INDONEWS.ID

  • Minggu, 10/10/2021 08:18 WIB
  • Kepemimpinan Demokratis Ala Joko Widodo

  • Oleh :
    • indonews
Kepemimpinan Demokratis Ala Joko Widodo
Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah dosen dan Guru Besar Universitas Kristen Indonesia. (Foto: Dokumen Pribadi)

Oleh: Atmonobudi Soebagio*)

INDONEWS.ID -- “Meningkatkan kesejahteraan rakyat dan harga diri sebuah bangsa” tampaknya merupakan tujuan sekaligus visi Pak Jokowi. 

Baca juga : Amicus Curiae & Keadilan Hakim

Pembangunan infrastruktur transportasi darat-laut-udara merupakan langkah awalnya. Tax Amnesty dilakukannya demi memberdayakan rakyat kecil.  Subsidi BBM dihapus dan digantikan dengan subsidi lain yang lebih diperlukan rakyat. Keputusan ini tentunya diambil setelah dipelajari dengan penuh kecermatan; mengingat, selama lebih dari tiga dasawarsa tidak seorangpun kepala negara Indonesia yang berani mengambil keputusan untuk mengakhiri subsidi tersebut, dengan berbagai alasannya.

Beliau juga sangat menyadari, bahwa pembangunan tersebut akan mengalami kritik dan hambatan dari lawan politiknya, apabila hanya oleh dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengannya saja.

Baca juga : Antisipasi Kebijakan Ekonomi dan Politik dalam Perang Iran -Israel

Bagi Pak Jokowi, “iklim politik yang sejuk” merupakan prasyarat untuk membangun Indonesia. Untuk itu beliau merangkul beberapa tokoh partai non-PDIP maupun non-partisan untuk ikut membangun Indonesia di bawah komandonya. Tentunya sudah dengan memperhatikan kepakaran serta keseriusan mereka dalam mengemban tugas yang tidak ringan namun mulia itu.

Itulah yang kemudian kita kenal sebagai “Kepemimpinan Demokratis”.

Baca juga : Prabowo Subianto Should Not Meet Megawati Soekarnoputri

Untuk tercapainya visi dan kebangkitan bangsa, maka merangkul lawan politikpun bukan hal yang tabu demi tercapainya Tujuan Nasional.  Hal lain yang tidak kalah menarik dari pribadi Pak Jokowi adalah kemampuannya dalam berpikir dan bertindak secara “out of the box”.

Untuk menaklukkan pandemi Covid-19 yang mendunia, Pak Jokowi lebih memilih seorang technopreuner, Budi Gunadi Sadikin, sebagai Menteri Kesehatan; bukan dari latar belakang dokter atau epidemiolog.  Pengurus IDI dan BPOM bahkan tidak banyak dilibatkan ketika organisasi ini “terkesan” menghalangi penelitian yang dilakukan oleh Dr. Monica Rahardjo yang didukung oleh Dr. dr. Therawan, selaku Menkes ketika itu, dalam mengembangkan terapi plasma konvalesen (TPK) untuk meningkatkan imunitas tubuh. Dr. dr. Therawan sendiri melakukan penelitian dan pengujian Vaksin Nusantara yang  dirintisnya.

Begitulah sosok Presiden kita yang cerdas, cekatan, namun juga memiliki sifat yang humble dan akrab dengan rakyat kecil di manapun dia sedang berada.

Semoga di Pemilu 2024 yang akan datang, rakyat akan memilih capres yang gaya kepemimpinannya setara Pak Jokowi untuk menjadi Presiden RI periode 2024-2029.  Itulah yang harus kita cermati dengan seksama sejak sekarang, jika kita sepakat tidak ingin Indonesia mengalami stagnan dalam mencapai predikat “Indonesia Hebat”.

Terima kasih, Pak Jokowi. Bapak telah menjadi “role model” bagi bangsa Indonesia yang mencintai kerukunan dan hidup damai sejahtera.  Kiranya Gusti Allah yang Maha Kasih memberkati Pak Jokowi dan seluruh anggota Kabinet yang Bapak pimpin dalam menjalankan tugas yang berat ini. Amin.

*) Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah dosen dan GB Universitas Kristen Indonesia.

 

Artikel Terkait
Amicus Curiae & Keadilan Hakim
Antisipasi Kebijakan Ekonomi dan Politik dalam Perang Iran -Israel
Prabowo Subianto Should Not Meet Megawati Soekarnoputri
Artikel Terkini
Pj Bupati Maybrat Jajaki Kerjasama dengan Asdep Pengembangan Logistik Nasional
Bupati Tanah Datar Temui Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR RI
Sidang Ketiga Gugatan 11 Triliun, Kemenkeu dan Bank Indonesia Hadir Tanpa Kelengkapan Administrasi
UU DKJ, Masa Depan Jakarta Sebagai Pusat Perdagangan Global
Kementerian PANRB Segera Gelar Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi Pelayanan Publik
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas