INDONEWS.ID

  • Jum'at, 05/05/2023 23:57 WIB
  • Lembaga Pendidikan Harus Jadi Teladan dalam Praktik Kemanusiaan dan Budi Pekerti

  • Oleh :
    • very
Lembaga Pendidikan Harus Jadi Teladan dalam Praktik Kemanusiaan dan Budi Pekerti
Didin Syafruddin, M.A., Ph.D, Peneliti Senior di Pusat Pengkajian dan Masyarakat Islam (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Foto: PMD BNPT)

Jakarta, INDONEWS.ID - Dunia pendidikan sejatinya dapat menjadi ruang bermain dan belajar yang kondusif untuk proses transformasi ilmu pengetahuan, pendewasaan dan persemaian sikap toleran. Kecenderungan meningkatnya sikap intoleransi dan segregatif di kalangan generasi muda tidak lepas dari peran dunia pendidikan.

Momentum Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei lalu menjadi pemantik bagi pegiat pendidikan, maupun stakeholder terkait untuk mendesain dunia pendidikan yang merdeka dari intoleransi. Sebab, kristalisasi intoleransi akan mewujud pada sikap radikal ekstrem yang berujung pada kekerasan, dan dapat memecah belah bangsa.

Baca juga : Tahun 2023, PTPN VI Beri Bantuan ke 5 Lembaga Pendidikan di 2 Provinsi

Didin Syafruddin, M.A., Ph.D, Peneliti Senior di Pusat Pengkajian dan Masyarakat Islam (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan, yang menjadi penyebab tumbuhnya intoleransi dalam dunia pendidikan adalah kurangnya interaksi dan dialog antar siswa dari berbagai latar belakang perbedaan. Akibatnya antara siswa yang memiliki perbedaan, dikhawatirkan memiliki prasangka negatif dan masih canggung dalam menghadapi perbedaan.

“Lembaga pendidikan harus menjadi teladan dalam mempraktikkan pendidikan kemanusiaan dan budi pekerti. Pendidikan kemanusiaan yang efektif dalam mengubah perilaku ialah dengan menjadikan lembaga pendidikan itu sendiri sebagai teladan mempraktikkan pendidikan kemanusiaan,” ujar Didin di Jakarta, Jumat (5/5/2023).

Baca juga : Tika Bisono: Internalisasi Nilai Toleransi dan Nasionalisme Melalui Keluarga Serta Lembaga Pendidikan Sangat Penting

Tidak hanya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, lanjut Didin, melainkan setiap unsur yang terlibat di dalam lingkungan sekolah, seperti kepala sekolah, guru, petugas keamanan, petugas kebersihan, petugas kantin baik laki maupun perempuan harus saling memuliakan satu sama lain. Semua memperlakukan semua setara dan adil apa pun agama, suku, status ekonomi, warna kulit, dan lainnya. Siswa harus ditanamkan pemikiran yang kritis serta mempraktikkan demokrasi.

“Pendidikan budi pekerti masih kurang karena pelaksanaannya masih melalui ceramah atau pengajaran. Padahal pendidikan budi pekerti memerlukan diskusi dan dialog terbuka kritis, pembiasaan, keteladanan, dan konsensus bersama melalui proses demokratis,” ujar Didin seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Baca juga : Said Aqil Siraj: Generasi Muda NU Harus Datang dari Lembaga Pendidikan Ma`arif

Kasus APH, peneliti yang diduga melakukan ujaran kebencian terhadap warga Muhammadiyah ini menunjukkan keterpelajaran melalui pendidikan formal tidak menjamin seseorang memiliki literasi kemajemukan intra dan antar agama dengan baik. Meskipun APH lekat dengan dunia ilmu pengetahuan, akademisi dan literasi yang baik, namun dirinya memiliki pemahaman intoleran dan cenderung mengandung kekerasan. Untuk itu perlu menyelaraskan antar keilmuan, pendidikan budi pekerti dan nasionalisme untuk menumbuhkan rasa persatuan antar anak bangsa.

“Kasus APH mengingatkan bahwa lembaga pendidikan harus menanamkan sikap ilmiah, sikap rasional, sikap objektif sehingga dalam berpendapat dan bersikap selalu berlandaskan data yang kuat dan mengurangi prasangka dalam menilai kelompok agama atau pihak pihak lain,” ucap Didin yang mendapatkan gelar Ph.D di bidang Kajian Nilai dan Kebudayaan dalam Pendidikan dari McGill University, Montreal, Kanada.

Untuk itu, Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berpendapat pemerintah harus mendorong lembaga pendidikan dengan latar belakang homogen, untuk bergaul, berjumpa, dan berinteraksi dengan kelompok yang berbeda.

Didin berharap pendidikan mampu menjadi institusi penting untuk mencetak peserta didik menjadi manusia dan anggota masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai universal kebaikan yang berpijak pada kemanusiaan.

“Penting terus menerus menekankan bahwa Indonesia bukan negara NU, bukan negara Muhammadiyah, bukan negara salafi dan bukan negara berdasar paham agama lainnya. Lembaga (pendidikan) harus mempraktikkan dan menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang bersendikan kemuliaan setiap orang atau setiap warga negara,” tutup Didin. ***

Artikel Terkait
Tahun 2023, PTPN VI Beri Bantuan ke 5 Lembaga Pendidikan di 2 Provinsi
Tika Bisono: Internalisasi Nilai Toleransi dan Nasionalisme Melalui Keluarga Serta Lembaga Pendidikan Sangat Penting
Said Aqil Siraj: Generasi Muda NU Harus Datang dari Lembaga Pendidikan Ma`arif
Artikel Terkini
Tak Terdaftar di OJK, Perusahaan Investasi asal Hongkong Himpun Dana Masyarakat
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas