INDONEWS.ID

  • Kamis, 16/12/2021 21:20 WIB
  • Perkumpulan SATUPENA Luncurkan Buku "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia"

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Perkumpulan SATUPENA Luncurkan Buku "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia"
Perkumpulan Penulis Indonesia atau SATUPENA meluncurkan buku salah satu anggotanya berjudul "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia" pada Kamis 16 Desember 2021 siang.

Jakarta, INDONEWS.ID - Perkumpulan Penulis Indonesia atau SATUPENA meluncurkan buku salah satu anggotanya berjudul "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia" pada Kamis 16 Desember 2021 siang.

Buku karya Sekretaris Jenderal SATUPENA Dr. Satrio Arismunandar itu diluncurkan sebagai buku perdana Divisi Print On Demand yang berlangsung di Klub Eksekutif Persada Purnawirawan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Baca juga : IMLF-2 SatuPena Sumbar Gelar Seminar International di Batusangkar yang Menghadirkan Sejumlah Pembicara Luar Negeri

Dari pantaun di lokasi, tampak sejumlah tokoh sekaligus anggota Satupena hadir dalam acara tersebut di antaranya Ketua Umum Satupena Denny JA dan Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim.

Selain itu, tampak juga kehadiran mantan Ketua Umum Satupena, Dr Nasir Tamara yang pertama hadir datang langsung dari Jogyakarta.

Baca juga : Jelang IMLF-2, Puluhan Buku Karya Anggota SatuPena Sumbar dan Penulis Luar Negeri Siap Diluncurkan

Selain peluncuran buku "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia," pada kesempatan itu juga disempatkan untuk membagikan 100 buku-buku pilihan lainnya yang mewarnai perjalanan bangsa Indonesia sejak era kolonial hingga kini.

Di antaranya adalah buku Atheis karangan Achdiat Karta Miharja, Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisyahbana, Siti Nurbaya karangan Marah Roesli dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang oleh R.A.Kartini.

Baca juga : Tadarrus Puisi SATUPENA Bawa Banyak Pesan Profetik dan Futuristik

Dalam kesempatan itu, Dr Satrio Arismunandar menyinggung soal bagaimana masyarakat masih memberikan tempat terhormat kepada para pelaku korupsi. Sehingga menurutnya, ini juga menjadi tantangan terbesar bangsa Indonesia dalam memberantas budaya korupsi di Indonesia.

Mantan Duta Besar RI untuk Mesir Dr Bachtiar Ali (kiri) Dr. Satrio Arismunandar (tengah) dan foto buku dengan tanda tangan untuk Asri Hadi (Foto: Ist)

Menurutnya, perilaku korupsi para elit di Indonesia sudah membudaya. Sehingga untuk mengatasinya, tidak cukup dengan pendekatan dari aspek hukum. Namun perlu dengan memperkuat budaya malu.

"Ada dua konsep budaya yang dapat digunakan yaitu budaya malu (shame culture) dan budaya kebersalahan (guilt culture). Budaya ini terdapat di semua bangsa di dunia. Namun di negeri-negeri Asia seperti China, Jepang, Korea, yang lebih menonjol biasanya adalah budaya malu,” ujar Satrio.

Bedah buku "Perilaku Korupsi Elite Politik di Indonesia" mendapatkan berbagai tanggapan dan komentar dari para peserta yang hadir.

Ucapan Selamat

Terpisah, pemimpin Redaksi Indonews.id, Drs. Asri Hadi, MA menyampaikan ucapan selamat atas diterbitkannya buku ini.

Dosen senior Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) ini menuturkan dihadiahi buku tersebut disertai tanda tangan sang penulis yang merupakan rekannya sesama alumni Universitas Indonesia (UI)

"Saya mendapatkan tanda tangan dibuku yang dibagikan oleh Dr Satrio Arismunandar. Semoga Dr. Satrio Arismunandar tambah sukses dan tetap semangat mengawal Negara Indonesia yang kita cintai ini," tutur pria yang juga anggota Satupena ini.

Sebagai informasi tambahan, dalam acara ini peluncuran buku ini, hadir juga mantan Duta Besar RI untuk Mesir Dr Bachtiar Ali. Ia tampil menyumbangkan lagu yang sangat disukai oleh peserta yang hadir.

Sosok Dr. Satrio Arismunandar

Satrio Arismunandar lahir pada 11 April 1961. Ia merupakan aktivis gerakan mahasiswa dan pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) pada tahun 1994, sebuah organisasi pers yang melakukan perlawanan terhadap rezim Soeharto.

Di AJI inilah ia berjuang untuk tegaknya kebebasan pers, menolak pembredelan dan menentang represi rezim Soeharto. Keterlibatannya di AJI dan dunia perburuhan mengakibatkan dirinya dipaksa mundur dari Harian Kompas pada tahun 1995.

Satrio Arismunandar adalah anak pertama dari enam bersaudara dari keluarga Wiharto Arismunandar. Lulus dari SMAN 14, Jakarta Timur tahun 1980, dan lulus dari Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) tahun 1989.

Ayahnya adalah seorang perwira menengah TNI Angkatan Udara, meninggal dunia karena sakit hanya sekitar 10 hari sejak Satrio lulus dari UI.

Aktivitas Satrio sebagai mahasiswa sangat beragam. Pernah menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa FTUI, pengurus Ikatan Mahasiswa Elektro, pencinta alam Kamuka Parwata FTUI, Resimen Mahasiswa Batalyon UI, redaksi Suratkabar Kampus Warta UI, dan pengurus Masjid Arief Rachman Hakim UI di Salemba.

Ia pernah separuh mengikuti masa penerimaan calon anggota (HMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 1981 dan menjadi anggota ISAFIS (The Indonesian Student Association for International Studies), meski akhirnya ia lebih memusatkan diri pada aktivitas pers kampus.

Sesudah sekian lama berkarier sebagai jurnalis (1986-1995), ia melanjutkan studi S-2 di Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional (PKN) UI dan lulus Agustus 2000. Tesisnya "Peran Pers Mahasiswa dalam Gerakan Mahasiswa 1998: Studi Kasus Buletin Bergerak! Menjelang Berhentinya Presiden Soeharto" dijadikan bahan bagi penulisan buku ini.

Satrio mengisi penuh waktunya dengan menjadi Sekjen AJI (1995-97) dan pernah menjadi salah satu Ketua DPP SBSI, ketika Ketua Umum DPP SBSI Muchtar Pakpahan masuk penjara.

Ia mendirikan Yayasan Jurnalis Independen (YJI) bersama sejumlah pendiri AJI pada tahun 2000, yang menerbitkan buletin media watch Telisik.

Sementara kariernya di Media Indonesia tidak berlanjut, karena ia dituding sebagai "aktor intelektual` di balik upaya mendirikan serikat pekerja pers di grup penerbitan tersebut.

Di dunia akademis, Satrio pernah menjadi Dosen Tamu di Jurusan Hubungan Internasional, FISIP-UI (1993), dan terlibat dalam penelitian Polisi yang Profesional dan Mandiri bersama Forum Wacana UI (1999-2000). Terakhir menjadi dosen Public Relations di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Kawula Indonesia (Stiakin), Jakarta Timur (2001).*

Artikel Terkait
IMLF-2 SatuPena Sumbar Gelar Seminar International di Batusangkar yang Menghadirkan Sejumlah Pembicara Luar Negeri
Jelang IMLF-2, Puluhan Buku Karya Anggota SatuPena Sumbar dan Penulis Luar Negeri Siap Diluncurkan
Tadarrus Puisi SATUPENA Bawa Banyak Pesan Profetik dan Futuristik
Artikel Terkini
Dikunjungi Menko PMK dan Mensos, Masyarakat Korban Banjir Bandang dan Longsor Terima Bantuan Dari Presiden Joko Widodo
Direktur Indo Barometer M Qodari dan Demokrat Tanggapi Gugatan Uji Materi Dr Audrey Agar Pelantikan Prabowo Dipercepat
Mungkinkan Pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih Bisa Dipercepat? Simak Penjelasannya!
WWF ke-10 di Bali, Deklarasi Menteri Resmi Diadopsi 133 Negara dan Organisasi Internasional
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Maybrat Lakukan Study Tour ke Minahasa Tenggara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas