Jakarta, INDONEWS.ID - Terkait kasus importasi garam yang merugikan negara miliaran rupiah, Direktur Utama PT Garam Indonesia (Persero) Achmad Budiono ditangkap oleh Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri.
Budiono ditangkap di rumahnya di wilayah Jatibening, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/6/2017) pukul 14.00 WIB.
Kepada media, Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Agung Setya mengatakan dalam kasus itu PT Garam sedang menunjukkan modus upaya menghindari pajak biaya masuk sebesar 10 persen.
"Total kerugian untuk biaya masuk itu Rp 3,5 miliar," ujar Agung di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta, Minggu (11/6/2017).
Untuk perbandingan harga kedua jenis garam jelas berbeda. Harga garam konsumsi Rp 1.200 per kilogram. Sedangkan, garam industri hanya Rp 400 per kilogram. Ada selisih Rp 800 untuk setiap kilogram garam.
PT Garam mengimport 75.000 ton atau sekitar 75 juta kilogram. Garam diimport dari dua perusahaan garam asal Australia dan India.
Dari garam industri yang diimpor 75.000 ton, 1.000 ton dikemas dalam kemasan 400 gram dengan merek garam cap ”Segitiga G” dan dijual untuk kepentingan konsumsi. Sisanya, 74.000 ton, dialihkan pada 53 perusahaan. Dari 53 perusahaan, PT Garam telah menerima uang puluhan miliar.
"Kita lihat bahwa PT Garam sudah menerima uang hasil penjualan Rp 71 miliar. Nanti kita dalami lagi," kata Agung.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 125 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Garam, importir garam industri dilarang memperdagangkan atau memindahtangankan garam industri kepada pihak lain. (Lka)
