INDONEWS.ID

  • Kamis, 22/06/2023 11:01 WIB
  • Parpol Harus Bisa Berkolaborasi untuk Ciptakan Titik Temu

  • Oleh :
    • very
Parpol Harus Bisa Berkolaborasi untuk Ciptakan Titik Temu
Seminar dan peluncuran buku “Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024 (Perbandingan Amerika dan Indonesia)”, pada Rabu (21/6). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Partai politik era sekarang harus bisa berkolaborasi untuk menciptakan suatu titik temu yang bermanfaat. Pasalnya, saat ini ideologi dalam partai politik sifatnya adalah transaksional.

“Jadi ideologi yang ada di partai politik itu seperti pita. Kedua ujung pita tersebut bisa bertemu untuk menghasilkan sesuatu dalam lingkungan masyarakat,” ujar Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc, Ph.D, dalam seminar dan peluncuran buku “Strategi Komunikasi Politik Jelang Pemilu 2024 (Perbandingan Amerika dan Indonesia)”, pada Rabu (21/6).

Baca juga : Jelang Musim Haji, MERS CoV di Arab Saudi Perlu Diwaspadai

Diskusi menghadirkan pembicara yaitu Penulis Buku dan Dosen Prodi Ilmi Komunikasi Universitas Paramadina, Erik Ardiyanto M.Ikom, Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, Abdul Malik Gismar, Ph.D, dan Dosen Prodi Psikologi Universitas Paramadina dan Aktivis Perempuan, Tia Rahmania M.Psi. Psikolog.

Menurut Didik, masyarakat kini selalu berinteraksi dan bertukar pikiran satu sama lain. Maka dari itu, manusia dianggap institusi pertukaran (exchange). “Kita belajar komunikasi itu sebagai institusi pertukaran. Komunikasi politik adalah pertukaran antara law maker dengan masyarakatnya. Dalam perdagangan internasional pertukaran antara importir dengan eksportirnya. Dan pemilu adalah para calon dengan masyarakatnya. Oleh karena itu, ilmu sosial dianggap exchange,” katanya.

Baca juga : PNM Sosialisasikan Program Mekaar Pada Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama Serang

Sementara Erik Ardiyanto menyatakan bahwa melalui buku yang ditulisnya itu, kita bisa belajar dari tokoh-tokoh politik seperti Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Jeremy Corbyn.

Erik mengatakan, ketiganya merupakan politisi sukses yang menarasikan kembali ide-ide sosialisme modern ke publik.

Baca juga : BNPP Terima Audiensi DPRD Kabupaten Sambas Terkait Pembentukan BPPD

“Hingga kini, proses negasi politik sosialisme sebagai alternatif atas politik kapitalisme terus hilang di benak publik karena distorsi media-media dan aktor-aktor politik yang tidak menginginkan ide itu terwujud, tetapi tidak dengan 3 tokoh tersebut,” ujarnya.

Ia berharap buku yang ditulisnya itu menjadi pembelajaran untuk membangun keyakinan kepada para aktivis mahasiswa bahwa dengan bermodal ide dan gagasan, seorang aktivis bisa sukses dalam kontestasi politik seperti ketiga tokoh tersebut.

Lain lagi dengan Abdul Malik Gismar  yang memberi pandangan tentang cara membaca media menuju pemilu di tahun 2024.

Ia berpendapat bahwa para pengguna media sosial jangan terjebak ke dalam Echo Chamber yang hanya berisikan potongan-potongan dari sebuah narasi yang digunakan untuk mempolitisasi agenda-agenda di publik.

“Kita jangan terjebak oleh informasi di media sosial yang terus memberikan informasi berdasarkan algoritma. Hal itu berpotensi berada dalam lingkup Echo Chamber dimana kita enggan melihat suatu informasi yang nyata dan tertutup oleh keyakinan kita saja,” ujar Abdul Malik.

Berbeda dari kedua narasumber tersebut, narasumber yang ketiga, yaitu Tia Rahmania M.Psi, Psikolog memberikan pandangannya tentang keterlibatan perempuan di dunia politik.

Tia menanyakan kepada peserta seminar perempuan yang ingin berpartisipasi dengan terjun ke dunia politik. Mayoritas yang hadir dalam forum tersebut menjawab tidak ingin atau belum berminat menjadi seorang politisi.

Mengaitkan dengan realita tersebut, ia pun menjelaskan bagaimana dunia politik bagi perempuan di zaman sekarang.

“Kita sebagai perempuan harus berani terjun langsung ke dunia politik. Perempuan diberkahi empati yang tinggi dalam lingkungan masyarakat, sehingga kepekaan yang ada pada perempuan bisa membuat perubahan dan memperbaiki lingkungan sekitarnya,” ujar Tia.

Menurutnya, komunikasi politik pada dasarnya adalah bagaimana cara seorang individu mendapatkan sebuah kekuasaan. “Secara harfiah, politik berkaitan dengan kekuasaaan, namun dalam artian yang lebih luas politik itu berarti bagaimana sebuah kekuasaan tersebut dapat berguna bagi lingkungan dan sekitarnya,” imbuhnya.

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Tri Wahyuti, M.Si mengatakan bahwa tujuan dari forum tersebut adalah untuk mengapresiasi hasil penelitian dan pemikiran dosen, bukan hanya untuk warga kampus, tetapi juga seluruh masyarakat.

“Tujuan acara ini adalah ingin memberikan ruang publikasi bagi dosen untuk dapat mengaktualisasikan dirinya atas hasil penelitian dan pemikiran yang telah dicapainya. Tentunya ruang ini tidak sebatas di lingkungan universitas, tetapi juga berdampak untuk masyarakat secara luas,” ujar Tri. ***

Artikel Terkait
Jelang Musim Haji, MERS CoV di Arab Saudi Perlu Diwaspadai
PNM Sosialisasikan Program Mekaar Pada Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama Serang
BNPP Terima Audiensi DPRD Kabupaten Sambas Terkait Pembentukan BPPD
Artikel Terkini
Jelang Musim Haji, MERS CoV di Arab Saudi Perlu Diwaspadai
PJ Bupati Maybrat Pantau Ujian Nasional 3 SD Terdalam di Aifat Utara
PNM Sosialisasikan Program Mekaar Pada Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama Serang
Pj Bupati Maybrat Hadiri Rapat Persiapan Penilaian Akreditasi Delapan Puskesmas
Peringatan Hari Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura ke-207
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas