Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup impresif selama tahun 2022. Menko menyebutkan pertumbuhan yang paling menggembirakan terjadi selama kuartal IV-2022 yang mencapai 5,64 persen.
"Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari angka pra pandemi Covid-19, yaitu yang rata rata sebesar 5% sebelum pandemi, dan ini merupakan angka yang tertinggi sejak masa pemerintahan bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi)," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Tercatat, angkanya tumbuh 5,01% secara year on year (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan IV-2021 dan secara kumulatif di tahun 2022. Sementara jiika dibaca secara kumulatif, Menko Airlangga mengungkapkan, ekonomi Indonesia di sepanjang 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen.
Lebih lanjut, dari segi supply, berbagai lapangan sektor usaha di Kuartal IV-2022 memang tumbuh positif, di antaranya sektor transportasi pergudangan tumbuh sebesar 16,99 persen secara yoy, diikuti oleh makanan minuman dan akomodasi 13,81 persen, termasuk sektor industri pengolahan.
"Tentunya ini diakibatkan dari mobilitas masyarakat, peningkatan kunjungan baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara," ujarnya dalam konferensi pers mengenai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal IV 2022, Senin (6/2/2023).
Sementara, sisi demand, dia melihat mayoritas komponen pengeluaran di kuartal IV-2022 juga tumbuh kuat, diantaranya ekspor tumbuh double digit atau 14,93 persen secara tahunan (year on year).
Pertumbuhan ekspor didukung oleh harga komoditas yang tinggi ataupun sering disebut sebagai windfall harga komoditas. Selain itu, impor tercatat juga tumbuh 6,25 persen (yoy) yang ditopang oleh impor barang modal maupun bahan baku, sehingga impor ini menjadi sektor yang produktif.
Adapun Airlangga Hartarto menyampaikan, kontributor utama dari PDB adalah sektor konsumsi. Sektor ini mampu tumbuh 48 persen (yoy), kemudian dari sisi investasi tumbuh 3,33 persen dan konsumsi rumah tangga tumbuh 5,7 persen.
Kemudian, juga dari sisi PMI global yang terakhir angkanya di 51,3 dan tentunya, sambung Airlangga, ini masih dalam teritori ekspansif.
"Sektor eksternal juga terkendali, plus transaksi berjalan baik cadangan devisa ini juga positif sekitar USD134 miliar," kata Airlangga.
Di sisi lain, terlihat yield obligasi pemerintah mulai melandai, kemudian nilai tukar dan IHSG yang menguat serta rasio utang luar negeri terhadap PDB berada dalam level aman.
"Ataupun angkanya masih sekitar di bawah 30%," pungkas Airlangga.
Beberapa leading indicators juga menunjukkan prospek cerah dari pertumbuhan ekonomi ini. Hal-hal ini kemudian diharapkan menjadi penopang di tahun 2023.
"Ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang angkanya juga tinggi di atas 100, di mana angkanya di sekitar 120," ungkap Airlangga.*