INDONEWS.ID

  • Rabu, 28/06/2023 14:05 WIB
  • Pesan Berkurban, Kemanusiaan Tidak Berseberangan dengan Ketuhanan

  • Oleh :
    • very
Pesan Berkurban, Kemanusiaan Tidak Berseberangan dengan Ketuhanan
Paramadina Graduate School of Islamic Studies menyelenggarakan webinar “Etos Qurban dan Kepemimpinan Nasional”, yang menampilkan narasumber Dr. Sunaryo, dosen Universitas Paramadina, dan Arif Zulhilmi, pemikir muda Paramadina, pada Selasa (27/6). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID – Berkurban adalah ritus tua, setua peradaban manusia. Kita dapat menemukan tradisi berkurban di budaya dan agama mulai dari Yunani kuno, bangsa Aztek sampai Islam. 

Kurban adalah praktik keagamaan, persembahan pada dewa, tuhan. Kurban bukan ritus an sich. Ia adalah simbol dan mengandung pesan tertentu.

Baca juga : Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta

Dalam rangka menggali pesan penting Quran, Paramadina Graduate School of Islamic Studies menyelenggarakan webinar “Etos Qurban dan Kepemimpinan Nasional”, yang menampilkan narasumber Dr. Sunaryo, dosen Universitas Paramadina, dan Arif Zulhilmi, pemikir muda Paramadina, pada Selasa (27/6).  

Sunaryo menyampaikan, pesan agama (Islam) sangat gamblang. “Pendekatan  diri kepada Tuhan dilakukan dengan tindakan yang bernilai. Dalam kurban, nilai yang didorong adalah solidaritas,” ujarnya.

Baca juga : PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

Intinya, menurut Sunaryo kaum Muslim tidak boleh meninggalkan tanggung jawab sosial, tapi harus terlibat menanggulangi persoalan sosial. Kaum Muslim juga harus turut serta memikul tanggung jawab sosial, melakukan kesalehan individual, maupun kesalehan sosial.

Dalam paparannya, Sunaryo menyatakan bahwa kurban adalah peristiwa sepanjang tahun. Ritus penyembelihan hewan kuran hanya pengingat karena lagi-lagi kurban punya dimensi sosial.

Baca juga : Dianggap "Lahan Tak Bertuan", Sekolah Sering Jadi Tempat Penyemaian Ideologi Radikal

“Yang tak kalah penting, ritus tahunan kurban memiliki potensi besar dalam upaya pemberdayaan kaum yang lemah. Sayangnya, meskipun potensi dan nilai kurban secara ekonomi cukup besar namun tidak dikelola secara baik. Hasilnya, potensi kurban itu lenyap dalam hitungan hari. Hewan kurban disembelih, lalu didistribusikan pada yang kurang mampu. Itu sudah benar. Tetapi, praktek tersebut tidak punya efek emansipasi. Pesan pemberdayaannya tidak bunyi,” katanya.

Bagi Sunaryo, otokritik ini harus dilontarkan pada pengelolaan potensi pemberdayaan umat. “Potensi pemberdayaan umat yang  hanya selesai pada tingkat  seremoni ritual.  Dalam konteks iammah, kepemimpinan, mengorganisasikan.  Harus ada kepemimpinan, organisasi negara itu penting  dilakukan bersama-sama, secara kolektif. Untuk satu tujuan tertentu menciptakan masyarakat dan ummat,” tambah Sunaryo. 

Arif Zulhilmi menyoroti  praktek kurban yang masih didominasi kepentingan-kepentingan egoistik, seperti pamer, persaingan gengsi dan sebagainya. “Karena itu, sulit diharapkan ada transformasi sosial dari ibadah kurban dalam skala besar. Penghayatan keragaman yang mengutamakan ritus daripada pesan moral di balik ritus tidak akan mengubah wajah masyarakat,” paparnya. 

Zulhilmi menekankan bahwa kurban bukan hanya penyembelihan hewan. “Yang lebih penting adalah menyembelih sifat-sifat hewani. Sifat rakus, misalnya adalah karakter hewani yang harus disembelih, dibuang. Korupsi terjadi karena kerakusan yang masih menguasai diri seseorang. Negeri ini akan mampu mencapai cita-cita kemerdekaannya bila para pemimpinnya sudah menyembelih sifat-sifat hewaninya,” ujarnya.

Di akhir diskusi, Direktur PGSI, Dr. M. Subhi-Ibrahim, menambahkan bahwa kurban punya pesan sosial yang kuat. Penggantian Nabi Ismail sebagai objek kurban dengan domba memiliki pesan yang sangat penting, yakni pesan kemanusiaan.

Bagi Subhi-Ibrahim, kemanusiaan tidak berseberangan dengan ketuhanan. “Allah tidak mengorbankan Ismail. Allah tidak menjadikan manusia sebagai sarana penyembahan dan persembahan. Allah tidak mengajarkan bahwa untuk mendekati-Nya dengan mengorbankan manusia dan kemanusiaan. Allah menginginkan manusia menjadi tujuan pada dirinya sendiri,” paparnya.

Agama diturunkan bukan untuk Allah. Ia tidak kekurangan kemahaan-Nya walau tidak satu orang pun yang menyembah-Nya. Allah Maha segalanya. Agama adalah untuk manusia dan memanusiakan manusia. Jika ada tafsir agama yang memertentangkan Allah dan manusia, maka tafsir tersebut pasti manipulatif.

“Tafsir yang menyembunyikan kepentingan diri, kekuasaan, motif ekonomi dan lain-lain. Tafsir yang wajib ditolak.  Alih-alih menghadap-hadapkan Allah VS manusia atau  agama VS kemanusiaan, Allah mengajarkan bahwa pendekatan diri kepada-Nya digapai melalui mendekatkan diri kepada manusia yang lemah (dhaif) dan dilemahkan (mustadhafin),” katanya.

Inilah esensi ritus kurban. Pendekatan diri kepada Tuhan mensyaratkan mendekat kepada yang berkekurangan, yang kurang beruntung. Bila ibadah puasa mengajak si kaya merasakan laparnya si miskin, kurban mengajak si miskin merasakan kenyang si kaya. Berqurban berarti mendekatkan diri dengan mengakrabkan diri dengan hamba-hamba-Nya yang lemah, tidak berdaya. (QS. Al-Hajj [22]:28).

“Dalam kepemimpinan, kemanusiaan tidak pernah boleh diabaikan. Pemimpin nasional harus memberi jaminan penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan sekaligus mendorong solidaritas sosial,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Dianggap "Lahan Tak Bertuan", Sekolah Sering Jadi Tempat Penyemaian Ideologi Radikal
Artikel Terkini
Tanggapi Tuduhan Ade Pencuri, Lawyer Gaul: gak Cocok sama Faktanya
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
Tamini Square Gelar Festival Soto dan Masakan Nusantara
Dituduh Curi Iphone, Ade Laporkan AA ke Polres Jaksel
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas