INDONEWS.ID

  • Kamis, 17/11/2022 20:52 WIB
  • Didik J Rachbini: Pertemuan G20 Diibaratkan Hanya Membangun Fondasi dan Tiang

  • Oleh :
    • very
Didik J Rachbini: Pertemuan G20 Diibaratkan Hanya Membangun Fondasi dan Tiang
Didik J Rachbini, Rektor Universitas Paramadina (Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Hampir semua mendapatkan kesan positif terhadap perhelatan G20, terutama pentas seni dan kemeriahan dari satu acara ke acara lainnya. Pertemuan G20 ini sangat meriah seperti acara puncak penyerahan piala oscar dengan tokoh-tokoh dan bintang-bintang idola yang terkenal.  Bahkan pertemuan ini lebih dari pesta para bintang film tersebut.

Demikian dikatakan Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini tentang  cacatannya terkait pertemuan G20 yang baru saja ditutup kemarin, 16 November 2022.

Baca juga : Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta

Tidak dapat dipungkiri bahwa KTT G20 adalah usaha yang bersifat global untuk membangun jembatan komunikasi, kerja sama, perdamaian, kesejahteraan bagi dan antar 20 negara besar tersebut.

Peristiwa tersebut, katanya, sangat penting sebagai fondasi kerja sama global antara bangsa, khususnya 20 negara besar tersebut dan juga kerja sama lebih luas dengan negara-negara lainnya - dengan harapan dinamika ekonomi, perdagangan, investasi dan ekonomi secara keseluruhan terus berkembang didorong oleh kekuatan kumpulan ekonomi besar (large economy) 20 negara.

Baca juga : Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur

Pertanyaanya, apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yanhg paling berat?

“Untuk menjawab iya, kita masih ragu. Masalah paling krusial soal perang sama sekali tidak disentuh dan para pempimpin itu semua tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Ini masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut. Masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT tersebut. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen. KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia Ukraina, yang dampknya sangat luas dan bersifat semesta global,” ujar Prof Didik melalui siaran pers yang diterima redaksi di Jakarta, Kamis (17/11).

Baca juga : Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pantas mempertanyakan dan mengharap KTT tersebut dan para pimpinannya ambil bagian dari upaya perdamaian dan  bisa menyelesaikan masalah perang Rusia Ukraina tersebut? 

“Jawabannya bisa dikatakan bahwa pertanyaan tersebut berlebihan. Tetapi jika di balik lagi, siapa lagi pempimpin yang lebih kuat dari kumpulan pimpinan negara-negara G20 tersebut? Jadi, publik wajar dan layak kritis untuk mempertanyakan masalah paling kritis seperti ini,” katanya.

Didik mengatakan, KTT G20 bersifat sebagai fondasi dan bahkan jembatan komunikasi antar bangsa dan para pemimpinnya. Pertemuan tersebut layak disebut baik dan positif untuk semua. “Tetapi jika berhenti pada pertemuan itu saja, maka  jauh dari memadai dan tidak cukup sebagai solusi masalah-masalah bersama,” ujarnya.

Didik mengibaratkan pertemuan tersebut dengan membangun rumah, yang hanya membangun fondasi dan tiang-tiangnya saja. “Tidak berguna untuk tempat tinggal, tidak berfungsi sebagai solusi meski mengeluarkan biaya banyak untuk pertemuan. Karena itu harus ada kerja turunannya di level menteri, gubernur, pengusaha, dll,” imbuhnya.

Jika, soal krusial perang tidak bisa selesai di KTT ini, maka kerja sama ekonomi merupakan hal yang paling penting untuk ditindaklanjuti paska pertemuan tersebut, sebab 20 negara ini dikumpulkan karena ukuran ekonominya.

Sebagai contoh, transisi ekonomi hijau yang ditawarkan Biden perlu ditindaklanjuti denan harapan ada keuntungan ekonomi Indonesia dan mitranya AS. Juga kebijakan friend-shoring perlu ditanggapi lanjutan. Friend-shoring adalah upaya yang dilakukan oleh sekelompok negara untuk melindungi rantai pasokan global dari gangguan eksternal dan paksaan ekonomi.

“Tapi pemerintah kan tidak mengerti apa kebijakan yang ditawarkan negara mitranya. Buktinya tidak satu pun menteri menjawab soal ini, friend-shoring dan ekonomi hijau,” ujarnya.

“Jika perdagangan di investasi tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT Bali cuma menghabiskan biaya dan cuma kumpul-kumpul mahal pejabat dan pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut,” pungkasnya. ***

 

Artikel Terkait
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas