INDONEWS.ID

  • Kamis, 30/06/2022 18:35 WIB
  • Penyalahgunaan Mimbar Agama untuk Ideologisasi dan Politisasi Bukan Hal Baru

  • Oleh :
    • very
Penyalahgunaan Mimbar Agama untuk Ideologisasi dan Politisasi Bukan Hal Baru
Ketua Umum Asosiasi Dai dan Daiyah Indonesia (ADDI), Dr. Moch Syarif Hidayatullah, di Bogor, Kamis (30/6/2022). (Foto: Ist)

Bogor, INDONEWS.ID - Mimbar agama menjadi sarana paling efektif untuk menyampaikan banyak hal, khususnya terkait ajaran agama. Karena itu, mimbar agama sangat rentan disalahgunakan kelompok tertentu seperti radikalisme yang mengatasnamakan agama untuk melakukan penyebaran atau propaganda paham mereka. Dan itu berlaku di semua agama.

“Itu harus diakui karena faktanya mimbar agama dari dulu sampai sekarang. Seperti di Islam, dakwah-dakwah melalui mimbar agama seperti khotbah Jumat sudah sejak awal dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam,” ujar Ketua Umum Asosiasi Dai dan Daiyah Indonesia (ADDI), Dr. Moch Syarif Hidayatullah, di Bogor, Kamis (30/6/2022).

Baca juga : Menteri PANRB Minta Instansi Pemerintah Segera Rampungkan Rincian Formasi ASN 2024

Oleh karena itu, ada penjelasan juga di dalam hadis yang menyebut ketika khotib sedang berkhotbah, jamaah dilarang melakukan aktivitas lain selain mendengarkan khotbah.

“Supaya apa? Supaya khotbah itu bisa dipahami, bisa dimengerti lalu kemudian bisa diimplementasikan atau diamalkan,” imbuhnya.

Baca juga : Seleksi CASN 2024 Segera Dimulai, Pemerintah Penuhi Formasi Talenta Digital

Tapi, ungkap Syarif, dalam perjalanan penggunaan mimbar masjid, khususnya di media khotbah, dipakai untuk ideoligasasi untuk kepentingan tertentu seperti dalam Islam terkait teologi maupun fiqih.

Hal itu, katanya, menjadi bahan penelitian dalam disertasinya yaitu secara khusus tentang khotbah jihad.

Baca juga : Pj Gubernur Agus Fatoni Bersama Kedubes Kanada Perkuat Kerjasama Penanganan Permasalahan Perubahan Iklim

“Bahkan mimbar khotbah dipakai juga untuk memobilisasi massa, misalkan berjihad. Termasuk yang saya teliti dalam konteks perang Aceh itu digerakkan juga melalui mimbar khotbah,” ungkap Wakil Dekan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif HIdayatullah Jakarta ini.

Syarif menilai tidak bisa dipungkiri bahwa mimbar dakwah di masjid atau tempat ibadah agama lain, sangat efektif untuk menyampaikan ajaran kepada jamaah dan para jamaah cenderung sangat memperhatikan apa yang disampaikan penceramah. Maka disinilah kemudian dipakai oleh kelompok kepentingan, maupun ideologi tertentu untuk melakukan ideologisasi, agitasi, politisasi, dan seterusnya.

Menurutnya, inilah pentingnya bagi para dai atau khotib atau penceramah untuk diberikan juga wawasan bahwa dalam berceramah atau menyampaikan materi keagamaan di mimbar agama atau dalam kegiatan dakwah ada tanggung jawabnya. Baik tanggung jawab moral, tanggung jawab kepada Allah SWT terhadap apapun yang disampaikan.

“Saya sampaikan jangan sampai mimbar masjid itu dipakai untuk kepentingan agitasi, dipakai untuk kepentingan yang bukan kepentingan agama. Apalagi seperti biasa dalam musim-musim Pilpres, Pilkada, Pilgub itu ada kelompok-kelompok kepentingan yang sengaja masuk ke masjid untuk mengganggu,” tutur Syarif.

 

Peran DKM

Menurutnya, hal ini harus disadari meski dalam pengamantannya, kadang-kadang ada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) juga ikut terlibat dalam kotbah tersebut. Padahal, DKM seharusnya menjadi wasit dengan mengingatkan para khatib atau ustaz atau dai agar tidak keluar dari perspektif agama.

“Intinya peran DKM sangat penting dimana sebelum khotib itu naik mimbar untuk mengingatkan materi dakwah agar tidak offside,” ungkapnya.

Namun ia mengakui hanya sebagian kecil masjid yang offside sehingga ikut dalam residu pilpres atau residu politik praktis, dan sebagainya. Mereka kemudian menggunakan masjid untuk kendaraan politik tertentu dengan mengagitasi masyarakat untuk diarahkan kepada pilihan tertentu. Selain iut, juga diarahkan untuk menyerang atau membenci pemerintah, menyerang apa yang kemudian mereka sebut sebagai rezim.

Lebih fatalnya lagi, ungkap Syarif, di sini ada orang-orang yang mengikuti atau mendengarkan khotbah itu misalkan ASN atau orang-orang profesional. Padahal mereka  ingin salat di masjid tetapi kemudian dia mendengarkan agitasi itu, mendengarkan sesuatu yang sebetulnya diluar penjelasan agama.

“Disitulah kepentingan politik praktis yang membonceng entah itu sadar atau tidak sadar si khotib menyampaikan itu, entah dia bagian dari tim sukses atau tidak, entah dia mewakili  kepentingan ideologi tertentu atau tidak. Apalagi kalau dia mewakili ideologi tertentu yang bertentangan dengan ideologi bangsa,” paparnya.

Ia mengatakakan, dalam mendengarkan khotbah, umumnya pikiran jamaah itu dalam keadaan kosong, laksanan gelas kosong yang diisi air. Sehingga isi ceramah itu akan ditelan mentah-mentah karena disampaikan menggunakan mimbar agama sehingga seolah-olah pasti adalah bagian dari suara agama, padahal itu suara kepentingan.

“Maka di sinilah pentingnya kita sebagai jamaah yang mendengarkan khotbah, mendengarkan dakwah perlu untuk melihat siapa ini yang berdakwah, siapa dainya, siapa khotibnya dan lain sebagainya,” jelas Syarif.

Ia mengungkapkan saat ada rilis terkait ustaz radikal, dai radikal, khotib radikal, bahkan masjid radikal, pasti disambut ‘gemuruh’ suara pro dan kontra seolah-olah menjadi justifikasi bahwa ada Islamofobia, ada peminggiran peran umat Islam. Padahal faktanya memang hal tersebut diatas memang ada.

Syarif melanjutkan, kalau seseorang melabeli dirinya sebagai ustaz, tentu bicaranya dalam konteks agama. Pun kalau politisi, tentunya pasti bicaranya soal kepentingan politik dan itu tidak boleh dilakukan di mimbar dakwah.

“Tapi kadang-kadang di masjid atau di mimbar dakwah, ketemu dengan ustaz-ustaz yang mungkin tidak jelas ini posisinya, dia ini sebagai dai atau sebagai politisi atau sebagai tim sukses. Nah ini yang tentunya kita perlu hati-hati,” imbuhnya.

Sebenarnya, katanya, masjid atau mimbar dakwah keagamaan tidak pernah salah. Tetapi yang salah adalah orang-orang yang memanfaatkannya. Dan biasanya ada banyak aktornya, ada DKM, ustad, dan ada juga donatur. Bahkan kadang DKM dikendalikan dan atas pesanan donatur.

“Itu memang fakta yang tidak bisa kita pungkiri, tetapi memang tidak bisa fakta ini kita generalisasi. Tidak boleh mengeneralisir sesuatu yang sebetulnya bukan fenomena umat. Ada fenomena seperti itu, kita berbohong kalau kita mengatakan itu tidak ada,” tegasnya.

Lebih lanjut, Syarif mengajak semua pihak untuk memberi perhatian kepada masjid-masjid yang ada di lingkungan pemerintahan yang menjadi tempat ASN beribadah. Jangan sampai khotib maupun sebagai penceramah yang diundang justru yang selama ini bekoar-koar menolak pemerintah, menolak Pancasila, menolak Undang Undang Dasar 1945, tidak mau hormat bendera Merah Putih, tidak mau menyanyikan Indonesia Raya, dan  ideologi yang dia sampaikan dalam ceramahnya, dalam tulisannya ideologi yang berbeda dengan ideologi bangsa.

“Padahal ideologi Pancasila yang sudah disepakati oleh mayoritas umat Islam dimana para ulama juga ikut terlibat disitu. NU terlibat disitu, Muhammadiyah, MUI, ikut terlibat juga organisasi-organisasi yang moderat yang wasathiyah, tidak mempersoalkan Pancasila akrena memang tidak bertentangan dengan nilai nilai Islam,” jelasnya.

Untuk itulah, Syarif mengajak para dai dan penceramah wasathiyah agar bersuara lebih kencang untuk menyuarakan naras-narasi keagamaan, narasi Islam rahmatan lil alamin agar narasi keagamaan yang berkembang bukan narasi yang dikuasai orang-orang yang sebetulnya minoritas tapi berisik.

“Sekarang ini jamannya bukan sing waras ngalah, tetapi sekarang jamannya yang waras harus bersuara.  Jangan sampai kalah sama yang tidak waras,” pungkas Syarif Hidayatullah. ***

 

Artikel Terkait
Menteri PANRB Minta Instansi Pemerintah Segera Rampungkan Rincian Formasi ASN 2024
Seleksi CASN 2024 Segera Dimulai, Pemerintah Penuhi Formasi Talenta Digital
Pj Gubernur Agus Fatoni Bersama Kedubes Kanada Perkuat Kerjasama Penanganan Permasalahan Perubahan Iklim
Artikel Terkini
Menteri PANRB Minta Instansi Pemerintah Segera Rampungkan Rincian Formasi ASN 2024
Seleksi CASN 2024 Segera Dimulai, Pemerintah Penuhi Formasi Talenta Digital
TB dan "Airborne Infections Defense Platform" di Serang
Pj Gubernur Agus Fatoni Bersama Kedubes Kanada Perkuat Kerjasama Penanganan Permasalahan Perubahan Iklim
Menteri PANRB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Digelar Juni
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas