Begini Kata Ekonom Soal Bursa Saham Israel Cetak Rekor Tertinggi Usai Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran
Bursa saham Israel mencatatkan rekor tertinggi pada Minggu (22/6), menyusul serangan besar-besaran Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Langkah agresif ini diklaim oleh Washington sebagai upaya untuk menghentikan potensi pengembangan senjata nuklir oleh Teheran.
Reporter: Rikard Djegadut
Redaktur: Rikard Djegadut
Jakarta, INDONEWS.ID - Bursa saham Israel mencatatkan rekor tertinggi pada Minggu (22/6), menyusul serangan besar-besaran Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran. Langkah agresif ini diklaim oleh Washington sebagai upaya untuk menghentikan potensi pengembangan senjata nuklir oleh Teheran.
Indeks Tel Aviv 125 (.TA125) ditutup menguat 1,8% di akhir pekan, menjadikan total kenaikan selama sepekan mencapai hampir 8%. Kenaikan tersebut mencerminkan optimisme pasar atas peningkatan stabilitas keamanan regional, setidaknya dalam jangka pendek, setelah serangkaian serangan terhadap target nuklir dan militer Iran.
“Penghancuran fasilitas nuklir utama Iran oleh militer AS tentu menjadi perkembangan positif dari sisi keamanan regional,” ujar Ronen Menachem, Kepala Ekonom Pasar Mizrahi Tefahot Bank. Ia menambahkan bahwa aksi ini sekaligus mengurangi kapabilitas militer dan nuklir Iran yang selama ini menjadi kekhawatiran utama Israel dan sekutunya.
Sebelumnya, Israel telah meluncurkan serangan pada 13 Juni lalu terhadap fasilitas rudal balistik, situs nuklir, dan tokoh militer penting Iran. Aksi ini kemudian dibalas oleh Iran dengan serangkaian rudal yang menghantam Tel Aviv pada Minggu pagi, menyebabkan kerusakan signifikan dan banyak korban luka. Namun demikian, pasar modal tetap mencatatkan performa positif.
Selain indeks saham, pasar keuangan Israel juga menunjukkan penguatan di sektor lainnya. Harga obligasi pemerintah naik hingga 0,2% pada Minggu, sementara nilai tukar shekel menguat dari 3,61 per dolar AS (11 Juni) menjadi 3,48 pada Jumat (20 Juni), atau terapresiasi sekitar 1% sepanjang bulan ini.
Kondisi ini turut menurunkan premi risiko negara Israel secara tipis, mencerminkan peningkatan kepercayaan investor terhadap stabilitas keuangan dan politik domestik.
“Jika tren ini bertahan, ini bisa menjadi peluang bagi Israel untuk mempererat hubungan strategis dengan negara-negara seperti Arab Saudi dan memperkuat poros ekonomi-politik bersama Amerika Serikat,” jelas Menachem. Namun, ia mengingatkan bahwa pasar masih akan mencermati sejauh mana aksi militer dan risiko geopolitik benar-benar telah diperhitungkan oleh investor.
Meski tensi kawasan masih tinggi dan respons Iran belum sepenuhnya mereda, pasar tampaknya menyambut baik manuver militer yang dianggap sebagai bentuk pencegahan proaktif terhadap ancaman yang lebih besar.
Kinerja pasar Israel pasca-serangan ini menjadi sorotan global, terutama dalam konteks bagaimana geopolitik dapat mendorong sentimen positif investor secara temporer di tengah ketegangan regional yang memuncak.