indonews

indonews.id

"Mrebes Mili" Usai Menonton Film Dokumenter KOESROYO, The Last Man Standing, Wajib Tayang di Bioskop!

"Mrebes Mili" Usai Menonton Film Dokumenter KOESROYO, The Last Man Standing, Wajib Tayang di Bioskop!

Reporter: Rikard Djegadut
Redaktur: Rikard Djegadut

Jakarta, INDONEWS.ID - Film Dokumenter KOESROYO: The Last Man Standing garapan sutradara Linda Ochy tak hanya merekam jejak karier seorang legenda musik Indonesia, tetapi juga membangkitkan emosi mendalam para penontonnya. Salah satunya adalah Markus R.A. Kepra Prasetyo atau yang akrab disapa Bung Kepra, yang melalui catatan reflektifnya mengungkapkan betapa kuatnya pesan dan makna dari film ini.

“Sepanjang 60 menit film dokumenter KOESROYO: The Last Man Standing, Yok Koeswoyo bercerita tentang perjalanan hidupnya. Kadang ia tertawa, kadang ia terharu, kadang ia menangis, kadang ia menari, kadang ia hanya diam. Semua itu membuat saya ‘mrebes mili’,” tulis Kepra menggambarkan betapa film ini menyentuh sisi terdalam dirinya di laman facebooknya pada Minggu (12/5/25). 

Menurutnya, kekuatan dokumenter ini terletak pada narasi yang dibangun dari hubungan emosional antara Yok dan putrinya, Sari Koeswoyo. Dialog personal yang diselingi catatan pengamat musik David Tarigan menjadikan film ini lebih dari sekadar arsip perjalanan seorang musisi.

“Dokumentasi ini menjadi sebuah kisah romantis antara seorang ayah dan anaknya, antara seorang suami dan istrinya, antara seorang musisi dan fansnya, antara seorang pejuang dan negerinya,” ungkap Kepra.

Kesan mendalam juga muncul dari pernyataan Sari di awal film: “Saya bukan fans-nya Yok Koeswoyo. Saya anaknya Yok Koeswoyo.” Bagi Kepra, ini adalah bentuk cinta dan penghormatan tulus dari seorang anak kepada ayahnya, yang ‘kebetulan’ adalah pilar sejarah musik Indonesia.

Dalam komentarnya, Kepra juga menekankan pentingnya dokumenter ini disebarluaskan lebih luas ke masyarakat. Ia berharap dokumenter KOESROYO menjadi pengingat kolektif atas kontribusi besar Koes Bersaudara dan Koes Plus dalam membentuk identitas musik Indonesia.

“Tugas kita semua sekarang adalah menggaungkan dokumentasi besutan sutradara Linda Ochy ini agar semakin banyak orang Indonesia yang sadar bahwa hidup terasa sepi tanpa lagu-lagu Koes Plus,” ujarnya.

Kepra juga mengapresiasi sisi kemanusiaan Yok Koeswoyo yang tergambar dalam dokumenter—sosok musisi yang melelang bass kesayangannya demi membeli traktor tangan untuk petani desa. Baginya, hal ini menegaskan bahwa perjuangan Yok tidak berhenti di atas panggung, tapi juga nyata dalam kehidupan masyarakat.

Terakhir, Kepra menyampaikan rasa syukurnya bahwa Yok masih diberi kesempatan oleh Yang Maha Pencipta untuk menjadi saksi hidup sejarah Koes Plus. “Masih ada banyak catatan yang harus disampaikan sendiri oleh pelaku peristiwanya,” tutupnya.

Film dokumenter KOESROYO: The Last Man Standing bukan hanya tentang musik, tapi tentang warisan, cinta, dan nilai-nilai yang tak lekang oleh zaman.

© 2025 indonews.id.
All Right Reserved
Atas