Jakarta, INDONEWS.ID - Asian Development Bank (ADB) dikabarkan siap membantu Indonesia dalam proyek pembangunan ibu kota baru atau Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur yang bernilai US$32 miliar (setara Rp458,9 triliun; asumsi kurs Rp14.343 per dolar AS).
Dilansir dari Reuters Senin (21/3), bank multilateral berbasis di Manila tersebut akan memobilisasi pembiayaan serta menilai dampak lingkungan dan sosial dari IKN.
"ADB akan berbagi ilmu internasional untuk membantu Otoritas IKN merancang dan mendanai pembangunan ibu kota baru," kata pejabat senior ADB Ahmed M. Saeed terkait kerja sama ADB dengan Otoritas Ibu Kota Nasional Nusantara, lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas proyek tersebut.
Selain itu, ADB juga akan ikut serta dalam perancangan desain kota baru, Nusantara, yang ingin dibangun oleh Presiden Joko Widodo.
Ketika ditanya apakah ADB akan memberikan pinjaman kepada Indonesia untuk relokasi, pemberi pinjaman mengatakan dukungannya akan bersifat teknis, termasuk dalam menyiapkan konferensi internasional, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Ketua Otoritas IKN Bambang Susantono, sekaligus mantan wakil ketua ADB, sempat mengatakan ia ingin belajar bagaimana cara menciptakan kota yang netral karbon dan inklusif.
Sementara itu, Softbank mengurungkan niatnya menjadi calon investor proyek ibu kota baru. Sebagai gantinya, Softbank akan mengalihkan investasi mereka ke Sumatera Barat.
Representative Director & Chairman Softbank Ken Miyauchi menepis anggapan bahwa pembatalan investasi di megaproyek ibu kota baru tersebut karena alasan politik.
Ia menyebutkan bahwa Softbank mundur sebagai investor proyek ibu kota baru di Penajam Passer Utara, Kalimantan Timur, lantaran faktor tingkat pengembalian investasi atau return on investment (RoI).
"Return on Investment adalah alasan utama kami mundur dari proyek yang dimaksud, dari segi waktu dan besar return on investment itu sendiri," ujarnya dalam keterangan resmi.
Pun demikian, ia menegaskan Softbank akan tetap mendukung pengembangan perusahaan rintisan (startup) di Indonesia.
"Kami tetap melakukan investasi di Indonesia, tetapi tidak melalui pendanaan proyek pembangunan IKN di Kaltim," imbuh Ken.*