INDONEWS.ID

  • Sabtu, 02/09/2023 11:22 WIB
  • Putut Prabantoro: Tidak Perlu Tindakan Hebat untuk Tunjukkan Kecintaan pada Bangsa dan Negara

  • Oleh :
    • very
Putut Prabantoro: Tidak Perlu Tindakan Hebat untuk Tunjukkan Kecintaan pada Bangsa dan Negara
Taprof Bidang Ideologi Lemhannas, AM Putut Prabantoro (kanan), dalam dialog nasional tentang bela negara yang menandai pelantikan Bakorda Wilayah Forum Kader Bela Negara (FKBN) Se-provinsi Jawa Timur, di Gedung Balai Pemuda, Surabaya, Kamis (21/08/2023). (Foto: Ist)

Surabaya, INDONEWS.ID - Taman Makam Pahlawan (TMP) adalah tempat terbaik dan terkomplit untuk belajar tentang bela negara bagi para siswa. Di taman itu, generasi penerus akan belajar tentang ideologi, mengenal pahlawan yang telah berjuang mempertahankan tanah air Indonesia, belajar tentang sejarah dan belajar tentang pemimpin negara dan bangsa.

Oleh karena itu, penting bagi negara dan pemerintah untuk menjadikan taman makam pahlawan sebagai kurikulum wajib untuk bela negara.

Baca juga : SMP Islam Al Azhar BSD Raih juara 1 Tari Tradisional di Spanyol

Penegasan ini muncul dalam dialog nasional antara 400 siswa sekolah menengah atas dengan narasumber dari Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi di Gedung Balai Pemuda, Surabaya, Kamis (21/08/2023). Dialog nasional tentang bela negara ini untuk menandai pelantikan Bakorda  Wilayah  Forum Kader Bela Negara (FKBN) Se-provinsi Jawa Timur.

Hadir dalam pelantikan tersebut, Kasatwas Bakorpus FKBN Mayjen TNI (Purn) Adi Sudaryanto, Wakasatwas FKBN Pusat Brigjen TNI (Purn) Harie Guritno, perwakilan dari Kemenhan Kolonel Amiruddin Lopa selaku Kabid Lingkim Direktorat Bela Negara, Kepala FKBN Bakorpus Angga Rahardian dan juga Kepala FKBN Bakorwil Jawa Timur Gatot Kustyadji.

Baca juga : Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta

“Para siswa harus tahu tentang sejarah para pahlawan yang berjasa atas berdirinya negara dan tanah air yang sekarang kita pijak. Sebuah negara akan dengan mudah dikalahkan jika generasi mudanya tidak mengetahui sejarah bangsanya. Sebuah bangsa akan terhapus jika, budayanya tidak dipelihara dan dirawat oleh generasi penerusnya. Negara dan tanah air yang kita pijak tidak begitu saja kita dapatkan,” tegas Putut Prabantoro melalui pernyataan pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/8).

Dalam dialog itu, ratusan sekolah menengah dari 15 sekolah di Surabaya itu menyatakan diri untuk mencintai negara dan bangsa Indonesia. Mereka juga berkomitmen memersiapkan diri untuk menjadi pemimpin pada tahun 2045 ketika Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaan.

Baca juga : PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital

Namun demikian, mereka juga meminta teladan para pemimpin nasional saat ini untuk menyiapkan mereka ke arah yang diinginkan negara dan bangsa.

Dalam paparan berjudul “Bela Negara dan Tantangan Masa Depan Indonesia”, AM Putut Prabantoro mengurai bahwa bela negara adalah sikap perilaku dan tindakan nyata untuk menunjukan cinta negara dan tanah air.

Bela negara adalah hak serta kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Contoh sederhana namun paling konkrit tentang bela negara adalah saat siswa SMP dari NTT, Yohanes Andi Gala, yang memanjat tiang bendera untuk memperbaiki tali bendera saat upacara HUT Kemerdekaan pada tahun 2018 lalu.

(Taprof Bidang Ideologi Lemhannas, AM Putut Prabantoro, (kiri). Foto: ist)

“Bela negara membutuhkan komitmen dari para warga negaranya. Tidak perlu yang tinggi-tinggi atau yang hebat-hebat. Cukup dengan tindakan sederhana dengan menunjukkan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Menghormati simbol-simbol negara seperti bendera, Garuda Pancasila, bahasa Indonesia serta menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan baik, merupakan cara kalian menunjukan cinta kepada negara, tanah air dan bangsa. Semakin bertambahnya usia, kewajiban kalian untuk mencintai negara dan tanah air membutuhkan tanggung jawab yuang lebih besar,“ ujar Putut Prabantoro.

Putut mengatakan, para siswa yang hadir dalam acara bela negara di Gedung Balai Pemuda itu adalah calon pemimpin negara Indonesia pada tahun 2045.  Oleh karena itu  mereka diminta untuk memersiapkan diri dengan sungguh-sungguh.

 

Krisis Pemimpin Masa Depan

Putut mengatakan, jika melihat perkembangan kehidupan remaja yang beredar di medsos-medsos, maka pada tahun 2045, Indonesia akan menghadapi krisis pemimpin.

Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI itu menayangkan beberapa kasus terkait adanya krisis kepemimpinan tersebut melalui tayangan visualnya. Remaja saat ini cenderung bersikap permisif terhadap perilaku rekan-rekan seusianya yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai ketimuran atau nilai luhur Pancasila.

Selain itu, para remaja gandrung terhadap budaya-budaya luar negeri yang akan mengancam kelestarian budaya Indonesia.

Menurut Putut, pendidikan bela negara jangan diasumsikan seseorang akan menjadi tentara atau polisi. “Kesan ini harus dihapus dengan memberikan pendidikan bela negara yang benar. Pendidikan bela negara harus berujung pada cinta tanah air dan negara. Mengikuti upacara dengan khidmat adalah salah satu cara mencintai negara ini. Bendera Merah Putih, Bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya dan Lambang Negara adalah simbol kedaulatan negara Indonesia,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait
SMP Islam Al Azhar BSD Raih juara 1 Tari Tradisional di Spanyol
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
PNM Terus Bekali Nasabah dengan Teknologi Digital
Artikel Terkini
Perayaan Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Maybrat
SMP Islam Al Azhar BSD Raih juara 1 Tari Tradisional di Spanyol
Tanggapi Tuduhan Ade Pencuri, Lawyer Gaul: gak Cocok sama Faktanya
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
Tamini Square Gelar Festival Soto dan Masakan Nusantara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas