INDONEWS.ID

  • Kamis, 16/06/2022 13:54 WIB
  • Angka Kematian Penyakit Tidak Menular Tinggi, Kadinkes: Segera Deteksi Dini

  • Oleh :
    • indonews
Angka Kematian Penyakit Tidak Menular Tinggi, Kadinkes: Segera Deteksi Dini
Wali Kota Bogor, Bima Arya. (Foto: Ist)

 

Bogor, INDONEWS. ID - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno menyampaikan data yang menyebutkan BPJS Kesehatan mencatat beban pembiayaan negara tertinggi adalah untuk Penyakit Tidak Menular atau PTM.

Baca juga : Engelbertus Turot Asisten II Setda Kabupaten Maybrat Bantu Percepat Proses Akreditasi Puskesmas di Maybrat

Data lain menyebutkan angka kematian di Indonesia maupun di Kota Bogor masih tinggi karena PTM, yang disebabkan jantung koroner, kanker, diabetes melitus dan komplikasi.

Selain itu Retno sapaan Kadinkes mengatakan hasil riset lain pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa hanya 3 dari 10 penderita PTM yang terdeteksi sejak awal.

Baca juga : Kabupaten Maybrat Rayakan HUT Ikatan Bidan Indonesia ke 73

Artinya 7 penderita PTM lainnya diketahui tidak dideteksi. Bahkan, tidak menyadari menderita PTM dan diketahui setelah komplikasinya.

“Pada dasarnya PTM bisa diantisipasi atau dicegah. Untuk itu diperlukan deteksi sejak awal agar dapat mengendalikan faktor risiko maupun mencegah ke dalam komplikasi yang lebih berat," kata Retno saat Pencanangan Gerakan Bulan Gerak Deteksi Dini PTM di Posbindu Melati I,  Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Rabu (15/6/2022).

Baca juga : Tingkatkan Layanan Bidang Kesehatan, Pj Gubernur Agus Fatoni Teken MoU Jejaring Pengampuan Layanan Prioritas Rumah Sakit

Melalui kolaborasi semua pihak di Kota Bogor, pihaknya membuat satu inovasi untuk mendukung Gerakan Bulan Deteksi Dini PTM Kota Bogor yang disebut Paguyuban Salapan (9) yang memiliki arti 9 sasaran, 9 pelaksana dan 9 program.

Adapun yang dimaksud 9 sasaran terdiri dari masyarakat umur usia 15 tahun keatas, ASN, wanita usia subur antara 30-50 tahun dengan pemeriksaan IVA tes dan CBE, pegawai swasta, pegawai dan pekerja di industri, mahasiswa dan siswa SMA/sederajat serta pengunjung klinik atau rumah sakit.

Sementara 9 pelaksana kolaborasi meliputi 9 program pemeriksaan kesehatan yang dikelola dan terintegrasi meliputi penanggung jawab PTM, kesehatan indera, kesehatan jiwa, deteksi dini kanker serviks (IVA), promosi kesehatan, lansia, gizi, UKS dan kesehatan kerja.

Untuk 9 pelayanan deteksi adalah deteksi gizi, deteksi dini hipertensi, diabetes melitus, deteksi kanker serviks dan kanker payudara, deteksi dini kesehatan jiwa, pemeriksaan tajam pendengaran dan pemeriksaan tajam penglihatan, pelayanan paru obstruktif kronik dan pelayanan upaya berhenti merokok. (yopi)

Artikel Terkait
Engelbertus Turot Asisten II Setda Kabupaten Maybrat Bantu Percepat Proses Akreditasi Puskesmas di Maybrat
Kabupaten Maybrat Rayakan HUT Ikatan Bidan Indonesia ke 73
Tingkatkan Layanan Bidang Kesehatan, Pj Gubernur Agus Fatoni Teken MoU Jejaring Pengampuan Layanan Prioritas Rumah Sakit
Artikel Terkini
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tumbuh Untuk Menginspirasi: PNM Berikan Pelatihan Literasi Keuangan Digital Serta Kegiatan Tanggung Jawab Sosial
Strategi Sukses dalam Mengimplementasikan HRIS di Perusahaan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas