INDONEWS.ID

  • Sabtu, 26/02/2022 11:14 WIB
  • Perang Rusia Vs Ukraina dan Dampaknya bagi Indonesia

  • Oleh :
    • indonews
Perang Rusia Vs Ukraina dan Dampaknya bagi Indonesia
Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah Guru Besar Teknik Tenaga Listrik Universitas Kristen Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh: Atmonobudi Soebagio*)

Invasi Pasukan Rusia ke Ukraina

Baca juga : Kasus PLTN Fukushima Daiichi Akibat Tsunami dan Masalah Besar dalam Pembuangan Air Limbah Pembersih Reaktornya

Invasi pasukan Rusia ke Ukraina yang diawali dengan pemboman di wilayah Ukraina  terjadi pada Kamis (24/02), sekitar pukul 03:00 GMT, dan sejumlah ledakan terdengar di banyak kota di Ukraina. Muncul juga laporan bahwa pertahanan udara Ukraina dan infrastruktur militer lainnya diserang.  Serangan rudal juga telah menghantam Kota Brovary, sebelah timur Kiev. Dilaporkan telah terjadi pertempuran di pinggir Ibu Kota Kiev, ketika pasukan Ukraina berupaya merebut kembali pangkalan udara Gostomel dekat ibukota Ukraina.  Sejumlah laporan menyebutkan pasukan Rusia bergerak dari utara menuju Kiev; dari timur melintasi Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv; serta dari Krimea di selatan. Dari timur, ada berbagai laporan yang menyebutkan bahwa tank-tank Rusia telah tiba di Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina. Beberapa bagian kota telah dihantam artileri.  Pasukan Rusia dilaporkan telah merebut bekas kompleks PLTN Chernobyl di kota Pryp’yat. Dan ini membahayakan dunia. Padahal salah satu reaktornya yang meledak pada tahun 26 April 1986, sedang dalam proses ‘dibungkus’ dengan biaya yang sangat mahal lewat dukungan dana dan teknologi bantuan sejumlah negara donor.

 

Baca juga : Pengembangan Bisnis Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan di Indonesia Sangat Penting dan Mendesak

Mengapa Rusia Menyerbu Ukraina dan Apa yang Diinginkan Putin?

Selama berbulan-bulan Presiden Rusia, Vladimir Putin, membantah berencana menyerang Ukraina namun ia mencabut perjanjian damai sendiri dan mengerahkan pasukan ke Ukraina dari arah utara, timur dan selatan dengan mengumumkan peluncuran ‘operasi militer khusus’.  Seiring dengan peningkatan jumlah korban meninggal, Putin dituduh menghancurkan perdamaian di Eropa. Apa yang akan terjadi kemudian dapat merusak struktur keamanan benua Eropa.

Baca juga : Jangan Abaikan Fungsi Sakelar Pemutus Daya Listrik (CB) di Rumah dan Bangunan Anda

Banyak argumen Presiden Putin yang tidak masuk akal. Ia mengklaim tujuannya adalah melindungi orang yang menghadapi tekanan dan genosida dan ia bertujuan melakukan "demiliterisasi" dan "mematahkan Nazi" di Ukraina. Tak pernah ada genosida di Ukraina, negara yang dipimpin oleh presiden yang seorang Yahudi.  "Bagaimana mungkin saya seorang Nazi," kata Presiden Ukraina Volodymr Zelensky, yang menyamakan serangan Rusia dengan serbuan Nazi pada Perang Dunia II (BBC News – Indonesia).  

 

Krisis Ukraina – Rusia Dapat Mengganggu Ekspor Minyak dan Non-Migas Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada Januari 2022 sebesar US$ 19,16 miliar. Jumlah ini turun 14,29% dari bulan Desember 2021 yang sebesar US$ 22,36 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, penurunan ekspor pada bulan laporan ini disebabkan oleh faktor musiman (Kontan.co.id – Jakarta).  Ekspor migas tercatat hanya US$ 0,90 miliar atau turun 17,59% dibandingkan dengan bulan Desember 2021 yang sebesar US$ 1,09 miliar. Sedangkan ekspor non migas tercatat US$ 18,26 miliar atau turun 14,12% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 21,27 miliar.  Akan tetapi, bila dibandingkan dengan bulan Januari 2021 yang tercatat US$ 15,29 miliar, nilai ekspor pada bulan Januari 2022 masih meningkat 25,31% year on year, kata Setianto (Bisnis.com – Jakarta).

 

Indonesia Harus Sanggup Memenuhi Kebutuhan Minyak dan Gas secara Mandiri.

Sebagai negara pengekspor minyak dan non-migas, Pemerintah Indonesia perlu segera menyikapi atas dampak dari serbuan Rusia ke Ukraina; mengingat kejadian tersebut akan mempengaruhi negara-negara Eropa yang terimbas, baik politik maupun ekonomi, dari serangan tersebut.  Meskipun jalur ekspor dan impor minyak Indonesia lewat laut yang cukup jauh dari wilayah konflik, namun krisis minyak di negara-negara Eropa dapat mengganggu kebijakan perekonomian Indonesia. Harga minyak dunia bisa mengalami fluktuasi besar, bila krisis ini  menjadi ancaman berupa serangan balik negara-negara anggota NATO dalam membela Ukraina.  Meskipun politik luar negeri Indonesia bersifat bebas dan aktif, kita tidak bisa meremehkan pengaruh konflik yang sedang terjadi tersebut terhadap situasi ekonomi Indonesia.

 

Konversi  Energi Terbarukan Menjadi Energi Listrik Perlu Diakselerasi.

Sebagai kebijakan dalam negeri, Pemerintah diharapkan meningkatkan produksi BBM dan BBG jenis nabati, dan menghemat penggunaan batubara dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional.  PLN dan pembangkit listrik swasta perlu didorong untuk melakukan diversivikasi bisnisnya dengan  meningkatkan produksi listriknya yang berasal dari energi matahari dan energi air (PLTA).  Demikian juga dengan pembangunan PLTA di 10 pulau terbesar di Indonesia, karena jaringan transmisi dan kabel listrik antar pulau mahal dan memerlukan waktu relatif lama.  Kampanye penggunaan energi yang berasal dari matahari (PLT Surya dan PLT Bayu) kepada masyarakat harus digiatkan agar masyarakat yang rumahnya tidak terjangkau oleh jaringan listrik dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Tentunya disertai dengan bantuan dana dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagai insentif agar dapat mengurangi biaya pembelian peralatan dan pemasangannya.

Pemerintah hendaknya juga mendorong pelanggan listrik PLN katagori rumah tangga, industri, maupun perdagangan untuk menjadi prosumer dengan membangun PLTS Atap sendiri dan tetap terhubung secara on-grid dengan jaringan PLN.  Selaku pelanggan yang juga prosumer (kombinasi produser dan konsumer), kelebihan energi listrik mereka bisa ‘dijual’ ke PLN; meskipun tetap sebagai pelanggan listrik PLN.  Kelebihan tersebut ‘dibeli’ PLN dalam wujud potongan tagihan listrik di bulan berikutnya. Dengan meningkatnya kiriman daya listrik yang berasal dari pelanggan PLN selaku prosumer, tekad Pemerintah lewat  pengurangan daya listrik yang berasal dari PLTU batubara dapat dilakukan lebih awal, sebagai wujud partisipasi Indonesia menuju Net Zero Emission 2050.

*) Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah Guru Besar Teknik Tenaga Listrik Universitas Kristen Indonesia.

 

Artikel Terkait
Kasus PLTN Fukushima Daiichi Akibat Tsunami dan Masalah Besar dalam Pembuangan Air Limbah Pembersih Reaktornya
Pengembangan Bisnis Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan di Indonesia Sangat Penting dan Mendesak
Jangan Abaikan Fungsi Sakelar Pemutus Daya Listrik (CB) di Rumah dan Bangunan Anda
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas