerintah dibawah EIA tak punya pilihan lain kecuali bekerja keras untuk membangun sebuah pemerintahan yang *efektif* berbasis pada prinsip inklusifitas, penghormatan thd HAM, dan demokratis bagi seluruh warganegaranya. Itulah landasan tatanan pemerintahan dalam rangka membangunan negara-bangsa tersebut ke depan, agar tak mengulang trauma2 dan stigma masa lalu. Semoga!

 

Baca juga : Membaca Fenomen "Gibran" Dan Masa Depan Sistem Demokrasi Indonesia
Artikel Terkait
Otoriterisme dan Pameran Dusta
Konflik Megawati VS PJ Memasuki Babak Baru?
Membaca Fenomen "Gibran" Dan Masa Depan Sistem Demokrasi Indonesia
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Satgas Pamtas Sektor Timur Yonif 742/SWY Laksanakan Patroli di Perbatasan darat RI-RDTL
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas